Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi Michael Williem, warung kelontong punya potensi ekonomi yang menjanjikan. Dia mencontohkan ayahnya, yang mampu menghidupi seluruh keluarga, termasuk menyekolahkan anaknya ke luar negeri, dari penghasilan warung kelontong. Hanya, kata dia, banyak warung semacam ini yang tak dikelola dengan baik atau hanya mengandalkan pembukuan sederhana. "Tapi, dulu, ayah saya bisa mendapat pinjaman bank yang cukup besar cuma berdasarkan perhitungan omzet kasar. Bayangkan jika pembukuannya rapi, potensi mendapat kredit bisa lebih besar," kata dia kepada Tempo di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan pengalaman itu, Michael bercita-cita memberdayakan pedagang kelontong. Dia, yang sempat bekerja di perusahaan digital besar seperti Google dan Tokopedia, lantas memutuskan keluar dan mendirikan Qasir, perusahaan rintisan (start-up) digital di bidang point of sale (PoS) atau kasir, pada akhir 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Michael, Qasir sebenarnya terbentuk sejak 2015, dengan status anak usaha dari sebuah entitas digital. Dia kemudian mengembangkan Qasir sebagai aplikasi untuk mencatat transaksi yang akurat. Michael mengatakan Qasir istimewa karena melayani pemilik warung kecil. Dia pun tak segan menyediakan jasa pencatatan transaksi secara cuma-cuma, dengan fitur yang terbatas. Di luar dugaan, fitur yang sederhana mampu memikat pengguna di segmen usaha mikro. "Kalau banyak fitur, mereka tidak punya waktu belajar, malah pusing duluan," kata Michael.
Pada akhir tahun lalu, Qasir meluncurkan aplikasi khusus untuk memberdayakan pelaku usaha kelas mikro bernama Miqro. Aplikasi ini ternyata mampu menyokong pengembangan usaha mikro. Michael memberi contoh sebuah warung mi instan di sebelah kantornya yang memakai Miqro. Kini warung itu bisa berkembang dan mencetak omzet Rp 50 juta sebulan.
Untuk pengusaha yang lebih maju, Qasir menyediakan kustomisasi layanan. Fitur tambahan, seperti otomatisasi pencatatan komisi mitra ojek online dan potongan pajak, bisa didapat dengan harga terjangkau, mulai dari Rp 5.000 per bulan.
Kini Qasir sudah merangkul sekitar 200 ribu pengusaha mikro, kecil, dan menengah. "Tahun lalu transaksi yang kami proses sekitar Rp 1,5 triliun. Sedangkan pada awal tahun ini sudah Rp 300 miliar," ujar Michael.
Michael menargetkan jumlah mitranya menembus 1 juta pada tahun ini. Untuk mencapai target tersebut, Qasir bakal mendapat pendanaan seri B. Qasir juga bermitra dengan perusahaan teknologi finansial Qazwa, Tanihub, dan Shopee.
Michael optimistis ceruk pasar PoS sangat besar meski persaingannya ketat. Menurut dia, salah satu kunci suksesnya ialah ikatan kuat melalui komunitas. Kepala Teknologi Qasir, Novan Adrian, mengatakan penetrasi pengguna Qasir sudah menembus 500 titik. "Sudah sampai Natuna. Kami juga tidak sangka ternyata mereka tahu dari temannya yang menggunakan Qasir di Jawa," katanya. ANDI IBNU
Kasir Digital untuk Warung Kelontong
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo