Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penularan cacar monyet atau Monkeypox terjadi terutama melalui kontak fisik yang dekat, termasuk hubungan seksual. Sejalan dengan itu, Staf Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi KSM Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Robert Sinto mengatakan aktivitas seksual berperan dalam penularan cacar monyet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itu, Robert meminta agar penularan cacar monyet melalui hubungan seksual benar-benar diperhatikan. Hal ini mengingat banyaknya temuan kasus di dunia dalam setahun terakhir yang berasal dari kontak hubungan seksual.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dari 2022-2023, mode transmisi kontak erat melalui hubungan seksual menjadi faktor yang sering dihubungkan dengan kasus cacar monyet satu tahun belakangan ini,” kata Robert.
Robert menjelaskan sentuhan kulit atau cairan yang menempel ke orang lain dapat berisiko terinfeksi. Dengan demikian, hubungan seksual bisa menjadi aktivitas yang rentan jika salah satu pihak telah terinfeksi cacar monyet.
Menurut Robert, penggunaan kondom tidak menjamin dapat 100 persen melindungi diri dari cacar monyet ketika berhubungan seksual dengan pasangan. "Kondom itu tidak bisa melindungi dari penularan, karena seks itu kontak erat langsung, bukan masalah cairannya,” ujarnya.
Robert mengatakan kondom tidak dapat menutupi seluruh bagian permukaan tubuh selama berhubungan seksual. Sedangkan, potensi utama penularan cacar monyet disebabkan oleh kontak fisik antarmanusia serta droplet air liur dan keringat. Namun, Robert menyatakan bahwa kondom dapat digunakan sebagai upaya meminimalisir potensi penularan cacar monyet.
Berdasarkan jurnal yang dipublikasikan di Multidisciplinary Digital Publishing Institute (MDPI), kontak dalam hubungan seksual dapat menjadi faktor risiko penularan karena dapat terjadi melalui kontak dengan manusia yang terinfeksi atau dengan cairan tubuh manusia yang mengandung virus. Oleh sebab itu, hubungan seksual tanpa menggunakan kondom dapat menjadi faktor risiko.
Berdasarkan jurnal yang sama, disebutkan bahwa prevalensi infeksi menular seksual dan seringnya timbul gejala anogenital menunjukkan adanya inokulasi lokal selama kontak langsung antarkulit atau kontak mukosa yang intim selama aktivitas seksual. Hubungan seks antara sesama pria adalah yang paling berisiko menyebarkan cacar monyet.
Untuk menghindari penyebaran cacar monye, tindakan yang dapat dilakukan antara lain memakai masker, rajin mencuci tangan dan memakai pakaian lengan panjang ketika berada di tempat publik. Sebab, virus cacar monyet bisa menempel di permukaan benda, seperti pegangan eskalator atau gagang pintu.
Robert juga mengimbau agar masyarakat tidak berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seksual dan menjaga kebersihan diri. “Itu akan sangat mengecilkan penularan. Apalagi jalur penularan yang saat ini banyak dilaporkan adalah dari hubungan seks.”
Bukan karena hubungan seksualnya
Robert menjelaskan, cacar monyet bukan suatu penyakit khusus yang hanya menyerang kelompok tertentu dalam masyarakat. Misalnya seperti stigma yang dibangun pada kelompok Lesbian Gay Biseksual Transgender Queer atau LGBT.
"Ada juga yang bukan kaum LGBTQ atau homoseksual yang terlibat. Jadi, bukan menggambarkan orientasi seksual tertentu atau HIV (Human Immunodeficiency Virus), misalnya," kata Robert.
Penularan cacar monyet dapat mengenai seluruh populasi tanpa pandang bulu. Meskipun 90 persen penularannya didominasi oleh laki-laki, namun tidak menutup kemungkinan bahwa penularan dapat terjadi pada perempuan.
"Sekali lagi, penularan cacar monyet bukan terjadi karena hubungan seksualnya, tapi karena kontak yang terjadi selama hubungan seksual," kata Robert.
ANTARA