Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Hujan yang turun di Kota dan Kabupaten Gorontalo, serta Kabupaten Bone Bolango ibarat tak pernah jeda sepanjang awal Juli ini. Tingginya intensitas hujan membuat seorang warga terdampak banjir di Gorontalo sampai berseru di akun media sosialnya yang menyertakan #prayforgorontalo, "God! Please stop the rain."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tingginya intensitas hujan di Gorontalo juga diungkap Kepala Stasiun Meteorologi Djalaluddin Gorontalo, Cucu Kusmayancu, saat dihubungi, Jumat 12 Juli 2024. Dia menyebutkan bahwa secara umum, dari 6 sampai 10 Juli lalu, hujan turun setiap hari. Bahkan Cucu menyebutkan hujan dari 2 Juli.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Hanya tanggal 5 sebagian titik tidak ada hujan dan tanggal 6-10 turun hujan setiap hari," katanya sambil menambahkan, "Pada 11 Juli kemarin hujan hampir seharian.
Kondisi itu tampak pula dalam data hujan yang dibagikan Stasiun Klimatologi Gorontalo. Sepanjang 30 Juni pagi sampai pagi berikutnya pada 1 Juli tak ada data hujan dari 17 pos pengamatan yang tersebar di Kabupaten Bone Bolango. Begitu juga dengan tiga pos yang ada di Kota Gorontalo.
Sedangkan dari 17 pos yang ada di Kabupaten Gorontalo, hanya dua yang melaporkan data hujan. Itu pun hanya 1,4 dan 12,5 mm.
Tapi, pada 1 Juni pagi hingga pagi berikutnya pada 2 Juni, data hujan dicatat di 15 pos pengamatan di Bone Bolango, 16 di Kabupaten Gorontalo, dan seluruh 3 pos yang ada di Kota Gorontalo. Hujan yang luas dan hampir merata terus terjadi hingga data terakhir pada 10 Juli--kecuali pada 5 Juli.
Berdasarkan data milik BMKG tersebut, curah hujan harian di setiap pos menunjukkan hujan yang turun intensitas sedang (20-50 mm) dan lebat (50-100 mm). Tapi ada juga yang sampai 125 mm, seperti yang dicatat di Pos Tilango di Kabupaten Gorontalo pada 3 Juli. Atau 141 dan 124 mm di Pos Bone di Kabupaten Bone Bolango pada 6 dan 7 Juli.
Sebagai catatan, BMKG menetapkan hujan 100-150 mm per hari tergolong sangat lebat. Lebih dari 150 mm adalah hujan ekstrem.
Dalam keterangannya, Cucu menyatakan hujan saat ini di atas normal sekalipun Gorontalo disebutnya belum memasuki musim kemarau. Saat ini, di wilayah itu, disebutnya masih peralihan dari musim hujan ke kemarau.
Selain karena pancaroba, BMKG menganalisi hujan Gorontalo di atas normal disebabkan maraknya pertumbuhan awan akibat pertemuan angin atau konvergensi di atas wilayah tersebut. Lalu, fenomena atmosferik ekuatorial serta Madden-Julian Oscillation dari Samudera Hindia yang disebutkannya membuat hujan meningkat di sebagian wilayah Indonesia barat dan tengah.
"Sampai seminggu ke depan, Gorontalo masih berpotensi hujan dengan intensitas bervariasi dari ringan hingga lebat," kata Cucu.
Update dari Lokasi Banjir
Terpisah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Gorontalo menyatakan menyiapkan 20 titik utama pengungsian dan dapur umum induk sebagai upaya penanggulangan banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah tersebut sejak Rabu, 10 Juli, lalu.
Kepala Seksi Penanggulangan Pasca-Bencana BPBD Kota Gorontalo Mulyono Mardjun menjelaskan, secara keseluruhan terdapat lebih dari 20 titik pengungsian di wilayah Kota Gorontalo. Hal itu karena rata-rata hampir setiap kelurahan atau kecamatan sudah membuka posko pengungsian.
Menurutnya pula, hingga Jumat seluruh personel berada di lapangan baik membantu evakuasi warga, menyalurkan bantuan makanan siap saji maupun mendata kerusakan serta melakukan upaya pemulihan pasca bencana. Pihaknya juga berupaya melakukan rehabilitasi kepada pengungsi terutama anak-anak atau balita agar kondisi psikologinya tidak terganggu akibat bencana tersebut.
"Alhamdulillah melihat kondisi di beberapa lokasi banjir, air sudah mulai surut," kata Mulyono sambil menambahkan, "Kami terus berkoordinasi dengan BMKG terkait curah hujan yang berpotensi masih cukup tinggi agar dapat disampaikan melalui pemerintah kecamatan dan kelurahan kepada masyarakat untuk waspada, apalagi yang bermukim di bantaran sungai."
ANTARA