Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Hasil studi tim peneliti dari University of British Columbia (UBC) mengungkapkan, pejalan kaki yang tidak fokus saat berjalan memiliki risiko cidera lebih tinggi daripada pengendara yang tetap fokus saat berkendara di jalan yang ramai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Peneliti utama sekaligus ilmuwan keselamatan transportasi di Fakultas Sains Terapan UBC, Tarek Sayed, mengatakan keadaan akan berbeda pada pejalan kaki yang fokus dan memilih jarak aman saat berinteraksi dengan kendaraan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Mereka menjaga jarak lebih jauh dari kendaraan, lebih sering mengalah pada kendaraan yang melaju berlawanan arah, dan menyesuaikan kecepatan bila perlu," tulis Tarek dalam risetnya, dikutip dari situs earth.com, Rabu, 9 Oktober 2024.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah berjudul 'Distracted Walking: Does it impact pedestrian-vehicle interaction behavior?'. Pengambilan data dari video di dua persimpangan di Vancouver, Kanada, dengan kerangka kerja Multi-agent Adversarial Inverse Reinforcement Learning (MA-AIRL), untuk membuat kesimpulan tentang dinamika perilaku pejalan kaki yang terganggu dan tidak terganggu saat berinteraksi dengan kendaraan.
Penelitian ini mengklaim memberi bukti konkret bahwa pejalan kaki yang terganggu karena aktivitas seperti berkirim pesan teks atau berbicara melalui telepon, menghadapi bahaya lebih besar ketika berinteraksi dengan kendaraan. Sehingga ini memvalidasi asumsi sebelumnya tentang risiko berjalan sambil beraktivitas yang bisa mengganggu.
Studi ini mencatat keselamatan jalan terus menjadi masalah global yang mendesak, dengan pejalan kaki menyumbang 23 persen dari kematian lalu lintas di seluruh dunia.
“Pejalan kaki dianggap sebagai pengguna jalan yang rentan dan tidak memiliki perlindungan sama sekali saat berinteraksi dengan kendaraan, sehingga kecelakaan yang melibatkan mereka menjadi jauh lebih parah," tulis riset tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pejalan kaki yang tidak fokus sering tidak sadar pada keadaan di sekitarnya, sehingga tidak banyak melakukan penyesuaian terhadap jalur atau kecepatan. Kesadaran yang kurang ini meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi yang lebih parah dengan kendaraan, peluang kecelakaan atau nyaris celaka pun meningkat hingga 45 persen.
Dalam tulisan ilmiah Tarek Sayed dan kawan-kawan, beberapa penelitian telah mengembangkan model interaksi pejalan kaki-kendaraan. Namun, penelitian tersebut gagal mempertimbangkan gangguan pejalan kaki, yang secara signifikan mempengaruhi keselamatan dalam interaksi tersebut. "Temuan penelitian ini dapat menjadi krusial dalam membentuk intervensi keselamatan pejalan kaki dan model lalu lintas," tulis earth.com.
Riset ini menemukan bahwa pengemudi akan lebih was-was saat menghadapi pejalan kaki yang tidak fokus. Pengemudi akan memperlambat laju kendaraan saat mendekati pejalan kaki tersebut, karena menyadari perilaku tidak terduga yang muncul oleh pejalan kaki yang terdistraksi atau tidak fokus.
Rekan penulis studi, Tala Alsharif, yang merupakan mahasiswa pascasarjana Teknik Sipil di UBC, menyarankan data ini bisa digunakan untuk menyesuaikan siklus sinyal penyeberangan atau memperkenalkan sinyal audio sebagai pengingat bagi pejalan kaki ketika hendak menyeberang jalan.
“Perencana kota juga dapat menampilkan peringatan khusus bagi pejalan kaki yang terganggu oleh ponsel mereka–bahkan mungkin memperkenalkan notifikasi seluler yang mencegah pejalan kaki menggunakan ponsel mereka saat menyeberang,” ucap Alsharif.
Selain itu, studi ini mengusulkan solusi peningkatan desain infrastruktur, seperti mengidentifikasi zona berisiko tinggi tempat pejalan kaki sering tidak fokus dengan menerapkan sistem peringatan berbasis sensor. Kemudian penyeberangan pejalan kaki yang ditinggikan juga memungkinkan pejalan kaki lebih terlihat oleh pengemudi kendaraan.