Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Angsa Putih di Danau Hitam

Karya terbaru Darren Aronofsky yang sudah meledak sebelum filmnya ditayangkan. Puncak karier Natalie Portman.

7 Februari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BLACK SWAN
Sutradara: Darren Aronofsky
Cerita: Andres Heinz
Skenario: Mark Heyman, Andres Heinz, John McLaughlin
Pemain: Natalie Portman, Mila Kunis, Vincent Cassel, Barbara Hershey

SEEKOR angsa putih jelita berenang di danau yang cemas. Nina Sayers (Natalie Portman) adalah seorang penari balet yang sudah lama didera ambisi sang ibu (Barbara Hershey) dan kecemasan diri sendiri. Ia bermimpi menjadi perwujudan Odette, seorang putri raja yang dikutuk menjadi angsa putih dalam lakon klasik The Swan Lake, sebuah peran yang diburu setiap penari balet dunia. Tapi, dalam cerita klasik itu, sang balerina utama harus memerankan dua peran sekaligus, Ratu Angsa Putih yang jelita dan ringkih, serta Angsa Hitam yang sensual dan berbahaya.

Sang guru, Thomas Leroy, yakin Nina bisa memerankan Angsa Putih; tapi dia ragu Nina bisa memerankan Angsa Hitam yang sensual dan berbahaya. Thomas (Vincent Cassel) adalah guru dan pemimpin New York City Ballet yang temperamental, keras, dan sesekali menggunakan seks untuk ”melumerkan” para penari balet utama agar mereka bisa menjadi gemulai, santai, dan sensual. Setelah usia balerina menanjak, Thomas akan membuang angsa yang tua, seperti yang dia lakukan pada Beth Macintyre (Winona Ryder), ratu angsa yang tengah dicari penggantinya.

Tapi persoalan Nina bukan hanya seorang penari yang diganggu ibu yang selalu menyalak; tapi Nina adalah pribadi yang ingin segalanya sempurna. Dan hidup tak pernah bisa sempurna. Nina merasa posisinya sebagai Ratu Angsa Odette terancam sejak kedatangan Lily (Mila Kunis), seorang balerina dari San Francisco yang seksi, bertato, dan, “Bergerak secara alamiah mengikuti kata hati,” kata Thomas menyindir Nina yang bergerak dengan mekanik dan penuh ketegangan.

Rasa terancam itu kemudian berkembang melahirkan momen kejiwaan yang meledak. Dia merasa Lily mengikutinya sekaligus menjebaknya. Dia mengajaknya menyusupi kehidupan malam, menenggak ekstasi, dan bercinta dengan sembarang lelaki untuk kemudian bercinta dengan Lily (ya, ada adegan percintaan sesama perempuan yang erotis). Anehnya, di pagi hari, Lily, yang segera “menjabel” posisi Angsa Putih pada saat latihan, tak merasa bercinta dengan Nina. Ini salah satu dari serangkaian simtom psikotik Nina.

Film ini memang milik Natalie Portman dan betul-betul sebuah ruang luas untuk aktris ini menampilkan kemampuannya menuju Academy Awards. Bukan berarti dia belum pernah menampilkan variasi aktingnya melalui film The Professional, Closer, V for Vendetta, dan Everybody Says I Love You, tapi film drama ini yang menekankan sisi psikologi Nina yang rapuh, yang sisi hitamnya harus dipancing dengan ciuman Guru Thomas Leroy yang membuat Nina murka dan diakhiri dengan gigitan kencang ke bibir Leroy. Justru daya hidup itulah yang dicari sang guru, dan keesokan harinya Nina terpilih sebagai Odette, sang Ratu Angsa.

Natalie Portman memulai karakter Nina dari seorang anak gadis yang patuh pada peraturan ibunya; gadis yang selalu memagari berahinya, kemudian keluar tajinya setelah dicium oleh gurunya hingga akhirnya dia mampu mengepak sayap hitamnya di atas panggung dengan anggun dan sensual. Tubuhnya seolah mengalir bersama udara. Saat itu, tokoh Nina Sayers bak seekor angsa jelita yang berbahaya, yang berenang di kolam darah. Darah dari luka hasil keganasannya sendiri.

Aronofsky sengaja tidak menyentuh cerita klasik Swan Lake yang sebetulnya menarik untuk dibuat sebuah paralel dengan politik dalam kelompok penari balet profesional. Kisah kutukan yang dijatuhkan pada Putri Odette yang menjadi angsa pada siang hari dan manusia pada malam hari itu sebetulnya juga penuh intrik, pengkhianatan, dan tragedi cinta di akhir cerita.

Aronofsky malah memilih mengulik sisi hitam (Odile) dan putih (Odette) di dalam seorang perempuan. Aronofsky sendiri mengaku skenarionya banyak dipengaruhi beberapa elemen cerita film The Tenant karya Roman Polanski dan novela The Double karya Fyodor Dostoyevsky, terutama elemen thriller psikologi karakter utama. Aronofsky tampak lebih tertarik menjelajahi tema dualisme karakter dalam diri seseorang yang secara visual diperlihatkan dalam beberapa kali pertemuan antara Nina dan Nina.

Natalie Portman, yang sudah berhasil mendapat penghargaan Golden Globe untuk Aktris Terbaik, sudah dipastikan akan melibas pesaingnya dalam Academy Awards akhir bulan ini.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus