Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepakbola

Laporan dari Rusia: Piala Dunia 2018 dan Pertemanan

Di ajang Piala Dunia 2018, persaingan antarnegara hanya terasa di dalam stadion.

15 Juli 2018 | 08.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria Meksiko mendadak jadi pusat perhatian di depan Kremlin Kazan. Sejumlah warga lokal meriung dan mengajaknya berfoto bersama. Laki-laki dengan sombrero atau topi anyaman nan lebar dan bertulisan “Vamos Mexico!” itu tersenyum lebar lalu berpose.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Situasi makin ramai ketika para suporter Brasil nimbrung berfoto. Tentu saja makin banyak warga Rusia yang ikut-ikutan. Sapaan hangat dan tawa mewarnai aksi swafoto pada Rabu siang pekan lalu itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suporter Brasil dan Meksiko malah langsung akrab. Padahal, empat hari sebelumnya, tim Brasil menyingkirkan kesebelasan Meksiko setelah menang 2-0 di babak 16 besar di Kota Samara. Toh, di Kazan, mereka bersalaman saat bertemu dan berpelukan sebelum berpisah.

Persaingan rupanya selesai di dalam stadion. Di luar, para suporter itu adalah gerombolan turis mancanegara yang tengah menikmati Rusia. Mereka sama-sama menarik perhatian publik Rusia dengan atribut uniknya, bernyanyi ria di stasiun metro hingga berpesta bersama di bar setelah pertandingan selesai.

Saya banyak melihat situasi serupa terjadi selama Piala Dunia 2018 bergulir sejak sebulan lalu. Para suporter membanjiri Moskow dan kota-kota penyelenggara pertandingan lainnya. Interaksi berjalan terbuka. Bahkan menjelang partai final di Stadion Luzhniki, Moskow, antara Prancis dan Kroasia. Kedua suporter malah terlihat akrab.

Banyak pula suporter yang mengaku kaget atas keramahan warga Rusia menyambut mereka. Wajar saja, selama ini mereka kebanyakan cuma tahu sepotong-sepotong tentang situasi dan orang Rusia yang kerap dinilai kaku atau tak ramah terhadap orang asing.

Tentu saja Piala Dunia ini tak terlepas dari cela yang menjadi noda keakraban para penikmat Piala Dunia. Misalnya, masih ada suporter yang kedapatan mabuk berat, padahal sudah ada aturan ketat soal konsumsi alkohol.

Ada pula kasus ketika seorang fan Kroasia dipukuli para suporter Argentina di dalam Stadion Nizny Novgorod. Namun keributan yang sempat terekam kamera itu tak meluas. Banyak suporter Argentina lain yang berusaha menolong fan Kroasia itu. Ini menjadi kasus kekerasan pertama di Piala Dunia yang langsung diselidiki Federasi Sepak Bola Dunia.

Ada pula sejumlah aksi pemain dan penonton yang dinilai tak sportif dan diduga berbau politis. FIFA tak tinggal diam. Lembaga itu banyak menjatuhkan denda dan peringatan keras kepada pemain bahkan asosiasi sepak bola negara bersangkutan yang dinilai paling bertanggung jawab. 

Di luar riak-riak keributan itu, Piala Dunia di Rusia berjalan tertib. Pesta bola ini tampaknya bisa mengikis sekat yang selama ini mengganggu komunikasi antarbangsa. Sejumlah warga Rusia yang saya temui juga menyatakan Piala Dunia membuat Rusia kian populer.

Begitulah seharusnya sepak bola, dan juga olahraga lain, menjadi wadah untuk pertemanan. Semoga para suporter bisa terus berbagi cerita tentang keseruan Piala Dunia kepada kerabat dan handai tolan mereka.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA 

 

Gabriel Wahyu Titiyoga

Gabriel Wahyu Titiyoga

Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta ini bergabung dengan Tempo sejak 2007. Menyelesaikan program magister di Universitas Federal Ural, Rusia, pada 2013. Penerima Anugerah Jurnalistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014. Mengikuti Moscow Young Leaders' Forum 2015 dan DAAD Germany: Sea and Ocean Press Tour Program 2017.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus