Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aleksander Ceferin terpilih kembali sebagai presiden UEFA. Ia terpilih dalam Kongres Biasa badan pengatur sepak bola Eropa tersebut di Lisbon pada hari Rabu, 5 April 2023. Ia terpilih kembali untuk masa jabatan selama empat tahun ke depan hingga 2027.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ceferin terpilih sebagai presiden ketujuh UEFA pada tahun 2016. Ia menggantikan Michel Platini, yang mendapatkan larangan berkecimpung di sepak bola pada tahun 2015 karena pelanggaran etika. Platini dipaksa keluar dari UEFA pada tahun 2016 setelah kalah banding.
Ceferin, laki-laki berusia 55 tahun, menghadapi tantangan terbesarnya pada April 2021 ketika beberapa klub top Eropa berusaha membentuk Liga Super Eropa. Kompetisi tersebut merupakan ancaman langsung terhadap kompetisi klub kontinental UEFA, Liga Champions.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ceferin meminta para penggemar, federasi sepak bola, dan pemerintah untuk menentang proposal European Super League. Menurut dia, pembentukan kompetisi itu egois dan memalukan. Dalam pidatonya, dikutip dari Reuters, Ceferin berkata, "Sepak bola Eropa sudah mendunia. Ketika kami menuai keuntungan, kami juga membayar harganya.
"Ada godaan, dan bahkan upaya, untuk membuat model baru, tetapi mereka bertentangan dengan model sepak bola Eropa yang kita kenal dengan baik dan sangat kita hargai," kata laki-laki berkebangsaan Slovenia tersebut.
"Model kami didasarkan pada prestasi olahraga. Dari mana kita berasal, prestasi tidak bisa dibeli. Prestasi tidak dapat diklaim. Itu hanya dapat diperoleh. Musim demi musim. Di dalam dan di luar lapangan. Tidak ada ruang untuk kartel di benua ini," ujar Ceferin.
Ceferin juga menyoroti perlunya menekan pelanggaran hak terhadap pemain. "Sepak bola adalah olahraga inklusif, terbuka untuk semua orang," kata dia. "Sayangnya, beberapa orang masih belum memahami konsep ini, itulah sebabnya kami harus memikirkan kembali pendekatan kami."
"Kami perlu menangani pelanggaran dengan lebih efektif ketika seorang pemain menjadi sasaran hinaan rasis, homofobik, atau seksis selama kompetisi UEFA. Kami di sini untuk melindungi para pemain," ujar Ceferin, yang pertama kali terpilih kembali tanpa oposisi untuk masa jabatan empat tahun pada 2019.