Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Mencegah Sel Cepat Tua

Temuan ini dapat menjadi jalan untuk perawatan kanker.

15 Agustus 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penelitian terbaru dari University of Southern California (USC) Viterbi School of Engineering, Amerika Serikat, membuka jalan untuk memahami proses terjadinya penuaan. Hasil akhir penelitian ini dapat digunakan untuk penanganan kanker yang lebih baik dan pembuatan obat-obatan baru yang revolusioner.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penelitian dilakukan oleh asisten profesor Jurusan Teknik Kimia dan Ilmu Material USC, Nick Graham. Hasilnya telah diterbitkan dalam jurnal Biological Chemistry, akhir bulan lalu. "Kami mencoba mempelajari penyebab penuaan sel agar bisa merancang perawatan untuk penuaan yang lebih baik," kata Graham.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penulis utama penelitian, Alireza Delfarah, mahasiswa pascasarjana USC, berfokus pada penuaan, proses alami ketika sel secara permanen berhenti membuat sel baru. Proses ini menjadi salah satu penyebab utama penurunan fungsi sel yang berkaitan dengan usia, yang menjelma menjadi penyakit, seperti radang sendi, osteoporosis, dan penyakit jantung.

"Sel yang menua merupakan kebalikan dari sel punca yang memiliki potensi tak terbatas untuk pembaruan atau pembelahan diri," kata Delfarah. "Sel yang menua tidak akan pernah bisa membelah lagi. Ini adalah kondisi berhentinya siklus sel yang tidak dapat dipulihkan."

Tim peneliti menemukan penuaan terjadi akibat sel berhenti memproduksi bahan kimia yang disebut nukleotida, yakni blok bangunan DNA. Ketika mereka mengambil sel muda dan memaksa sel berhenti memproduksi nukleotida, sel pun menua.

"Ini berarti produksi nukleotida sangat penting untuk menjaga sel tetap muda," kata Delfarah. "Ini juga berarti jika kita dapat mencegah sel kehilangan sintesis nukleotida, sel akan menua lebih lambat."

Graham kemudian memeriksa sel-sel muda yang berkembang biak dan memberi sel-sel tersebut molekul yang diberi label isotop karbon stabil. Ini dilakukan untuk melacak bagaimana nutrisi yang dikonsumsi sel diproses menjadi jalur biokimia yang berbeda.

Scott Fraser, profesor ilmu biologi dan teknik biomedis, mengembangkan citra 3D dari hasil penelitian. Secara tak terduga, terungkap bahwa sel-sel yang menua sering memiliki dua inti dan tidak mensintesis DNA.

Sebelumnya, penuaan terutama diteliti di dalam sel yang disebut fibroblast-sel paling umum yang terdiri atas jaringan ikat pada hewan. Sebaliknya, Graham kini berfokus pada bagaimana penuaan terjadi pada sel epitel, atau sel-sel yang melapisi permukaan organ dan struktur dalam tubuh, serta jenis sel yang menjadi tempat sebagian besar kanker muncul.

Graham mengatakan penuaan dikenal sebagai penghalang yang melindungi tubuh dari kanker. Ketika sel mengalami kerusakan, yang berisiko berkembang menjadi kanker, mereka memasuki tahap penuaan dan berhenti berkembang biak, sehingga kanker tidak berkembang dan menyebar.

Menurut Graham, penelitian ini dilakukan bukan untuk mencari jalan mencegah penuaan. "Kami ingin menemukan cara untuk menghilangkan sel yang menua guna mendorong penuaan yang sehat dan fungsi yang lebih baik," kata dia.

Graham mengatakan penelitian ini memiliki aplikasi di bidang senolitik, yakni obat yang dapat menghilangkan sel yang menua. Uji klinis pada manusia masih dalam tahap awal, tapi penelitian pada tikus menunjukkan hasil positif. Tikus menjadi lebih baik dan lebih produktif.

"Kami mengambil tikus yang menua, mengobatinya dengan obat senolitik untuk menghilangkan sel yang menua. Obat-obatan inilah yang menjadi sumber kemudaan," ujar Graham.

Agar obat-obatan senolitik yang dirancang berhasil, penting untuk mengidentifikasi apa yang unik tentang sel-sel yang menua, sehingga obat-obatan tidak akan mempengaruhi sel normal.

"Di situlah kami mempelajari metabolisme sel yang menua dan mencoba mencari tahu keunikan sel-sel itu, sehingga bisa merancang terapi bertarget di sekitar jalur metabolisme ini," kata Graham.

SCIENCE DAILY | EUREKALERT | USC VITERBI | AFRILIA SURYANIS

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus