Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Sharm El-Sheikh - Konvensi Keanekaragaman Hayati Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Convention on Biological Diversity (CBD) digelar di Sharm El Sheikh, Mesir, pada 13-29 November 2018. Perjanjian multilateral untuk melindungi keanekaragaman hayati dan alam ini mengangkat tiga poin penting, yakni infrastruktur, energi, dan kesehatan.
Baca: Capnature, Tangkap Keanekaragaman Hayati Jakarta di Taman Menteng
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo berkesempatan meliput konvensi atas dukungan Climate Tracker, jaringan global yang beranggotakan 10 ribu jurnalis muda peliput iklim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, mengatakan tiga poin penting itu dibahas dalam pertemuan tingkat tinggi pada 14-15 November.
Pertemuan terbatas itu melibatkan menteri lingkungan hidup dari negara-negara peserta konvensi dan pejabat PBB. “Banyak negara bicara dampak pembangunan infrastruktur, misalnya jalan terhadap keberadaan satwa dan biodiversitas lainnya,” kata Wiratno di Sharm El-Sheikh, Kamis, 15 November 2018.
Negara-negara peserta konvensi, kata Wiratno memikirkan cara meminimalisasi dampak dari pembangunan jalan, jembatan, bendungan, misalnya terhadap kelangsungan hidup satwa liar.
Pembangunan jalan membuat orang ramai-ramai berpindah dari area terpencil ke tempat baru. Situasi itu mengancam kehidupan satwa liar sehingga harus ada usaha untuk meminimalisasi dampak negatif. “Pemerintah Indonesia sedang menyiapkan SK Menteri Lingkungan Hidup tentang standar jalan yang melewati kawasan konservasi dan kawasan hutan,” kata dia.
Poin penting lainnya adalah ihwal pengurangan bahan bakar yang berasal dari energi fosil. Indonesia mendorong penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Sedangkan, poin kesehatan di antaranya bicara soal dampak penggunaan pestisida di sektor pertanian yang mengganggu biodiversitas.
Direktur Jenderal World Wide Fund for Nature (WWF) Internasional, Marco Lambertini mengatakan semua negara peserta konvesi yang terlibat harus lebih ambisius dan punya target baru, serta target yang lebih jelas untuk mengatasi hilangnya keanekaragaman hayati dunia.
Degradasi lahan, deforestasi, dan perubahan iklim menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dunia. “Hilangnya biodiversitas sudah diprediksi 10 tahun lalu. Biaya untuk mengatasinya sangat besar,” kata dia.
SHINTA MAHARANI (Sharm El-Sheikh)