Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Lem Aman dari Lateks Alam

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengembangkan lem kayu dari karet alam yang aman bagi kesehatan. Daya rekatnya tinggi serta tahan tekanan dan panas.

11 Agustus 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LATEKS karet alam dapat diolah menjadi bahan perekat yang kuat dan aman bagi kesehatan. Para ilmuwan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengembangkan Biomattex, lem kayu berbahan karet alam sebagai pengganti perekat konvensional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Euis Hermiati, peneliti di Pusat Penelitian Biomaterial LIPI, lem kayu konvensional masih banyak yang mengandung formaldehida. "Emisi formaldehida dapat mengganggu kesehatan manusia," ujar Euis, Juni lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Euis mengatakan pengembangan perekat berbasis lateks karet alam (LKA) ini adalah inovasi sederhana. Lem ini juga mudah diaplikasikan pada produk kayu laminasi dan lapis. "Namun perekat ini lebih aman bagi orang yang memakainya," katanya.

Formaldehida merupakan senyawa kimia tidak berwarna, berbau tajam, dan mudah terbakar. Formaldehida dikenal sebagai zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia jika terpapar dalam jumlah besar dan waktu lama. Selain sebagai material resin perekat kayu, bahan ini dipakai untuk mengawetkan jenazah, cairan pembersih, pencegah korosi di sumur minyak, dan pupuk.

Pelepasan emisi formaldehida terjadi akibat panas dari mesin kempa atau penjepit saat proses pembuatan kayu lapis. Euis mengatakan pekerja di industri perkayuan yang banyak bersinggungan dengan perekat konvensional paling rentan terpapar emisi formaldehida.

Ada juga pelaku industri yang menggunakan lem kayu berbahan polivinyil asetat (PVA). Lem tipe ini memiliki emisi formaldehida rendah dan bisa digunakan dalam metode kempa dingin alias tidak membutuhkan panas agar merekat. "Masalahnya, lem ini tidak tahan air," ujar Euis.

Menggunakan LKA, menurut Euis, Biomattex tak punya emisi formaldehida. Karet alam juga dipilih menjadi bahan utama lem karena tergolong material terbarukan. "Banyak diproduksi di Indonesia," kata peneliti yang berkecimpung di bidang pengembangan perekat dari sumber daya hayati dan teknologi konversi biomassa itu.

Biomattex awalnya tidak dirancang untuk pembuatan kayu lapis, melainkan untuk pembuatan kayu lamina yang lapisannya lebih tebal. Sebagai perekat kayu, LKA memiliki keterbatasan. Sifat adhesi dan kohesinya rendah serta tak tahan terhadap tekanan dan panas. Para peneliti memperbaiki kelemahan ini dengan merekayasa rantai polimernya untuk meningkatkan kemampuannya. "Kami membuatnya agar tahan dalam uji rebus," kata Euis.

Menurut Euis, para peneliti Pusat Penelitian Biomaterial kini tengah mengembangkan formula Biomattex yang lebih bagus. Hal itu dilakukan setelah ada masukan dari pengguna selama proses uji coba. "Ada yang mengatakan lem mengeras terlalu cepat. Akan kami perbaiki supaya lemnya efektif," ujarnya.

Gabriel Wahyu Titiyoga


Biomattex
- Bahan baku terbarukan
- Teknologi sederhana
- Bebas emisi formaldehida
- Berbasis air
- Pengaturan pada suhu ruang

Lem konvensional
- Menggunakan bahan tidak terbarukan
- Bahan impor
- Mengandung formaldehida
- Pengaturan pada suhu tinggi (>100 derajat Celsius)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus