Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Raja lautan masa depan

Angkatan laut as mengembangkan akpal perang baru. berbentuk pipih dilengkapi alat tempur mutakhir. penggagasnya admiral joseph metcalf. kapal pipih ini dikendalikan combat information center.

20 Agustus 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MONCONG meriam dan menara radar kelak akan digusur dari lantai kapal perang Amerika. Sebuah konsep militer terbaru telah menggariskan, dek harus bersih dari centang-perentang persenjataan dan perangkat navigasi. Lebih dari itu, cerobong asap serta anjungan pun harus menyingkir dari permukaan perut kapal. Ketentuan itu bersandar pada keyakinan bahwa bagian kapal yang mengapung di atas permukaan laut mesti dibikin sepipih mungkin. Alasannya sederhana saja: agar bidang sasaran tembakan lawan menjadi minimal, dan badan kapal lebih sulit dideteksi oleh radar musuh. Kapal seperti ini ditargetkan tampil sebagai raja lautan di awal abad mendatang. Kapal pipih tanpa meriam itu bukannya tak kuasa menebar maut. Sasaran darat yang 2.000 km jauhnya bisa digempurnya dengan rudal-rudal kendali. Kapal ini mampu pula mencium pesawat lawan dari jarak puluhan kilometer dan menghadangnya dengan peluru kendali. Kapal selam pun harus menyingkir jauh-jauh. Sistem radar pada kapal ini mampu mengaduk-aduk laut sampai kedalaman 500 meter, pada radius belasan kilometer. Meriam, menurut konsep itu, tak diperlukan karena alat serbunya bertumpu pada rudal, yang disimpan di dalam perutnya. Segala macam menara radar, radio komunikasi, atau peralatan navigasi akan diganti dengan antena pendek yang dipasang di atas kabm kemudi. Kendati tak berada dalam anjungan yang tinggi, berkat sistem navigasi mungil itu, juru mudi bisa meiihat keadaan sekeliling kapal secara lebih jelas, dengan mehhat layar komputer. Konsep itu pada mulanya bersumber pada gagasan Joseph Metcalf, seorang pensiunan laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat. Gagasan itu dilemparkan ketika Metcalf masih menjabat wakil komandan operasi angkatan laut. Setelah melalui perdebatan panjang, ide itu diterima. Lantas, sejak dua tahun lalu, gagasan Metcalf ini mulai dituangkan dalam bentuk proyek riset Angkatan Laut AS. Kapal baru itu, menurut Metcalf, betul-betul dipersiapkan sebagai penggempur. Raja lautan ini dipersenjatai, antara lain, dengan sistem radar Aegis -- seperti pada kapal USS Vincennes yang "berhasil" menembak jatuh Airbus Iran di Teluk Persia awal bulan lalu dan sistem peluncuran rudal vertikal (VLS Vertical Launch System). Kapal penjelajah yang tengah dirancang itu untuk sementara waktu sering disebut JMS (Joe Metcalf's Ship). Rudal-rudal itu, dengan dituntun oleh sistem Aegis, meluncur dari perut kapal, tanpa menggunakan peluncur khusus. Dari perut kapal itu, rudal mula-mula meluncur secara vertikal, lantas beberapa saat kemudian, berubah arah sesuai dengan sasaran yang dituju. Perut kapal penjelajah itu, dalam rancangan Metcalf, berisi sel-sel kecil yang jumlah seluruhnya 274 buah. Sel-sel itu boleh disebut magazin, sebab di dalamnya terdapat sebuah rudal, dalam posisi vertikal dan siap meluncur. Jumlah ruang persenjataan pada kapal itu lebih besar ketimbang ruang untuk awak dan mesin. Itu memang ciri paling khas desain kapal perang yang mengikuti konsep Metcalf, "sarat senjata dan penggunaan ruang untuk keperluan lain secara minimal." Rudal jenis Tomahawk, dalam rancangan Metcalf itu, masih menjadi andalan untuk menyerang sasaran darat. Sasaran udara akan menjadi tugas rudal standar SM-2. Sedangkan kapal selam menjadi bagian rudal jenis ASROC. Kapal itu digerakkan oleh mesin dengan bahan bakar gas. Ruang mesin itu ditempatkan pada kedua lambung. Dibanding ruang persenjataan, volume kamar mesin itu tak lebih dari seperempatnya. Mesin kapal itu kecil dan ringan, hingga bisa ditempatkan "menggantung" tepat di bawah dek. Pada kapal konvensional, bobot mesin begitu besar -- sampai 20 persen dari berat tubuhnya -- sehingga harus ditempatkan di dasar bangunan dan disangga rangka kapal. Selain hemat ruang, mesin dengan sistem intercooler regenerative itu irit dalam soal bahan bakar. Dibanding mesin konvensional, mesin kapal ini bisa menghemat gas sampai 30 persen. Mesin itu lumayan efisien tak banyak bahan bakar yang terbuan sebagai panas. Temperatur gas buangnya pun rendah, tak terpaut banyak dengan suhu udara sekeliling. Lantaran tak memancarkan asap bersuhu tinggi, kapal rancangan Metcalf ini sulit dilacak oleh rudal pencari panas. Berkat kondisi gas buang bersuhu rendah itu pula kapal ini tak usah repot memasang cerobon asap tinggi-tinggi. Pengendalian kapal ini berpusat pada ruang yang disebut Combat Information Center (CIC). Pada ruang ini terdapa layar-layar monitor dan panil-panil elektronik. Kondisi mesin, bahan bakar, navigasi arah haluan kapal, dan tetek-bengek komponen kapal lainnya bisa dimonitor dari ruangan ini. Pada ruang CIC ini pula komunikasi radio dilakukan, dan hasil-hasil sapuan radar dan sonar disajikan. Perintah manuver atau peluncuran rudal juga berasal dari ruang yang sama. Mengingat begitu penting perannya, maka CIC ditempatkan pada posisi yang aman, terselip di dalam tubuh perahu bagian depan, dibungkus dinding baja. Di atas ruang CIC ini tcrdapat kabin yang sedikit menjorok di atas dek. Itulah ruang juru mudi. Di dalamnya terdapat empat orang awak, yang bertugas mengatur haluan kapal. Informasi kenavigasian tinggal dilongok pada layar monitor yang menyajikan data dan gambar hasil bidikan satelit Navstar, yang mampu meliput hampir semua bagian bumi. Menurut rencana, serial Navstar akan mulai diluncurkan ke angkasa tahun 1993. Jika terjadi pertempuran, ruang kemudi dikosongkan dari hunian awak kapal. Lantas, pengendalian kapal diambil alih oleh alat kemudi elektronik yang dioperasikan dari CIC. Yang istimewa, baik ruang juru mudi maupun CIC dijamin mampu melindungi para awak dari ancaman radiasi nuklir, bom kuman, atau senjata kimia. Sistem radar Aegis itu digunakan baik untuk menyerang maupun membela diri. Pada saat menyerang, radar membimbing rudal untuk mencapai sasaran, katakanlah kapal atau pesawat terbang lawan. Namun, radar itu bisa juga menuntun rudal pertahanan untuk mencegat peluru lawan dan meledakannya di tengah jalan. Admiral Metcalf rupanya masih menganggap perlu melengkapi kapal canggih itu dengan satu unit pasukan sergap. Sebuah helikopter selalu disiagakan untuk membawa pasukan itu ke medan operasi, untuk pcmbebasan sandera, umpamanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus