Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menyetujui Chechnya sebagai tempat Mesir selama mengikuti Piala Dunia 2018 di Rusia. Keputusan itu langsung mengundang protes karena tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan pemimpin Rusia di wilayah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
FIFA mengungkapkan mereka terus memantau kelayakan tempat yang memungkinkan sebuah tim diijinkan mengambil basis di ibukota Chechnya, yaitu Grozny. Kota itu telah dipilih Mesir dari daftar 67 tempat di Rusia yang diajukan kepada para peserta Piala Dunia 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Keputusan FIFA untuk memakai Grozny sebagai sebuah pangkalan untuk tim Piala Dunia benar-benar mengejutkan dan memalukan,” kata Direktur Asosiasi Pemantau Hak Asasi Manusia, Jane Buchanan, kepada The Associated Press (AP).
“FIFA seharusnya membatalkan keputusan itu dan memindahkan markas latihan tim ke kota lain,” Buchana melanjutkan.
Sebuah kelompok antidiskriminasi di sepak bola, The FARE Network, juga mengatatakan Chechnya seharusnya tidak digunakan FIFA. Tidak ada pertandingan Piala Dunia 2018, Juni-Juli mendatang, yang berlangsung di wilayah tersebut.
Tapi, badan sepak bola dunia itu mempertahankan keputusannya untuk memasukkan Grozny dalam daftar tempat buat 32 tim finalis selama mengikuti Piala Dunia 2018 di Rusia.
“Kami sekarang tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa pilihan Asosiasi Sepak Bola Mesir untuk menempatkan markas latihannya di Grozny akan menyebabkan dampak merugikan terhadap hak asasi manusia,” kata FIFA dalam sebuah pernyataannya kepada AP.
Tapi, FIFA akan mengambil tindakan yang tepat sesuai dengan kebijakan hak asasi manusia jika penilaian terhadap Grozny akan berubah dalam beberapa bulan mendatang.
Pilihan Mesir kepada Grozny membawa perhatian baru kepada usaha Chechnya untuk pulih dari dua perang separatis dan dugaaan pelanggaran hak asasi manusia tahun lalu yang dilakukan pemimpinnya, Ramzan Kadyrov.
“Seharusnya tidak ada keraguan bahwa FIFA mengecam diskriminasi dalam bentuk apapun, termasuk diskriminasi berdasarkan orientasi seksual,” kata FIFA.
Pilihan kepada Grozny juga membuat tim Mesir harus melakukan perjalanan jauh untuk pertandingannya pertamanya melawan Uruguay, yaitu 1800 kilometer menuju Yekaterinburg.
Timnas Mesir lolos ke putaran final Piala Dunia untuk pertama kali dalam 28 tahun. Mereka bergabung di Grup A bersama Arab Saudi dan tuan rumah Rusia.
WISCONSIN GAZETTE | SOCCERNET | HARI PRASETYO