Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Teknologi & Inovasi

Mudik Lebaran Dibayangi Masalah Kemacetan dan Infrastruktur, Dosen ITS Jelaskan Perspektif Perencana Transportasi

Momentum mudik kali ini kembali diiringi oleh permasalahan yang terjadi dari tahun ke tahun.

18 April 2024 | 15.12 WIB

Kendaraan arus balik arah Jakarta terjebak kemacetan di GT Cikampek Utama, Karawang, Jawa Barat, Minggu 14 April 2024. Berdasarkan Survei Potensi Pergerakan Masyarakat Pada Masa Lebaran Tahun 2024 yang dirilis Kementerian Perhubungan, pada puncak arus balik lebaran 2024 tanggal 14 April 2024 diperkirakan sebanyak 41 juta orang atau sekitar 21,2 persen dari total pemudik akan kembali ke kota masing-masing. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Perbesar
Kendaraan arus balik arah Jakarta terjebak kemacetan di GT Cikampek Utama, Karawang, Jawa Barat, Minggu 14 April 2024. Berdasarkan Survei Potensi Pergerakan Masyarakat Pada Masa Lebaran Tahun 2024 yang dirilis Kementerian Perhubungan, pada puncak arus balik lebaran 2024 tanggal 14 April 2024 diperkirakan sebanyak 41 juta orang atau sekitar 21,2 persen dari total pemudik akan kembali ke kota masing-masing. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pada periode Lebaran 2024, Kementerian Perhubungan memperkirakan jumlah orang yang melakukan mudik mencapai 193,6 juta jiwa, meningkat 13,7 persen dari tahun sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Anoraga Jatayu, mengatakan bahwa lonjakan pemudik tahun ini masih merupakan imbas pelonggaran pembatasan sosial pandemi Covid-19 sejak 2022 lalu. “Di satu sisi kita harus lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat akan pergerakan yang sempat tertahan,” ungkap Anoraga melalui keterangan tertulis, Kamis, 18 April 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria yang akrab disapa Aga itu mengatakan momentum mudik kali ini kembali diiringi oleh permasalahan yang terjadi dari tahun ke tahun, yakni kemacetan dan kesiapan infrastruktur.

Menurut dia, peningkatan kapasitas jalan yang tidak sebanding dengan lonjakan pengguna jalan menyebabkan kemacetan di beberapa titik rawan, contohnya kemacetan intens yang terjadi di Pelabuhan Merak, Banten. "Antrean panjang kendaraan mencapai sepuluh kilometer untuk menyeberang pulau," katanya.

Aga mengatakan pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi kemacetan yang terjadi dengan mengoptimalkan kapasitas infrastruktur yang ada lewat berbagai adaptasi. Lelaki asal Madiun ini menuturkan, adaptasi yang dilakukan berupa rekayasa lalu lintas seperti one way, contra flow, dan kebijakan ganjil genap yang telah diberlakukan di titik-titik krusial kemacetan. “Adaptasi lalu lintas lazim dilakukan pada momentum seperti ini,” ucap Aga.

Lebih lanjut, kata Aga, kebijakan satu arah diberlakukan dengan mengalihkan semua ruas jalan guna mengatasi arus kendaraan yang menumpuk menuju satu arah. Berbeda dengan satu arah, kebijakan contra flow hanya mengalihkan sebagian arus lalu lintas sehingga dapat bergerak ke arah yang berlawanan dengan yang biasanya diizinkan. Sedangkan ganjil genap diterapkan untuk membantu pemilihan waktu mudik masyarakat berdasarkan nomor pelat kendaraan.

Di samping analisis titik penting untuk pemberlakuan kebijakan, dosen dari Laboratorium Transportasi dan Analisa Spasial PWK ITS ini menekankan pentingnya pemilihan waktu kebijakan tersebut dilakukan. “Analisis ini didasarkan pada tren waktu mudik tahun sebelumnya, waktu cuti bersama pekerja dan pelajar, ketersediaan moda transportasi, hingga pemantauan kondisi ekonomi,” ujarnya. 

Selain adaptasi yang dilakukan untuk mengakomodasi masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi, adaptasi dalam penyediaan transportasi umum juga terus dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan armada bus serta penambahan jadwal keberangkatan pesawat dan kereta api untuk daerah yang masyarakatnya memiliki permintaan mobilitas tinggi.

Melihat pola waktu arus mudik dan penetapan cuti bersama, puncak arus balik diperkirakan akan terjadi dua hingga tiga hari setelah hari raya, bertepatan dengan akhir pekan. Waktu yang terbatas pada arus balik akan berdampak pada masifnya kendaraan di beberapa lokasi. “Secara kapasitas waktu yang disediakan tidak cukup, tetapi adaptasi dari pengguna jalan juga perlu dipertimbangkan,” kata Aga.

Melalui momentum mudik lebaran 2024 ini, Aga mengungkapkan harapannya agar pemerintah dapat memberikan sosialisasi pada masyarakat terkait jalur dan waktu yang direkomendasikan, serta rute yang harus dihindari.

Melalui analisis para pakar, masyarakat dapat secara bijak menentukan waktu yang tepat untuk melakukan mudik. “Perlu pengintegrasian dan penyediaan informasi yang lebih baik agar mudik ke depannya lebih lancar,” ucap Aga. 

 

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus