Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

De Niro Kurang Gereget

Stone mempertemukan dua aktor watak Edward Norton dan Robert De Niro. Drama kriminal berbalut spiritualitas yang tak tergali maksimal.

1 November 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

STONE
Sutradara: John Curran
Penulis skenario: Angus MacLachlan
Pemain: Robert De Niro, Edward Norton, Milla Jovovich, Frances Conroy

Berapa lama kamu menyalahkan seseorang untuk satu kesalahan yang pernah dia perbuat?” Pertanyaan bernada sinis itu diucapkan Gerald Creeson (Edward Norton) kepada Jack Macby (Robert De Niro). Lelaki berambut kepang yang lebih senang dipanggil Stone itu seakan ingin menegaskan bahwa hukuman delapan tahun penjara yang sudah dijalaninya itu terlampau berat.

Stone dipenjara karena terbukti menutupi kasus pembunuhan kakek-ne-nek nya dengan membakar seluruh rumah agar terlihat seperti kecelakaan. Karena berkelakuan baik, Stone punya kemungkinan dibebaskan lebih awal daripada vonis yang dijatuhkan. Tapi nasibnya amat bergantung pada Jack, yang diberi tugas menganalisis kasus Stone. Tanpa persetujuan petugas ini, dia bakal mendekam lebih lama di penjara.

Tapi keluh-kesah Stone, termasuk bagaimana keresahan lelaki itu menahan rindu bermesraan dengan istrinya yang katanya amat seksi, tak cukup mendapat perhatian Jack. Cerita bergulir pada usaha Stone menarik simpati Jack. Tak cukup dengan kata-kata dan tampang mengiba dalam setiap kesempatan bertemu, Stone juga memanfaatkan Lucetta (Milla Jovovich), sang istri. Dia mengatur sebuah skenario yang bakal mempertemukan Jack dengan Lucetta. Stone berharap Jack akan terpikat kecantikan istrinya dan ini akan mempermudah proses Stone mencapai kebebasan.

Melihat nama-nama bintang yang terlibat dalam film ini, Stone tentu memberikan harapan tentang sebuah film drama kriminal yang memikat. Robert De Niro dan Edward Norton pantas menjadi jaminan. Siapa yang meragukan akting De Niro saat beradu akting dengan Al Pacino dalam film Righteous Kill dan deretan film yang pernah didukungnya, yang mengundang pujian dari para kritikus.

Dalam film yang digarap sutradara John Curran ini De Niro tetap tampil amat natural. Norton yang pernah bekerja sama dengan Curran dalam film The Painted Veil pun mempesona seperti biasa. Melihat kaliber kedua aktor ini, seharusnya kita melihat adu karakter yang kuat dan menarik. Tapi kedalaman karakter mereka justru tidak terasa.

Pada menit pertama hingga setengah bagian film berdurasi 105 menit ini memang cukup menjanjikan. Jack digambarkan sebagai seorang suami yang dingin, yang lebih banyak menghabiskan waktu menonton permainan golf di televisi. Sang istri yang tak tahan dengan kondisi itu berniat pergi meninggalkannya. Jack naik pitam. Dia mengancam akan membunuh putri mereka sambil bersiap melemparkan sang anak yang masih balita itu di jendela lantai dua rumah. Sang istri menyerah.

Lalu cerita bergulir ke masa saat Jack dan istrinya (diperankan oleh aktris Frances Conroy) sudah berusia senja, dan dikaruniai seorang cucu. Pasangan suami-istri ini juga digambarkan sangat religius. Sang istri rajin membaca Injil. Adapun Jack rajin mendengarkan khotbah pendeta melalui radio di rumah ataupun di dalam mobil. Ketertarikan Jack pada agama justru kemudian dimanfaatkan oleh Stone.

Yang jadi soal, di tengah film Curran sepertinya mulai kehilangan arah. Demi membangun ketegangan, dia memasukkan adegan yang tak perlu. Adegan seorang sipir penjara yang dibunuh dengan cara keji—dihunjam pisau bertubi-tubi hingga darah muncrat ke mana-mana—lebih berkesan sebagai selingan semata. Tak ada penjelasan tentang hal itu.

Lebih dari itu, Curran juga luput menyelami lebih dalam kejiwaan karakter utamanya. Gambaran mengenai Jack menjadi tak lengkap. Kita terpaksa menebak-nebak apa yang membuat Jack berkepribadian seperti itu, dingin, religius tapi menyimpan kekejaman.

Sebagai sebuah tontonan, film ini juga relatif datar. Konflik yang terbangun tak cukup tergali dengan maksimal, sehingga pada beberapa bagian terasa membosankan. Akhir cerita yang mestinya mengejutkan pun terasa kurang gereget.

Nunuy Nurhayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus