Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Kisah Dua Penipu

Dua film dokumenter Netflix tentang kejahatan yang tak masuk akal. Dua penipu yang memanfaatkan cinta untuk mengeruk uang.

12 Februari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Dua film dokumenter baru tayang di Netflix, tentang dua penipu ulung yang memperdaya perempuan dengan cinta.

  • Kebohongan yang meyakinkan dan terencana melahirkan kejahatan yang tak masuk akal.

  • Tentang The Puppet Master dan The Tinder Swindler.

HANYA berselang satu bulan, Netflix merilis dua film dokumenter tentang penipu ulung yang memperdaya perempuan untuk mendapatkan uang: serial The Puppet Master yang muncul pada awal Januari 2022, lalu The Tinder Swindler yang sedang populer. Keduanya faktual, dengan cerita tak masuk akal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

The Puppet Master bercerita tentang Robert Hendy-Freegard yang mengaku sebagai agen dinas intelijen Inggris, MI5, untuk menipu sejumlah orang pada 1993-2005. Berdalih sebagai agen rahasia yang menyelidiki pemberontak Irlandia, Robert memperdaya perempuan dan laki-laki, lalu menguasai mereka seolah-olah dalam ancaman tentara IRA, lantas memoroti harta mereka selama 10 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun Tinder Swindler menceritakan seorang pemuda Israel, Shimon Hayut, yang menyamar sebagai Simon Leviev—anak saudagar berlian Lev Leviev. Peristiwanya terjadi antara 2017 dan 2020. Dengan memajang profil gaya hidup mewah di aplikasi kencan Tinder, Shimon berhasil menggaet banyak perempuan dan memperdaya mereka hingga mengeruk uang hampir US$ 10 juta.

Tangkapan layar dari film Tinder Swindler yang menggambarkan Simon Leviev sedang berpesta. Netflix

Modus Robert dan Shimon sama belaka, kecuali Robert memeras perempuan satu per satu, sementara Shimon memakai skema Ponzi. Shimon mengeruk uang satu pacarnya untuk membiayai hidup mewah pacar berikutnya di negara lain. Setelah menguasai para korban, kedua penipu ini membuat skenario sedang terancam untuk meminta uang.

Ada tiga perempuan korban Shimon yang bersaksi di depan kamera sutradara Felicity Morris: Cecilie Fjellhoy dari Norwegia, Pernilla Sjöholm dari Swedia, dan Ayleen Koeleman dari Belanda. Kelakuan Shimon terbongkar ketika Cecilie hendak bunuh diri karena terjerat utang untuk membiayai Shimon. Cek yang dikirim Shimon untuk membayar pinjamannya ternyata palsu.

Cecilie pun mulai mencari perempuan lain korban Shimon. Ia menemukan Pernilla. Keduanya kemudian menceritakan kisah hidup mereka berhubungan dengan Shimon kepada wartawan Verdens Gang, koran terbesar di Norwegia. Tiga wartawan koran ini melacak profil Shimon di Israel dan mendapat kepastian bahwa Shimon Hayut adalah Simon Leviev, orang yang pernah masuk penjara karena mencuri cek bosnya.

Tiga perempuan Finlandia juga melaporkan Shimon ke polisi karena penipuan dengan modus serupa. Interpol menangkap Shimon setelah Ayleen jitu mencocokkan pesan WhatsApp centang satu dengan jadwal penerbangan Amsterdam-Yunani pada waktu yang sama.

Shimon divonis 15 bulan penjara dengan tuduhan memalsukan paspor. Ia lolos dari gugatan penipuan karena meyakinkan hakim bahwa uang yang ia ambil dari pacar-pacarnya adalah pinjaman. Hanya lima bulan dalam penjara, Shimon bebas dan kembali menjalani hidup mewahnya di Israel, kembali punya pacar, bahkan membuat pos di Instagram untuk menanggapi film Tinder Swindler

Sementara Shimon berkali-kali masuk penjara, Robert hanya sekali. Sebab, mantan suami dan dua anak perempuan yang ia perdaya gagal meyakinkan mantan istri dan ibu mereka bahwa Robert adalah penipu dan penculik. Perempuan itu malah hidup bersama Robert di Prancis.

Shimon dan Robert adalah contoh nyata bahwa kebohongan bisa memperdaya jika dilakukan dengan serius dan terencana. Dengan bumbu cinta dan persahabatan, di era online ataupun offline, kebohongan menemukan kekuatan yang dahsyat untuk sebuah kejahatan yang tak masuk akal. Dalam dua film dokumenter itu, para korban tak segera sadar bahwa mereka sedang masuk permainan kebohongan para penipu.

Dokumenter ini begitu hidup karena para sutradara mengacak alur dan cerita berdasarkan kesaksian para korban di depan kamera. Kisahnya direkonstruksi bolak-balik mengikuti sekuens cerita para korban, lalu menggabungkannya dalam suspens ketika polisi memburu para pelaku. Faset-faset cerita yang sporadis itu pun menjadi kompleks sehingga alur yang linier menjadi menegangkan.

Netflix

The Puppet Master: Hunting the Ultimate Conman
Sam Benstead dan Gareth Johnson
121 menit 

Netflix

The Tinder Swindler
Felicity Morris
114 menit

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Bagja Hidayat

Bagja Hidayat

Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Alumni IPB University dan Binus Business School. Mendapat penghargaan Mochtar Loebis Award untuk beberapa liputan investigasi. Bukunya yang terbit pada 2014: #kelaSelasa: Jurnalisme, Media, dan Teknik Menulis Berita.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus