Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Kembalinya Si Lebah Raksasa

Setelah 38 tahun menghilang, lebah raksasa Wallace ditemukan kembali di Kepulauan Maluku Utara.

13 Maret 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lebah raksasa yang lama hilang dan tidak terlihat sejak 1981 ditemukan kembali oleh para ilmuwan di hutan hujan Indonesia. Tim konservasi serta ilmuwan Amerika Serikat dan Australia menemukan lebah itu pada Januari lalu di Kepulauan Maluku Utara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Megachile pluto, yang juga dikenal sebagai lebah raksasa Wallace, berukuran empat kali lipat dari lebah madu-merupakan yang terbesar di dunia. Betinanya memiliki lebar sayap lebih dari 6 milimeter dan rahang besar yang berkembang dengan baik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lebah raksasa yang panjang betinanya hampir 4 sentimeter ini pertama kali dikenal ilmu pengetahuan pada 1858. Saat itu, penjelajah dan naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace, menemukannya di Pulau Bacan, Indonesia.

Wallace menggambarkan lebah betina yang kira-kira seukuran ibu jari manusia itu sebagai serangga besar, mirip tawon hitam dengan rahang yang sangat besar seperti kumbang rusa.

"Di tengah penurunan global keanekaragaman serangga yang terdokumentasi dengan baik, sangat luar biasa ternyata spesies ikonis ini masih bertahan," kata anggota tim, Simon Robson, dari School of Life and Environmental Sciences di University of Sydney, Australia.

Robson dan Glen Chilton, seorang profesor kehormatan di Saint Mary’s University di Kanada, bersama Eli Wyman dari Princeton University dan Clay Bolt, seorang fotografer konservasi dari Montana, merupakan tim yang berhasil menemukan kembali lebah ini.

Tim tersebut didukung oleh Global Wildlife Conservation, sebuah organisasi yang berbasis di Austin, Texas, yang menjalankan program pencarian spesies yang hilang.

"Sungguh menakjubkan melihat serangga yang kami tidak yakin ada lagi," kata Clay Bolt. "Melihat betapa indah dan besarnya spesies ini dalam kehidupan nyata, mendengar suara sayap raksasanya yang gemuruh ketika terbang melewati kepala saya sungguh luar biasa."

Lebah raksasa betina membuat sarangnya di gundukan rayap arboreal aktif. Dia menggunakan rahang bawahnya yang besar untuk mengumpulkan resin pohon yang lengket guna melapisi sarangnya dan melindunginya dari serangan rayap.

Dalam kondisi panas dan lembap, juga kadang-kadang selama hujan deras, tim mengamati puluhan gundukan rayap selama pencarian.

Akhirnya, tim menemukan seekor lebah betina raksasa Wallace yang hidup di sarang rayap arboreal di pohon sekitar 2,5 meter dari tanah.

"Saya berharap penemuan kembali ini akan memicu penelitian yang akan memberi kita pemahaman yang lebih dalam tentang lebah unik ini dan menginformasikan setiap upaya di masa depan untuk melindunginya dari kepunahan," kata Wyman.

Meskipun hanya sedikit yang diketahui tentang lebah itu, menurut Bolt, spesies ini bergantung pada hutan dataran rendah primer untuk resin dan sarang rayap penghuni pohon.

Di Indonesia, kerusakan hutan untuk pertanian mengancam habitat spesies ini dan banyak spesies lain. Antara 2001 dan 2017, Indonesia kehilangan 15 persen tutupan pohonnya, menurut Global Forest Watch.

Tim pun telah memulai percakapan dengan kolaborator Indonesia untuk mencari lebah raksasa Wallace di lokasi lain. Harapannya agar mereka dapat bersama-sama mengembangkan rencana untuk memperkuat langkah-langkah konservasi bagi lebah.

SCIENCE DAILY | THE GUARDIAN | TELEGRAPH | PHYS | AFRILIA SURYANIS


Si Raja Lebah

Megachile pluto atau Chalicodoma pluto, kadang juga disebut lebah raksasa Wallace atau nama setempat o ofungu ma koana (raja lebah), adalah sebuah spesies lebah berukuran besar dari Indonesia yang termasuk anggota famili Megachilidae (lebah resin). Saat ini lebah tersebut merupakan spesies lebah terbesar yang diketahui manusia.

Spesies ini sempat dianggap punah, tapi beberapa spesimen ditemukan pada 1981. Setelah itu, spesies ini tidak lagi pernah diamati hingga pada 2018 dua spesimen dijual di situs lelang online eBay. Pada 2019, seekor lebah betina ditemukan dalam keadaan hidup di Maluku Utara.

Habitat

Tiga pulau di Maluku Utara, Indonesia, yaitu:
- Tidore
- Pulau Bacan
- Halmahera

Ciri-ciri

- Megachile pluto adalah lebah resin (Megachilidae) hitam dengan rahang yang besar. Hanya betinanya yang memiliki rahang besar. Selain melalui ukuran tubuh dan rahangnya yang besar, spesies ini dapat dibedakan dari lebah-lebah lain lewat pita putih di abdomen.
- Lebah raksasa Wallace, yang tidak terlihat sejak 1981, ditemukan oleh para ilmuwan.
- Membuat sarang pohon resin di gundukan rayap aktif.
- Panjang: Lebah betina dapat tumbuh hingga mencapai panjang 38 mm dan rentang sayap 63,5 mm, tapi jantannya hanya tumbuh hingga 23 mm.

Lebah terbesar di dunia ditemukan pada 1858 oleh Alfred Wallace.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus