Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sebanyak 20 perempuan melukis bersama di Bundaran Hotel Indonesia.
Acara melukis itu dikurasi oleh Anna Sungkar.
Melukis di tempat umum menjadi tantangan yang menarik bagi mereka.
Selama dua bulan, Revoluta menyiapkan perhelatan ini. Dia menantang 20 perempuan perupa untuk melukis di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, pada 22 Mei 2022. Tak mudah menyiapkan acara ini dalam waktu cukup singkat di sela Ramadan dan libur Lebaran. Ia mencari 20 perempuan perupa yang berani menerima tantangannya: berkomitmen menumpahkan energi dan kreativitas di tempat umum seharian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Selama tiga hari, saya menjadi operator. Saya teleponin satu per satu (untuk menjelaskan) tentang konsep acara dan tema Harkat. Setelah fix, barulah saya sampaikan ke kurator," ujar penggagas acara 20 Perempuan Perupa Melukis Bersama itu, Rabu, 1 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memang tak mudah meyakinkan para perempuan itu, terutama soal mental bahwa mereka harus berkarya di tempat umum. Namun, menurut Revo, mereka senang kendati tak semua para peserta saling mengenal. "Mungkin deg-degan karena ada di ruang publik. Mereka perempuan tangguh semua dan punya energi."
Para perempuan perupa itu adalah Aida Pray, Ariesa Pandawangi, Arleti Mochtar Apin, Ary Okta, Belinda Sukapura Dewi, Bibiana Lee, Desy Febrianti, Deborah Ram Mozes, Erica Hestu Wahyuni, Esti Lestarini, Gilang Cempaka, Hani Santana, Inanike Agustra, Nita Nursita, Revoluta. S, Sari Koeswoyo, Sulan Lim, Ve Dhanito, Vy Patiah, dan Watioe Respati.
Suasana pameran "HARKAT" di Tugu Kunstrking Paleis Gallery, Jakarta, Rabu, 1 Juni 2022. TEMPO/Muhammad Hidayat
Latar belakang dan profesi mereka beragam. Dari pengajar di perguruan tinggi, fotografer, editor bahasa, pramugari, hingga pengusaha jasa perkawinan dan sebagainya, mereka berekspresi. "Justru mereka memperlihatkan kekuatan mereka. Ada yang sampai cuti dari jadwal terbang demi bisa melukis bersama," ujar Revo.
Acara melukis yang dikurasi Anna Sungkar tersebut digelar untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional 2022. Hasil melukis seharian itu kemudian dipamerkan di Tugu Kunstkring Paleis, Menteng, pada 24 Mei-1 Juni 2022.
Revo sendiri melukis abstrak dengan tampilan telapak tangan dan cipratan kuat cat berwarna kuning. Ia memberi judul lukisannya Tangguh. Karyanya mengekspresikan tema Harkat dari ketangguhan perempuan di dunianya. "Perempuan itu yang kelihatan dua tangan, tapi ia bisa mengerjakan dan memikirkan banyak hal dalam satu waktu," kata Revo.
Suasana pameran "HARKAT" di Tugu Kunstrking Paleis Gallery, Jakarta, Rabu, 1 Juni 2022. TEMPO/Muhammad Hidayat
Adapun Esti Lestarini melukis sosok perempuan yang berjualan buah-buahan di pasar dengan judul Suyatmi Menggapai Mimpi. Dia menuangkan arti harkat dari pengalaman yang lekat dengan dirinya, yang tumbuh di sekitar di pasar. Di pasar, ia melihat beragam pengalaman, keunikan, interaksi berbagai orang, terutama para figur perempuan yang tangguh, serta spirit perjuangan hidup. Ide ini ia anggap cocok untuk tema yang memiliki konsep kasar pada kertas.
Begitu turun ke Bundaran HI, Esti menumpahkan cat akriliknya pada kanvas. Dia merasa tertantang dengan ukuran kanvas besar yang belum pernah ia garap sebelumnya. Ia menyelesaikan lukisannya dalam layer yang tipis. Melukis di tempat umum ini merupakan pengalaman pertama bagi Esti, meski ia telah beberapa kali melukis di luar ruangan. "Sebelumnya paling melukis sketsa atau melukis apa yang dilihat di tempat itu, bukan dengan tema yang sudah ditentukan seperti kemarin."
Esti merasa bersyukur karena hari itu matahari tak bersinar terik dan tidak turun hujan. Hanya, ia harus berjuang menjaga konsentrasinya dari ramainya lalu lalang warga karena acara melukis bersama tersebut berbarengan dengan car-free day pertama setelah kondisi pandemi mereda. Tantangan dalam menyelesaikan lukisan dengan layer tidak banyak, tapi terasa tuntas.
"Ada deg-degan, khawatir, tapi ada semangat untuk terus. Malu juga kan kalau tidak selesai. Tapi asyik dengan tantangan ini. Kami tidak kapok, malah banyak yang pengen lagi,” ujar Esti.
Adapun Arleti Mochtar Apin menuangkan karya abstrak berwarna tenang—juga dengan cat akrilik—seperti warna biru yang dipadankan dengan hijau, biru toska, putih, dan ungu muda di tengah bidang kanvas. Ia pun membiarkan cat putih berleleran ke bawah. Leleran cat itu menyimbolkan bahwa sesuatu yang diajarkan akan turun menjadi generasi selanjutnya, baik untuk anak-anak maupun bagi dan lingkungan.
Suasana pameran "HARKAT" di Tugu Kunstrking Paleis Gallery, Jakarta, Rabu, 1 Juni 2022. TEMPO/Muhammad Hidayat
Menurut Arleti, karya berjudul My Expression ini merupakan refleksi perempuan sebagai motor kehidupan, yang memiliki ketenangan dan kekuatan batin. "Ia harus tangguh, tenang, dan enggak boleh bergejolak, tapi dinamis dalam segala situasi. Ia tidak boleh mandek," tutur Arleti.
Putri pelukis Mochtar Apin itu mengakui suasana saat melukis memang menjadi tantangan yang menarik. Sebab, begitu banyak orang yang lalu lalang dan nonton. Namun hal itu justru membuat Arleti bisa lebih bisa memperlihatkan kerja-kerja seniman kepada masyarakat. Soal deadline menyelesaikan lukisan, bagi dia, juga tak menjadi masalah karena ia terbiasa berdisiplin waktu.
Dengan pengalaman pertama melukis bersama di tempat umum itu, ia merasa mendapat interaksi dan energi berlimpah, baik dari sesama perupa maupun masyarakat. Pengajar di Institut Teknologi Harapan Bangsa itu juga cukup senang bisa mengekspresikan karya dalam ukuran yang cukup besar dan diselesaikan tepat waktu.
DIAN YULIASTUTI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo