Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Tsunami Selat Sunda Terjadi Saat Puncak Hujan Meteor Ursid

Waktu kejadian tsunami Selat Sunda bersamaan dengan masa puncak hujan meteor Ursid pada 22-23 Desember 2018.

24 Desember 2018 | 10.40 WIB

Sebuah meteor melintasi langit selama puncak hujan meteor Perseid di Taman Nasional Mavrovo di Makedonia, 12 Agustus 2018. NASA menyebutkan puncak hujan meteor ini berlangsung pada 11, 12, dan 13 Agustus 2018. REUTERS/OgnenTeofilovski
Perbesar
Sebuah meteor melintasi langit selama puncak hujan meteor Perseid di Taman Nasional Mavrovo di Makedonia, 12 Agustus 2018. NASA menyebutkan puncak hujan meteor ini berlangsung pada 11, 12, dan 13 Agustus 2018. REUTERS/OgnenTeofilovski

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Waktu kejadian tsunami Selat Sunda bersamaan dengan masa puncak hujan meteor Ursid pada 22-23 Desember 2018. Apakah dua peristiwa itu memiliki kaitan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penggiat astronomi dari komunitas Langit Selatan, Bandung, Avivah Yamani mengatakan, hujan meteor Ursid menjadi atraksi penutup 2018. Hujan meteor Ursid tampak datang dari rasi Ursa Minor. "Artinya, hanya pengamat di belahan Bumi Utara atau di atas garis katulistiwa yang bisa menikmati lintasan meteor Ursid," kata lulusan Astronomi ITB itu.

Rasi Ursa Minor akan terbit lewat tengah malam bagi pengamat di belahan Bumi Utara. Untuk pengamat di belahan Bumi Selatan, Ursa Minor terbit hampir bersamaan dengan matahari terbit. Jadi hujan meteor Ursid tidak akan teramati oleh pengamat yang tinggal di bawah garis khatulistiwa. "Ursid baru terbit pas matahati terbit di sini, nggak mungkin nyelonong malam," katanya Ahad, 23 Desember 2018.

Pada masa puncaknya itu, meteor yang melintas di langit akan bergerak dengan kecepatan 33 kilometer per jam. Di malam puncak, pengamat hanya bisa melihat 10 meteor per jam. Meteor itu berasal dari sisa debu komet 8P/Tuttle yang dilintasi bumi.

Sementara itu, Indra Firdaus mengaku tidak melihat ada benda langit yang jatuh ke perairan Selat Sunda sebelum tsunami dari tempat tinggalnya. Ketua Himpunan Astronomi Amatir Jakarta itu bersama rekan pengurus sedang rapat kerja sambil ingin lihat komet. "Tapi karena mendung dan ada musibah (tsunami) nggak jadi ngeliat," katanya saat dihubungi Ahad, 23 Desember 2018.

Sejak tiba dari Jakarta bersama rombongan, Sabtu sore pukul 15.00 WIB, yang dirasa mencolok yaitu suara gemuruh dari erupsi Gunung Anak Krakatau hingga terjadinya tsunami sekitar jam 21.30. Rombongan dengan bus berjumlah 16 orang itu mengagendakan acara dengan pembekalan materi tentang teleskop, pendalaman materi astronomi, pengamatan objek benda langit menggunakan teleskop.

Selain itu ada sesi pemotretan objek benda langit (astrofotografi), sebelum evaluasi kegiatan 2018 dan merancang kegiatan 2019. Mereka menginap di Pondok Club Bahari Jalan Raya Carita Karang Bolong Anyer, Kilometer 147, Bulakan, Cinangka, Serang, Banten.

Simak kabar terbaru seputar tsunami Selat Sunda dan hujan meteor ursid hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Amri Mahbub

Amri Mahbub

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus