Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Sistem Detektor Pipa Air Bocor

Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya mengembangkan metode efektif memasang sensor arus air untuk mengetahui masalah kebocoran di jaringan pipa air. Lebih cepat dan akurat menemukan kebocoran serta dapat memperkecil risiko kerugian pelanggan air bersih.

25 Juli 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEBOCORAN sistem pipa air, apalagi yang tak terdeteksi, berpotensi menimbulkan kerugian besar. Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Ary Mazharuddin Shiddiqi, merancang metode penempatan sensor arus air dengan teknik Lean Graph untuk mendeteksi adanya lubang di jaringan pipa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ary mengembangkan metode pemasangan sensor tersebut sebagai bagian dari studi doktoralnya di University of Western Australia. Menurut dia, air bersih menjadi barang mahal di Australia, terutama bagian tengah yang curah hujannya rendah. Air disuplai melalui jaringan pipa hingga ribuan kilometer dari daerah pinggiran. “Kebocoran pipa menjadi masalah yang diperhatikan sangat serius,” ujar Ary pada Selasa, 14 Juli lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kebocoran pipa, kata Ary, terbagi menjadi dua, yaitu kebocoran besar atau semburan (burst) dan kebocoran kecil. Karena waktu penanganannya lama, volume air yang terbuang dari kebocoran kecil bisa mengalahkan hasil kebocoran besar. “Karena terakumulasi selama bertahun-tahun,” ucap pengajar di Departemen Teknik Informatika ITS tersebut.

Menurut Ary, mustahil menghilangkan total kebocoran pipa air. Yang bisa dilakukan adalah meminimalkan masalah tersebut. Hasil penelitian Ary pada 2014-2019 itu menunjukkan teknik Lean Graph terbukti efektif menentukan letak sensor paling strategis sebagai sinyal menemukan lokasi kebocoran. Ary, seperti dilaporkan situs ITS, memilih sensor arus air karena lebih akurat dibanding sensor tekanan air.

Metode pemasangan sensor ini dapat diaplikasikan juga di jaringan pipa air minum di Indonesia. Menurut Ary, pelacakan kebocoran pipa di Indonesia masih dilakukan dengan metode lama. Petugas menelusuri jalur pipa sampai menemukan titik kebocoran. Cara lain yang dipakai adalah dengan mendengarkan suara mendesis dari pipa yang bocor. “Cara seperti itu tingkat akurasinya rendah,” katanya.

Selain membuang-buang air, kebocoran pipa menyebabkan kerugian keuangan. Misalnya para pelanggan perusahaan penyalur air bersih dikenai iuran senilai total volume air yang bocor. Padahal jumlah air yang dinikmati pelanggan bisa jadi lebih kecil dari nilai yang mereka bayar. “Hal ini menyebabkan konsumen dirugikan,” tutur Ary.

Semula, Ary bermaksud menguji temuannya itu pada jaringan pipa air Perusahaan Daerah Air Minum Surabaya. Namun rencana itu dia batalkan karena ada pandemi akibat virus corona alias Covid-19. Belakangan, koleganya meminta hasil riset dicoba di lingkungan kampus. “Saya mesti hati-hati karena situasinya belum kondusif,” ujarnya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iyan Bastian

Iyan Bastian

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus