Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Diane Keaton dan Kita

Lagi-lagi Diane Keaton menyinari film komedi terbarunya. Kali ini dia menjadi seorang ibu yang sangat protektif dan rewel.

14 Mei 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BECAUSE I SAID SO Sutradara: Michael Lehmann Skenario: Karen Leigh Hopkins and Jessie Nelson Pemain: Diane Keaton, Mandy Moore, Lauren Graham Produksi: Gold Circle Films dan Universal Pictures

Apa yang terjadi seandainya Diane Keaton tak pernah dilahirkan di dunia ini? Hidup akan berjalan dengan tenang dan damai. Biasa saja. Tetapi, di dunia film, film legendaris karya Woody Allen, film Annie Hall (1977) atau Play it Again, Sam (1972) atau Manhattan (1979), akan beredar tanpa jiwa. Kay Adams, istri Michael Corleone dalam film Godfather 1, 2, dan 3 karya Francis Ford Coppola itu bisa saja diperankan aktris lain yang juga hebat dan kuat, tetapi toh Kay Adams tidak akan menjadi Kay yang menunjukkan kemarahan melalui mata dan bibirnya, seperti penampilan Diane Keaton. Lalu, bagaimana dengan komedi seperti Father of the Bride (1991) atau Manhattan Murder Mystery (1993), The First Wives Club (1996)? Dan siapa yang bisa memerankan Erica Jane Barry, seorang penulis drama terkemuka, seorang perempuan yang mandiri justru magnetik di usianya yang paruh baya dalam Something Gotta Give (2003), selain Diane Keaton?

Dan bagaimana dengan film terbarunya yang sedang beredar, Because I Said So? Film itu akan bukan hanya buram tanpa Diane Keaton, tetapi menjadi sebuah komedi yang gagal.

Diane Keaton adalah seorang aktris yang tak tergantikan. Dalam film drama, komedi, atau genre apa pun, dia adalah Diane Keaton, yang bukan hanya menampilkan sebuah kewajaran dalan seni peran, tetapi juga sebuah sinar, glow, yang tak dimiliki pemain lain.

Dalam film Because I Said So, Diane Keaton berperan sebagai Daphne Wilder, seorang ibu dengan tiga anak perempuan. Mae (Lauren Graham), psikolog yang mandiri; Maggie yang seksi dan Milly (Mandy Moore) yang sembrono dan manis. Sang ibu khawatir dengan nasib perjodohan si bungsu yang polos dan selalu bernasib buruk dengan pacar-pacar sebelumnya. Daphne, seorang pemilik catering, merasa harus mencarikan jodoh untuk anaknya, dan petualangan Daphne dimulai dengan sebuah iklan di Internet, kemudian berakhir pada dua calon: seorang musisi dan seorang arsitek. Mudah ditebak, sang ibu (seperti para calon mertua mana saja) lebih memilih sang arsitek untuk anaknya. Dan penonton sudah tahu, lelaki mana yang akan dipilih Milly.

Pemain dalam film ini semua menampilkan akting di atas rata-rata. Lauren Graham, aktris yang kita kenal sebagai seorang ibu tunggal Lorelai Gilmore dalam serial The Gilmore Girls, menjadi mubazir, karena dia aktris yang fantastis. Tapi cerita dalam film yang menamakan diri sebagai komedi romantik ini bukan hanya mudah ditebak, tetapi masih juga membutuhkan beberapa humor slapstick, sesuatu yang sama sekali tidak dibutuhkan pemain seperti Diane Keaton atau Lauren Graham, yang mampu menjadi komedian tanpa harus terpeleset kulit pisang.

Diane Keaton pada usianya ke-61 malah mencapai suatu posisi yang tak tergantikan. Dalam Something Gotta Give, siapa yang bisa membayangkan perempuan pada usia menjelang senja bisa menampilkan sinar sekaligus magnet bagi lelaki setampan Keanu Reeves? Tetapi film itu tetap bisa meyakinkan penontonnya karena Diane Keaton. Dalam Family Stone atau Because I Said So, film komedi yang menampilkan banyak pemain terkenal, Diane Keaton tetap menjadi peniup roh dalam film itu.

Diane Keaton menjadi barometer bagi keberhasilan sebuah film komedi, meski diakui masa jayanya memang berpuncak pada film-film Keaton karya Woody Allen seperti Annie Hall. Pendeknya, jika Diane Keaton tak dilahirkan di dunia, memang hidup akan berjalan biasa-biasa saja. Tetapi film Annie Hall tak akan menjadi Annie Hall. Dan film Because I Said So menjadi film yang tak layak ditonton.

Jika para aktris di Indonesia memiliki setengahnya saja dari bakat dan kerja keras Diane Keaton, alangkah bercahayanya layar perak kita.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus