Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Merebaknya infeksi subvarian Covid-19 baru di Singapura baru-baru ini mengagetkan dunia. Kementerian Kesehatan Singapura mencatat lonjakan kasus penularan virus tersebut pada pekan kedua Mei 2024, dengan jumlah pasien menembus 25.900 jiwa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Epidemiolog dari Griffith University Australia, DIcky Budiman, mengatakan varian yang disebut KP.1 dan KP.2 itu belum terdeteksi di Indonesia. Namun, menurut dia, bukan tak mungkin virus turunan Omicron JN.1 itu menjangkau Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Semua hanya tergantung waktu," kata Dicky saat dihubungi Tempo pada Senin, 27 Mei 2024.
Dua jenis virus turunan itu sudah ada di 14 negara, termasuk Singapura. Gejala infeksi KP.1 dan KP.2, kata Dicky, mirip dengan infeksi Covid-19 pada umumnya, namun tidak begitu mematikan seperti varian pendahulunya. Yang dikhawatirkan justru adalah kemampuan virus untuk menembus proteksi vaksinasi.
Kondisi lansia dan masyarakat dengan penyakit komorbid rendah bisa semakin parah, bila terinfeksi. Hal itu bisa diatasi dengan penguatan imun secara berkala, misalnya dengan vaksinasi rutin dan pola hidup sehat. Risiko tertular juga bisa dikikis dengan kebiasaan jaga jarak, terutama dengan orang asing.
"Ketika kekebalan komunal tercapai, sebaran varian itu juga terbatas dan berhenti hingga beberapa lapis saja,” ucap Dicky. Dia menambahkan bahwa mutasi lumrah terjadi pada segala virus, tak terkecuali Covid-19.
Masyaraka Diimbau Tidak Panik
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Tjandra Yoga Aditama, meminta masyarakat tidak panik ketika mendengar kabar terkait infeksi KP.1 dan KP.2 itu. Menurut dia, kemunculan varian virus tak akan berhenti, lantaran merupakan proses alami. Dia meyakini kasus Covid sudah mereda.
"Varian baru lebih ringan dari yang dulu,” kata Tjandra, dihubungi secara terpisah pada Ahad, 26 Mei 2024.
Menurut Tjandra, varian Covid-19 tidak hanya muncul dari Singapura. Gejala infeksi juga terdeteksi di India, Thailand, Inggris. Kasus di India dan Singapura duluan terdengar ke publik karena temuannya dilaporkan secepat mungkin kepada otoritas kesehatan setempat.