Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Tantang UGM Prediksi Gempa Besar, BMKG: Supaya Tidak Dibilang Kebetulan

Menurut BMKG, memprediksi gempa kecil di wilayah Indonesia sama dengan berburu di kandang domba.

4 Juni 2021 | 06.29 WIB

Peta gempa September 2020 di Indonesia. Twitter/@DaryonoBMKG
Perbesar
Peta gempa September 2020 di Indonesia. Twitter/@DaryonoBMKG

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mempertanyakan kemampuan prediksi gempa di wilayah Indonesia. Terutama untuk gempa-gempa dengan skala kekuatan yang tergolong kecil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Di sini (Indonesia) memprediksi gempa kecil sama dengan berburu di kandang domba," katanya lewat unggahan di akun media sosial Twitter, Kamis malam 4 Juni 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Indonesia, dia menerangkan, gempa bisa terjadi lebih dari 18 kali setiap harinya. Bahkan, menurutnya, untuk yang magnitudo di bawah 5,5 memiliki sebaran yang sangat banyak. "Tanpa diprediksi pun muncul sendiri," katanya lagi.

Jadi, Daryono menantang, jika memang ada alat yang diklaim dapat memprediksi gempa sebaiknya pilih kejadian gempa kuat diatas Magnitudo 6,0 untuk diprediksi. "Supaya tidak dibilang kebetulan."

Beberapa saat sebelumnya, Daryono dimintakan tanggapannya mengenai klaim kemampuan memprediksi gempa yang kembali diajukan tim peneliti di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Terbaru adalah gempa dengan Magnitudo 5,3 di Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah, pada 29 Mei 2021, yang disebut telah terdeteksi tiga hari sebelumnya.

“Selalu cocok, sudah dipakai tesis mahasiswa saya. Bahkan, lewat internet kita bisa bantu memberi peringatan tiga hari sebelum kejadian gempa di antara Aceh hingga NTT,” kata Ketua Tim Peneliti Sistem Peringatan Dini (EWS) Gempa UGM, Profesor Sunarno, seperti dikutip dari laman resmi UGM pada Rabu, 2 Juni 2021.

Bahkan untuk wilayah Yogyakarta, lokasi di mana alat EWS dipasang, prediksi disebutnya bisa dilakukan hingga tujuh hari sebelumnya. "Algoritma awal kami hanya mendeteksi dini 3-7 hari sebelum gempa mengingat stasiun pemantau kami hanya ada di DIY,” katanya.

Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan sistem peringatan dini gempa bumi yang mampu mendeteksi terjadinya gempa bumi 1-3 hari sebelumnya. Kredit: ugm.ac.id

Sebelum di Toli-Toli, Sulawesi Tengah, alat diklaim mampu memprediksi sederet gempa bumi lainnya yang terjadi di sejumlah wilayah tanah air. Sebut saja gempa bumi di Bengkulu dengan Magnitudo 5,2 dan 5,1 pada 28-29 Agustus 2020.

EWS Gempa UGM juga disebutkannya berhasil memprediksi gempa bumi di Barat Daya Sumur, Banten dengan magnitudo 5.3 pada 26 September 2020. Bahkan gempa di Aceh, berkekuatan 5,0 M di Barat Daya Sinabang, Aceh pada 1 September 2020 dan di Nagan Raya, Aceh, dengan Magnitudo 5,4 pada 14 September 2020.

Selain itu, alat buatan peneliti dari UGM ini juga diaku berhasil memprediksi gempa bumi berkekuatan 5,1 M yang terjadi di Barat Daya Pacitan pada 10 September 2020.

Anwar Siswadi (Kontributor)

Anwar Siswadi (Kontributor)

Kontributor Tempo di Bandung

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus