Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Kaleidoskop

19 Desember 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari Hwang datangnya Snuppy

Lorong-lorong senyap di laboratorium Universitas Nasional Seoul seperti menyimpan masa depan. Di sinilah, di cawan petri, di bawah mikroskop, anjing kloning pertama dilahirkan. Namanya Snuppy. Dia lahir setelah Profesor Hwang Woo Suk dan 45 koleganya mengulang ribuan kali ritual monoton itu: mengambil sel telur anjing, membuang inti sel, lalu ”membuahinya” dengan sel dari kuping anjing Afganistan.

Kelahiran Snuppy adalah salah satu temuan terbesar dalam dunia ilmu dan teknologi sepanjang tarikh 2005. Apalagi anjing adalah kloning binatang tersulit. ”Saya telah berulang kali mengkloning babi. Tapi Snuppy butuh waktu dua tahun,” kata Hwang. Dia harus mengumpulkan 1.095 sel telur dari 100 anjing, mentransfernya menjadi 12 embrio. Hanya satu yang hidup.

Salah satu anggota tim riset adalah Yuda Heru Fibrianto, dosen Universitas Gadjah Mada. Dia orang Indonesia pertama yang turut dalam proyek kloning. ”Saya harus memulai eksperimen tepat pukul tujuh pagi setiap hari,” katanya kepada Tempo. Tak ada kamus libur walau Minggu. Ketatnya jadwal membuat peneliti berusia 36 tahun itu pernah pingsan di laboratorium.

Hwang adalah ilmuwan pertama yang berhasil mengkloning sel induk (stem cell) embrio manusia. Dua lompatan ini menjadi fondasi untuk mengubah lab bernilai US$ 2 juta (Rp 20 miliar) setahun itu menjadi pabrik organ tubuh, penyembuh diabetes, alzheimer, parkinson.

Tapi Hwang tersandung. Pada November ini dia mundur setelah dunia ”menyerangnya”. Dia menggunakan sel telur para penelitinya. Standar medis melarang hal itu karena khawatir sang donor dipaksa. Tapi Hwang tetap menuai simpati: 700 wanita Korea Selatan berbondong-bondong datang untuk mendonorkan sel telurnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus