Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria Meksiko mendadak jadi pusat perhatian di depan Kremlin Kazan. Sejumlah warga lokal meriung dan mengajaknya berfoto bersama. Laki-laki dengan sombrero atau topi anyaman nan lebar dan bertulisan “Vamos Mexico!” itu tersenyum lebar lalu berpose.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Situasi makin ramai ketika para suporter Brasil nimbrung berfoto. Tentu saja makin banyak warga Rusia yang ikut-ikutan. Sapaan hangat dan tawa mewarnai aksi swafoto pada Rabu siang pekan lalu itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suporter Brasil dan Meksiko malah langsung akrab. Padahal, empat hari sebelumnya, tim Brasil menyingkirkan kesebelasan Meksiko setelah menang 2-0 di babak 16 besar di Kota Samara. Toh, di Kazan, mereka bersalaman saat bertemu dan berpelukan sebelum berpisah.
Persaingan rupanya selesai di dalam stadion. Di luar, para suporter itu adalah gerombolan turis mancanegara yang tengah menikmati Rusia. Mereka sama-sama menarik perhatian publik Rusia dengan atribut uniknya, bernyanyi ria di stasiun metro hingga berpesta bersama di bar setelah pertandingan selesai.
Saya banyak melihat situasi serupa terjadi selama Piala Dunia 2018 bergulir sejak sebulan lalu. Para suporter membanjiri Moskow dan kota-kota penyelenggara pertandingan lainnya. Interaksi berjalan terbuka. Bahkan menjelang partai final di Stadion Luzhniki, Moskow, antara Prancis dan Kroasia. Kedua suporter malah terlihat akrab.
Banyak pula suporter yang mengaku kaget atas keramahan warga Rusia menyambut mereka. Wajar saja, selama ini mereka kebanyakan cuma tahu sepotong-sepotong tentang situasi dan orang Rusia yang kerap dinilai kaku atau tak ramah terhadap orang asing.
Tentu saja Piala Dunia ini tak terlepas dari cela yang menjadi noda keakraban para penikmat Piala Dunia. Misalnya, masih ada suporter yang kedapatan mabuk berat, padahal sudah ada aturan ketat soal konsumsi alkohol.
Ada pula kasus ketika seorang fan Kroasia dipukuli para suporter Argentina di dalam Stadion Nizny Novgorod. Namun keributan yang sempat terekam kamera itu tak meluas. Banyak suporter Argentina lain yang berusaha menolong fan Kroasia itu. Ini menjadi kasus kekerasan pertama di Piala Dunia yang langsung diselidiki Federasi Sepak Bola Dunia.
Ada pula sejumlah aksi pemain dan penonton yang dinilai tak sportif dan diduga berbau politis. FIFA tak tinggal diam. Lembaga itu banyak menjatuhkan denda dan peringatan keras kepada pemain bahkan asosiasi sepak bola negara bersangkutan yang dinilai paling bertanggung jawab.
Di luar riak-riak keributan itu, Piala Dunia di Rusia berjalan tertib. Pesta bola ini tampaknya bisa mengikis sekat yang selama ini mengganggu komunikasi antarbangsa. Sejumlah warga Rusia yang saya temui juga menyatakan Piala Dunia membuat Rusia kian populer.
Begitulah seharusnya sepak bola, dan juga olahraga lain, menjadi wadah untuk pertemanan. Semoga para suporter bisa terus berbagi cerita tentang keseruan Piala Dunia kepada kerabat dan handai tolan mereka.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA