Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pekan lalu, Rusia menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan untuk vaksin Covid-19.
Vaksin ini dinamai Sputnik V, diambil dari nama satelit pertama di dunia yang diluncurkan oleh Uni Soviet pada 4 Okotober 1957.
Sputnik V diklaim akan memberikan kekebalan terhadap SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, selama dua tahun.
Para ilmuwan saat ini tengah “berlomba” untuk menghasilkan vaksin yang dapat melumpuhkan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. Berbagai uji telah dilakukan, fase pertama dan kedua, tapi belum ada yang sampai ke fase ketiga.
Pekan lalu, Rusia menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan untuk vaksin Covid-19. Vaksin ini dinamai Sputnik V, diambil dari nama satelit pertama di dunia yang diluncurkan oleh Uni Soviet pada 4 Oktober 1957.
Rusia segera merilis vaksin virus corona ini ke masyarakat umum. "Sampel pertama dari vaksin Gam-Covid-Vac (Sputnik V) telah lulus tes kualitas dan akan dirilis ke publik," kata Kementerian Kesehatan Rusia, Selasa lalu.
Presiden Vladimir Putin, pada 13 Agustus lalu, menyatakan Rusia telah memberikan persetujuan untuk vaksin Covid-19 ini. Namun banyak pihak yang meragukan vaksin tersebut. Sebab, Sputnik V belum lolos uji fase ketiga, yang kriterianya melibatkan pengujian skala luas dengan ribuan peserta.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini lebih dari 200 kandidat vaksin sedang dikembangkan dan diuji coba di seluruh dunia. Setidaknya ada 24 vaksin dalam fase uji klinis pada manusia.
Vaksin Sputnik V diklaim menghasilkan respons antibodi pada semua peserta yang berjumlah 76 orang dalam uji coba fase pertama dan kedua. Vaksin yang juga disebut vektor virus ini baru akan memulai uji coba tahap ketiga terhadap 40 ribu sukarelawan.
Vaksin vektor virus ini tak berbahaya karena tak dilengkapi dengan gen yang dapat mereplikasi diri dalam sel inang manusia. Vektor membawa materi genetik untuk memicu respons imun yang dibutuhkan.
Sputnik V menggunakan gen glikoprotein yang digunakan virus untuk memasuki sel manusia. Sputnik V juga menggunakan dua vektor adenovirus untuk membawa gen tersebut, yakni AD26 dan AD5.
Para ilmuwan di Gamaleya Research Institute, pembuat vaksin Sputnik V yang berbasis di Moskow, Rusia, telah mengerjakan vaksin berbasis vektor adenoviral sejak 1980-an.
Menurut studi awal yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet, pada 4 September lalu, ilmuwan Gamaleya menjalankan dua uji coba fase pertama dan kedua terbuka serta tidak diacak di dua rumah sakit di Rusia.
Antara 18 Juni dan 3 Agustus 2020, mereka merekrut 76 sukarelawan dewasa sehat berusia 18-60 tahun dalam dua uji coba. Dalam setiap studi, kelompok yang terdiri atas 38 relawan menerima AD26 intramuskuler di lengan atas, diikuti oleh AD5, 21 hari kemudian.
Hasilnya, antibodi semua peserta terhadap glikoprotein SARS-CoV-2 muncul. Studi ini melaporkan bahwa kedua formulasi vaksin itu aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang umum adalah nyeri di tempat suntikan sebesar 58 persen, hipertermia (50%), dan sakit kepala (42%). Rata-rata merupakan efek samping ringan.
Dalam pengembangan vaksin normal, uji coba fase pertama dilakukan untuk menilai adakah reaksi merugikan dan imunogenisitas serta untuk melihat apakah vaksin menghasilkan antibodi. Uji fase ini dapat memakan waktu beberapa bulan.
Tahap kedua melibatkan ratusan sukarelawan dari berbagai usia dan kelompok risiko dalam uji coba secara acak untuk menguji keamanan dan dosis optimal lebih lanjut. Uji coba ini biasanya berlangsung beberapa bulan hingga dua tahun.
Pada tahap ketiga dilakukan verifikasi keamanan dan kemanjuran vaksin di antara ribuan sukarelawan. Gamaleya melakukan uji fase pertama dan kedua hanya dalam tujuh pekan. Hal ini tentu memicu kritik karena dianggap tak sesuai dengan uji vaksin normal.
Meski begitu, produksi massal akan tetap dilakukan mulai September ini. Sputnik V diklaim akan memberikan kekebalan terhadap SARS-CoV-2 selama dua tahun.
FIRMAN ATMAKUSUMA | THE LANCER | GRAPHIC NEWS
Vaksin Sputnik V ala Rusia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo