Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BILA suka minum teh hitam, kumpulkan ampasnya. Limbah ekstraknya dapat dipakai untuk mengurangi metana. Polutan ini menyumbang hampir 30 persen perusakan lapisan ozon yang membuat pemanasan global. Sebagian besar gas ini dihasilkan kotoran ternak, seperti kambing, sapi, dan kerbau.
Dewi Ratih Ayu Daning mengemas limbah teh hitam sebagai campuran pakan hewan peliharaan itu. Menggunakan proses fermentasi, mahasiswa Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada ini menguji formula di Laboratorium Biokimia Nutrisi Fakultas Peternakan untuk menekan metana ”buatan” ternak.
Fermentasi di perut hewan pemamah biak, kata Daning, menghasilkan metana dengan bantuan protozoa. Jasad renik hewani ini juga predator bakteri rumen, sumber utama protein bagi ternak. Nah, tanin—senyawa komponen sekunder—yang terdapat di dalam teh hitam dapat menghambat metabolisme protozoa. ”Menurunnya protozoa me-ngurangi emisi metana dan meningkatkan suplai protein,” kata Daning.
Penelitian ini mengantar Daning menjadi juara pertama Alltech Young Scientist Asia Pasifik pada Februari lalu. Idealnya, pemberian limbah teh hitam maksimal 30 persen volume pakan. Porsi bisa berkurang, tapi tak boleh lebih dari sepertiga. Sebab, tanin merupakan zat adiktif yang bisa menimbulkan keracunan.
Hasilnya, setelah ransum pakan campuran ini diproses dalam saluran pencernaan, tanin sebagai agen defaunasi membuat protozoa menurun 34,9 persen. Dampaknya, konsentrasi metana dalam kotoran berkurang hingga 62,4 persen. ”Bau tak sedap kotoran yang menyengat juga akan hilang.”
Dari hasil penelitian yang dikerjakan sejak pertengahan tahun lalu, Daning yakin pemberian teh hitam tak berpengaruh buruk terhadap ternak. Sebaliknya, binatang peliharaan itu tumbuh subur karena suplai protein terjaga. Kotorannya juga tetap bagus sebagai pupuk organik. Penelitian yang terus dikembangkan ini membawanya ke Alltech’s 26th International Animal Health and Nutrition Symposium, bersanding dengan perwakilan Amerika Utara dan Latin, Eropa, serta Afrika, di Kentucky, Amerika Serikat, pekan depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo