Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sepakbola

Piala Dunia 2018: Idowu dan Sentimen Ras Sepak Bola di Rusia

Tindakan pelecehan dari suporter yang bersifat rasis beberapa kali terjadi di Rusia menjelang Piala Dunia 2018 berlangsung mulai 14 Juni.

7 Mei 2018 | 17.13 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah) dan Presiden FIFA Gianni Infantino (kiri) mengunjungi Stadion Fisht, yang akan menjadi tuan rumah pertandingan Piala Dunia FIFA 2018 di Sochi, Rusia 3 Mei 2018. Sputnik/Aleksey Nikolskyi/Kremlin via REUTERS
Perbesar
Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah) dan Presiden FIFA Gianni Infantino (kiri) mengunjungi Stadion Fisht, yang akan menjadi tuan rumah pertandingan Piala Dunia FIFA 2018 di Sochi, Rusia 3 Mei 2018. Sputnik/Aleksey Nikolskyi/Kremlin via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Piala Dunia 2018 akan berlangsung mulai 14 Juni. Tapi, rasisme sepakbola di Rusia masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan.

Baca: Piala Dunia 2018: Brasil Tidak Lagi Bergantung pada Neymar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kondisi ini pernah dialami Bryan Idowu, pemain keturunan kulit hitam, yang tumbuh besar di wilayah Saint Petersburg. Idowu sempat bermain untuk klub terkemuka di Liga Rusia, Zenit Saint Petersburg.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Idowu merupakan pemain berdarah asli Nigeria. Ayahnya dulu merantau ke Rusia sebagai seorang pelajar. Idowu menjalani debut pertama bersama tim nasional Nigeria sebagai bek sayap kiri saat melawan Argentina dalam laga ujicoba beberapa waktu lalu.

Idowu, yang kini bermain untuk klub Liga Rusia lainnya, Amkar Perm, menceritakan pengalaman pahit, yaitu diskriminasi yang diterimanya kala masih berseragam Zenit Saint Petersburg.

Mantan klub yang dibela Idowu tersebut dikenal memiliki basis suporter ultra sayap kanan yang kuat di Rusia.

Saat berlatih, Idowu pernah mendapat cacian bernada rasis dari para suporter Zenit. “Tidak ada warna hitam di warna Zenit,” kata Idowu menirukan ucapan para suporter itu. “Mengapa kamu kenakan kaus tim ini?”

Idowu juga menuturkan perlakuan rasis lainnya yang diterima. Ketika menggiring bola di lapangan, setidaknya dua kali ia diteriaki dengan yel-yel menyerupai suara monyet.         

Rasisme dalam sepak bola yang dialami Idowu bukan yang pertama terjadi di Rusia. Osaze Odemwingie, pemain asal Nigeria yang pernah membela Lokomotiv Moscow, juga merasakan pengalaman serupa.

Saat kepindahannya ke klub Liga Primer Inggris, West Bromwich pada 2010, para suporter Lokomotiv Moscow justru merayakan momen tersebut dengan memasang spanduk bertuliskan: “Terima kasih West Brom,” beserta gambar pisang sebagai latarnya.

Begitu pula saat tim nasional Prancis menjalani laga uji coba dengan Rusia di Saint Petersburg, Maret lalu. Sekelompok suporter  Rusia melakukan aksi tidak sportif dengan melontarkan cacian bernada rasis kepada beberapa pemain Prancis ketika bertanding.

Baca: Piala Dunia 2018: Guardiola Usulkan Delph kepada Southgate

Akibatnya, badan sepak bola dunia, FIFA, mengadakan investigasi mendalam dan hasilnya Rusia dijatuhi hukuman atas kasus rasisme suporter ini.

ASSOCIATED PRESS | GUARDIAN | INDEPENDENT | ZIKRI L HAKIM BADRI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus