Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Teknologi kedokteran kombinasi...

Perkawinan dua jenis teknologi cat dan aplikasi komputer cadam. (ilt)

28 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOMBINASI yang janggal memang: ahli bedah tengkorak dan sistem komputer yang diprogram untuk membantu mendisain pesawat terbang. Tapi kombinasi itu ternyata membuka cakrawala baru di bidang pembedahan tengkorak kepala dan bahkan bidang pembedahan lainnya. Sejak beberapa minggu ini, Dr. Jeffrey Marsh dari Pusat Medis Universitas Washington di St. Louis, AS, punya jadwal kerja baru. Setiap hari, selama beberapa jam, ahli bedah tengkorak kepala itu menghadapi layar komputer milik pesawat terbang McDonnell Douglas Corp. Seperti dilaporkan majalah Discover bulan ini, teknik Marsh kini memungkinkan para ahli bedah dengan teliti mempelajari segala unsur yang menyebabkan kelainan pada tengkorak. Mereka juga bisa memanipulasi citra tengkorak di layar komputer, melihatnya dari berbagai sudut, dan melakukan perbaikan yang dianggap perlu. Dengan kata lain, seluruh operasi bisa dilakukan di atas layar komputer, tanpa secuil pun menyentuh pasien! Semua itu dimungkinkan oleh perkawinan dua jenis teknologi baku yang juga di Indonesia sudah dimanfaatkan: foto sinar-X dengan peralatan CAT (Computer-Assisted Tomography) dan aplikasi komputer CADAM (Computer Assisted Design And Manufacturing). Instalasi CAT di sini dimiliki RS Dr. Hasan Sadikin di Bandung, RS Pertamina, dan RS Gatot Subroto, di Jakarta. Sementara PT Nurtanio di Bandung, sejak akhir 1981 mulai memanfaatkan komputer IBM sistem 4341 dengan program CADAM, yang antara lain untuk merancang pesawat penumpang CN-325. Keluaran CAT itu berupa sejumlah gambar irisan kepala atau tubuh yang dihasilkan dengan penyinaran seberkas sinar-X. Tapi berbeda dengan peralatan ronsen biasa, berkas itu tak direkam oleh film, melainkan diukur oleh alat ukur radiasi. Setiap jenis jaringan meresap radiasi dengan tingkat yang berbeda. Perbedaan tingkat ini yang diukur, sementara, dengan mengubah arah penyinaran beberapa kali. Setiap jenis jaringan itu bisa dipastikan lokasinya bagaikan teknik Orari melacak pemancar gelap. Semua data dari alat ukur itu diolah komputer, hingga terbentuk citra irisan, yang bisa disaksikan di layar komputer atau direkam pada film. Begitulah, lapis demi lapis diselesaikan. Tapi setiap lapisan baru berupa gambar dwimatra. Untuk membayangkan keadaan sebenarnya, yang trimatra, masih cukup sukar dalam praktek. "Kesulitannya, pasien saya tidak teriris dalam sejumlah lapisan setebal dua milileter," ujar Marsh. Untung pada tahun 1981, Michael Vannier, bekas ahli teknik dan radiolog di NASA, melihat kerja Marsh itu. Vannier kemudian teringat akan aplikasi komputer di NASA untuk pekerjaan mendisain: CADAM. Alat itu mampu menampilkan bagan grafis dari masukan besaran dan rumus matematika. Setiap garis lengkung atau lurus mewakili suatu rumus matematika. Sementara posisi garis itu dalam ruang dipastikan oleh sumbu koordinat. Gabungan berbagai garis itu bisa membentuk citra sebuah benda: suku cadang pesawat atau . . . tengkorak. Walhasil Marsh dan Vannier mulai bekerjasama. Dan tak lama kemudian, tim mereka itu diperkuat oleh Jim Warren, dari divisi perancangan pesawat terbang McDonnell. Percobaan pertama mereka lakukan dengan memasukkan data dari rangkaian citra CAT seorang pasien Marsh. Dengan komputer dan program CADAM di McDonnell, data ini langsung terolah menjadi bentuk trimatra di layar komputer. Bagan itu tampak seperti kurungan kawat halus, tapi jelas terlihat bentuk tengkorak dari depan. Kemudian Warren mengubah nilai koordinatnya dan bagan itu berputar hingga tampak dari samping. "Memainkan koordinat secara elektronis," ujar Warren menjelaskan. Seperti dalang menggerakkan goleknny itu dari belakang, dari atas, dari bawah, dan akhirnya dari dalam. Seperti belum cukup meraih kekaguman Warren kemudian memerintahkan komputernya untuk menggerakkan alat potong. Dalam sekejap alat mekanis itu memotong sejumlah lempengan aluminium dan tersusun model tengkorak pasien Marsh. Teknik itu kemudian digunakan Marsh untuk mempersiapkan pembedahan bayi perempuan, Lois Eaton, awal tahun ini. Lois, yang lahir September lalu, menderita kelainan pada pertumbuhan tengkoraknya. Sebagian tulang muka itu tersambung hingga tidak tumbuh seperti bagian lainnya. Akibatnya mukanya membesar sebelah saja. Marsh mempelajari persoalannya dengan teknik komputer dan kemudian membuat model tengkoraknya dari bahan lucite yang mirip plastik bening. Sebagai patokan, dia mengambil bentuk tengkorak sebelah kanan yang tumbuh normal, hingga tahu persis berapa banyak perubahan yang harus dikerjakan pada sisi yang tidak normal itu. Lebih dari itu, Marsh sudah bisa mewujudkan wajah Lois setelah dibenahi, sebelum operasi itu dilakukan -- sesuatu yang sempat disaksikan orang tua Lois, Jim dan Ann Eaton. Tak hanya anak kecil yang beruntung dengan teknik Marsh itu. Georganne Dale, 33 tahun, mukanya cacat akibat kecelakaan mobil 12 tahun lalu. "Saya sudah dua kali dioperasi dan melacak setiap teknik baru," ujar wanita itu, "tapi muka saya bertambah gawat." Awal tahun ini ia bertemu dengan Marsh. "Sekarang saya merasa normal kembali -- dan seharusnya begitu," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus