Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Cantik, mungil, tapi mematikan. Itulah katak panah beracun yang ukurannya tak lebih dari 5 sentimeter.
Motif dan warna cerah yang mencolok pada kulitnya menjadi penanda bahwa katak ini harus dihindari.
Racun katak panah bisa menjadi obat pereda rasa sakit.
Cantik, mungil, tapi mematikan. Itulah katak panah beracun yang ukurannya tak lebih dari 5 sentimeter. Motif dan warna cerah yang mencolok pada kulitnya menjadi penanda bahwa katak ini harus dihindari.
Meski ukuran tubuhnya mungil, katak panah beracun adalah salah satu pemilik racun saraf terkuat dan mematikan di dunia. Uniknya, berbahaya bagi spesies lain, si katak kebal terhadap racunnya sendiri.
Banyak hewan memproduksi substansi racun, tapi sebagian besar tak berbahaya. Ada beberapa yang racunnya baru berbahaya jika masuk ke aliran darah, seperti bisa ular. Namun racun pada katak panah berbeda. Ada senyawa berbahaya di kulit yang bisa berdampak buruk meski cuma tersentuh.
Ada lebih dari 100 spesies katak panah beracun dengan jenis dan kadar racun saraf beragam. Mereka menggunakannya sebagai sistem pertahanan diri dan bukan untuk berburu. Sebagian besar spesies katak ini hidup di bagian utara Amerika Selatan.
Sejauh ini, sistem imunitas katak panah beracun masih menjadi teka-teki. Hal inilah yang membuat para peneliti di University of Texas, Austin, Amerika Serikat, tertarik menguak sebagian jawaban atas misteri itu.
Mereka mengambil sampel 28 spesies katak panah beracun dari Ekuador, termasuk yang menghasilkan racun epibatidine. Racun jenis ini bekerja dengan menghambat sistem saraf korban. Efeknya beragam, dari naiknya tekanan darah hingga kematian.
Menurut Rebecca Tarvin, peneliti di University of Texas, menjadi beracun membantu binatang bertahan hidup melawan predator. Hanya, tak semua spesies mampu mengembangkan sistem produksi racun yang bagus.
“Pembeda lainnya adalah bagaimana mereka menjadi resistan terhadap racunnya sendiri,” kata Tarvin, seperti ditulis Sciencedaily. Hasil studi yang dimuat di jurnal Science itu menunjukkan bahwa katak ini memiliki sedikit mutasi kecil dalam gennya.
Para ilmuwan menemukan adanya perubahan dalam tiga dari 2.500 asam amino yang menyusun reseptor katak panah beracun. Reseptor adalah sejenis protein di bagian luar sel yang menyalurkan sinyal komunikasi.
Mereka baru bisa beroperasi jika mendapatkan kunci yang tepat. Jika ada molekul dengan bentuk yang tepat datang, reseptor akan aktif dan mengirim sinyal. Pada korban yang terkena racun katak ini, epibatidine akan membajak sel dan memicu lonjakan aktivitas berbahaya.
Mutasi kecil dalam gen katak panah beracun membantu mereka mencegah racun itu mengikat reseptor. Lewat evolusi, tubuhnya mengembangkan sistem kunci khusus yang membuat reseptor tetap bekerja normal.
“Reseptornya menjadi resistan terhadap epibatidine, dan ini luar biasa,” kata Caecilia Borghese, rekan setim Tarvin. Selama berpuluh-puluh tahun, epibatidine dikenal sebagai racun saraf. Tapi epibatidine—200 kali lebih kuat dari morfin—juga bisa berfungsi sebagai penghilang rasa sakit.
Para peneliti di bidang kesehatan mengembangkan ratusan senyawa dari toksin katak ini untuk membuat obat pereda rasa nyeri. Penggunaannya diawasi ketat karena takaran untuk pengobatan mendekati ambang dosis mematikan.
Hasil riset ini berdampak besar pada studi pembuatan obat. Para peneliti sudah mengetahui bagaimana katak panah beracun mengeblok toksinnya, sementara reseptor yang dibutuhkan otak tetap bekerja.
FIRMAN ATMAKUSUMA | SCIENCEDAILY | LIVE SCIENCE | MONGABAY
8
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo