Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DOKTOR biomedik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Achmad Hudoyo, mengembangkan teknik deteksi dini kanker paru menggunakan balon karet, yang biasanya dijadikan mainan anak-anak. Achmad terilhami oleh kemampuan anjing melacak keberadaan kanker paru dengan membedakan napas pasien. "Ini mengindikasikan ada zat tertentu yang hanya terdapat di napas penderita kanker paru," katanya dalam presentasi disertasi di Auditorium Gedung IMERI Fakultas Kedokteran UI, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu dua pekan lalu.
Selama ini, metode yang biasa digunakan untuk melacak keberadaan kanker paru secara dini adalah pemeriksaan dahak dan foto roentgen. Namun kedua teknik ini dapat menghabiskan banyak biaya dan tidak mudah dilakukan.
Dalam penelitiannya, Achmad menggunakan balon karet untuk "memerangkap" napas yang diembuskan pasien terduga kanker paru. Udara di dalam balon itu kemudian didinginkan dan disemprotkan ke kertas khusus yang dapat menyimpan materi asam deoksiribonukleat (DNA). Media inilah yang kemudian diteliti untuk menentukan apakah pasien positif menderita kanker paru atau tidak.
Metode ini, menurut Achmad, memiliki keunggulan karena memakai peralatan sederhana dan murah. Tingkat akurasi pendeteksian kanker paru dengan metode sederhana ini bisa lebih dari 70 persen.
Kanker paru merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia dan dunia. Laporan Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, seperti ditulis situs universitas, menunjukkan 75 persen dari 668 kasus keganasan rongga torak yang tercatat pada 2015 merupakan kasus kanker paru.
Penyakit ini menjadi lebih berbahaya karena angka kelangsungan hidup penderitanya tergolong rendah. Hanya sekitar 15 persen penderita kanker paru yang mampu bertahan hidup hingga lima tahun. Salah satu penyebab rendahnya angka kelangsungan hidup penderita kanker paru adalah keterlambatan diagnosis. Diperkirakan hampir 70 persen pasien kanker paru baru dikenali pada tahap stadium lanjut.
Menurut guru besar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, Anwar Jusuf, kanker paru sulit dideteksi karena organ itu tidak memiliki saraf. Akibatnya, penderita terkadang tidak merasa sakit meski sebenarnya ada kanker di paru-parunya. Kankernya baru ketahuan setelah dia berada dalam kondisi sakit parah.
Achmad berharap metode deteksi dini bikinannya dapat membantu meningkatkan harapan hidup para penderita kanker paru. Metode ini juga bisa digunakan di daerah-daerah yang belum memiliki fasilitas kesehatan memadai untuk mendeteksi kanker. Petugas kesehatan cukup mengirim sampel kertas saring lewat jasa pos ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut.
>70% Tingkat Akurasi
Angka kelangsungan hidup (hingga 5 tahun)
» Kanker paru 15%
» Kanker kolon 61%
» Kanker payudara 86%
» Kanker prostat 96%
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo