Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Siapa Mau Tertimpa Satelit ?

Satelit cosmos 1900 milik soviet yang berbahan bakar nuklir diduga akan jatuh di wilayah indonesia. lapan sibuk memantau jatuhnya satelit tersebut. pihak soviet menjamin tidak usah cemas.

8 Oktober 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH pos komando disiagakan penuh 24 jam sehari sepanjang pekan ini. Posko itu mengambil tempat pada sebuah ruang di Kantor Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), di Rawamangun, Jakarta Timur. Pekerjaan yang dipikul petugas di situ cukup penting: memantau jatuhnya satelit Uni Soviet Cosmos 1900. Diperkirakan, Cosmos 1900 akan jatuh ke bumi antara 5 dan 8 Oktober ini. Reruntuhan satelit Rusia dianggap berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, karena membawa sekitar 50 kg uranium. Bahan bakar nuklir itu tersimpan dalam tabung reaktor, yang berfungsi sebagai motor untuk penggerak satelit. Cosmos 1900 merupakan satelit berorbit rendah generasi mutakhir. Dia baru diluncurkan Desember tahun silam, dan langsung menempati orbitnya pada ketinggian sekitar 250 km di atas bumi. Satelit ini selama beberapa bulan telah menjalani tugasnya dengan baik: mengorbit dalam lintasan "semipolar" -- memotong katulistiwa dengan sudut 65 derajat. Lewat Cosmos 1900, Uni Soviet mampu menatap bagian-bagian penting dari bumi ini secara cepat dan cermat. Betapa tidak, Cosmos 1900 hanya butuh waktu 88 menit untuk mengitari bumi. Dengan demikian, sehari dia bisa membuat lebih dari 16 putaran. Lantaran bumi ini berputar, maka setiap kali putaran dia bisa menginspeksi lokasi yang berbeda. Pada satu lintasan, umpamanya, Cosmos 1900 lewat di atas Jayapura, maka pada lintasan berikutnya dia akan melintas di atas Palu. Lantas pada putaran ketiga dia akan melalui langit di atas Bukittinggi, dan seterusnya. Pokoknya, dia akan bergeser sejauh 2.444 km ke arah barat. Dalam empat kali lintasan, kamera pada satelit itu niscaya bisa merekam keadaan dari Aceh hingga Jayapura. Karena itu, Cosmos 1900 scring dituding sebagai satelit mata-mata. Berkat kecepatannya yang tinggi dan orbitnya yang "semipolar" itu, bagian bumi terpenting -- dari 65 derajat Lintang Selatang hingga 65 derajat Lintang Utara -- bisa diliput dalam waktu sehari. Gambar yang dihasilkan pun cukup, punya solusi tinggi, lantaran orbltnya yang tak kelewat tinggi. Cosmos 1900 mulai teler sejak pertengahan April silam, gara-gara sistem komunikasi dengan pusat pengendalinya di bumi terputus. Sejak itu, praktis satelit ini lepas dari kendali. Namun, "Sistem lainnya berfungsi normal, dan instalasi energinya juga baik," ujar Victor A. Seleznev, Sekretaris I Kedubes Uni Soviet di Jakarta. "Hanya saja sekarang Cosmos 1900 sedang menurun secara perlahan." Tulisan Profesor V. Serbin, pakar satelit di Rusia, pada koran Pravda terbitan Moskow pekan lalu, cukup menghibur. Penduduk bumi, kata Serbin, tak usah cemas. "Satelit itu telah dilengkapi sistem pengamanan yang blsa diandalkan," ujarnya. Sistem pengaman pada Cosmos 1900 itu oleh Serbin dikatakan satelit kelautan dengan reaktor nuklir berukuran kecil -- ada dua macam. Apabila terjadi kerusakan teknis sehingga orbit satelit melorot sampai di 100 km, maka reaktor nuklir itu secara otomatis akan terlontar sampai ketinggian 800 km. Dalam ruang yang miskin gravitasi bumi itu, reaktor akan melayang-layang, dan turun dalam kecepatan yang sangat perlahan. Cosmos 1900 baru akan kembali ke bumi 300 tahun kemudian, di saat pancaran radio aktif dari uranium yang dibawanya telah jauh menyusut. Bila sistem pelontar itu gagal menjalankan fungsmya, masih ada pengamat cadangan. Pengaman cadangan itu bekerja bila satelit berada pada ketinggian di bawah 100 km. Pada keadaan kritis itu, sistem pengaman akan membuka selubung reaktor, sehingga terjadi kontak langsung antara uranium dan atmosfer. Empasan udara yang keras itu akan membuat bahan bakar nuklir itu hancur berkeping menjadi bubuk halus. Bubuk itu akan menyebar pada kawasan seluas sekitar 50 ribu km2. Dalam keadaan itu, "Tingkat radiasinya kecil sekali," kata Seleznev. Kendati serpihan satelit itu belum tentu jatuh ke kawasan Indonesia, pihak Lapan agaknya tak mau ambil risiko. "Siapa berani menjamin bahwa sistem pengaman itu akan berjalan sebagaimana mestinya," kata Drs. Alfred Sitinjak, M.Sc., Kepala Pusat Studi Dirgantara Lapan. Memang cukup alasan bagi Lapan untuk waswas. Cosmos 954, yang jatuh di Kanada 10 tahun silam, ternyata masih membawa bahan cemaran radio aktif pada derajat yang cukup membahayakan manusia. Ketika itu, pemerintah Kanada sempat dibuat sibuk untuk mengamankannya. Buntutnya, pemerintah Uni Soviet harus membayar ganti rugi sekitar Rp 5 milyar. Sistem pengaman pada Cosmos 1042 yang lebih baru pun rupanya masih belum benar. Ketika satelit itu jatuh di Kepulauan Diego Garcia, di kawasan Samudra Hindia, pencemaran radio aktif juga masih terdeteksi. Tak jelas, apakah seri 1900 yang sial ini juga bakal membuat pencemaran yang sama. Namun, sejauh mana nuklir itu bisa menjadi ancaman, Alfred Sitinjak tak berani menduga. "Tergantung bagaimana prosesnya. Namun, kalau sistem pengamannya tak jalan, akibatnya bisa berbahaya," ujarnya. Dalam menghadapi ancaman Cosmos 1900 itu, Lapan bersama Batan, LIPI, Bakin, dan Mabes ABRI membentuk sub-posko dan satgas yang siap dikerahkan ke lapangan apabila reruntuhan satelit itu jatuh ke kawasan Indonesia. Dalam catatan Lapan, Indonesia setidaknya pernah tiga kali kejatuhan reruntuhan wahana angkasa: di Lampung, Gorontalo, dan yang terakhir di Jailolo, Maluku Utara, Maret lalu. Tapi reruntuhan itu hanya serpihan roket peluncur yang tak beradio aktif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus