Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dian Basuki
Blogger Indonesiana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai perancang produk, apakah Anda pernah merasa terpencil di tengah rapat yang memperdebatkan volume produksi, stok barang, distribusi yang macet, angka penjualan yang tiba-tiba anjlok, serta potensi kerugian? Apakah Anda pernah merasa terasing duduk di antara para pengunyah angka (number cruncher) yang menganalisis beragam data untuk dapat mengambil keputusan? Apakah terlintas di benak Anda: "Jika saya menjelaskan desain produk saya, apakah mereka benar-benar paham? Mengapa mereka hanya berbicara fungsi dan kurang mempedulikan desain?"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Daniel H. Pink, melalui bukunya, A Whole New Mind: Why Right-Brainers Will Rule the Future, berusaha menyingkapkan secercah harapan bahwa di masa depan kaum otak-kanan akan berkuasa. Pink melihat gelagat bahwa "orang-orang kreatif" (orang yang mengandalkan otak-kanannya) akan meraih masa depan yang cemerlang. Mereka akan menemukan lahan yang nyaman, yang kini lebih banyak dikuasai orang-orang yang berpikir analitis, sibuk dengan data, dan mengandalkan otak-kiri.
Perbedaan peran belahan otak-kiri dan otak-kanan yang dibatasi oleh garis neurologis Mason-Dixon memang jadi titik tolak argumen Pink. Selama ini, menurut Pink, belahan otak-kiri dianggap sebagai bagian penting yang menjadikan kita "manusia" dengan sifatnya yang rasional, berurutan, analitis, dan logis. Belahan otak-kanan, ia mengutip beberapa pendapat, hanyalah bagian tambahan atau sisa dari tahap perkembangan awal otak manusia dengan sifatnya yang non-linier, naluriah atau intuitif, dan holistik.
Lantas mengapa Pink melihat kaum otak-kanan akan menguasai masa depan? Manusia, kata Pink, telah melewati era industri, yang di dalamnya orang bekerja mengandalkan fisik dengan jam kerja yang panjang. Lalu datang era informasi, di mana orang menjadi pekerja cerdas yang berpikir analitik dalam memecahkan persoalan. Kini, kita bergerak menuju apa yang disebut Pink sebagai "era konseptual" yang menuntut penguasaan keterampilan yang bertumpu pada otak-kanan: kemampuan mencipta, berempati, dan berpandangan holistik.
Pink menyitir temuan Roger W. Sperry pada 1950-an, dan semakin melihat kebenaran di dalamnya. Bahwa belahan otak-kanan yang sebelumnya dikira berperan minor ternyata lebih superior saat mengerjakan jenis-jenis tugas intelektual tertentu. Pink melekatkan istilah high concept dan high touch (istilah "sentuhan tinggi" digunakan John Naisbitt dalam buku larisnya, Megatrends, 1982) pada kemampuan yang dibutuhkan untuk menghadapi era konseptual.
Konsep tinggi melibatkan kemampuan untuk menciptakan keindahan artistik dan emosional, mendeteksi pola dan peluang, membuat narasi yang memuaskan, serta menggabungkan beberapa ide yang kelihatannya tidak berhubungan menjadi hal baru. Sentuhan tinggi melibatkan kemampuan untuk berempati kepada sesama, memahami seluk-beluk interaksi antarmanusia, menemukan kebahagiaan dalam diri sendiri dan orang lain, serta kecerdasan untuk menemukan makna dan tujuan hidup di balik kejadian sehari-hari.
Secara lebih diskriptif, Pink menyebutkan enam keterampilan otak-kanan yang akan lebih berpengaruh di masa mendatang dan menentukan keberhasilan seseorang. Desain: fungsi tetap penting, tapi desain akan semakin berperan untuk bisnis, layanan, atau pengalaman seseorang; dibutuhkan imajinasi dan emosi. Cerita: orang kian menyadari bahwa cerita memudahkan kita memahami sesuatu karena otak bekerja lebih baik dengan narasi, bukan hanya argumen. Simfoni: keterampilan menautkan hal-hal kecil yang tidak terlihat koneksinya dan menemukan gambar besarnya; tak ubahnya komposer dan konduktor yang memadukan suara-suara yang berbeda dan menghasilkan kreasi yang utuh.
Empati: untuk meningkatkan kemampuan kita berinteraksi dan membuat keputusan bukan hanya diperlukan logika, tapi juga empati. Bermain: bagian penting dari diri kita yang selama ini tenggelam oleh semangat workaholic; kita perlu lebih rileks dan memperlambat irama hidup (humor, permainan, ringan hati). Arti: ada yang lebih penting dibanding keberlimpahan materi, yakni tujuan dan makna hidup, spiritualitas, serta transendensi, dan inilah yang menciptakan perbedaan besar dalam cara kita memandang sesuatu; kemampuan menghubungkan nilai-nilai orang yang berbeda dapat menjadi keterampilan penting, apa pun yang kamu kerjakan.
Itulah "enam indra" yang, menurut Pink, semakin menentukan keberhasilan seseorang di abad ke-21. Meski begitu, kata Pink, masa depan bukanlah dunia Maniisme, di mana orang-orang berotak-kiri akan punah, sedangkan orang-orang berotak-kanan akan bahagia. Dalam konteks ini, Pink terkesan lebih menonjolkan polarisasi antara otak-kiri dan otak-kanan ketimbang berusaha memperkuat pendapatnya bahwa "yang kiri tak bisa dihilangkan, tapi tidak lagi mencukupi". Meski begitu, Pink telah berjasa mengingatkan kita kembali tentang peran penting belahan otak-kanan untuk menjawab tantangan masa depan.
Kecondongan yang mengunggulkan aspek rasionalitas dan logika di Barat tidak terlepas dari pengaruh Rene Descartes ("Aku berpikir, maka aku ada"). Secara kodrati, manusia dibekali dua belahan otak, sehingga, dalam hemat saya, lebih dapat diterima bila dikatakan bahwa kedua belahan otak itu memiliki peran dan fungsi yang berbeda tapi saling melengkapi dan bukan saling berkompetisi. Di masa lampau, secara individual, perpaduan semacam ini termanifestasi, antara lain, pada figur seperti Umar Khayyam, matematikawan dan penyair, serta Leonardo da Vinci, perupa dan insinyur.
A Whole New Mind
Penulis: Daniel H. Pink
Penerbit Edisi Indonesia:Elex Media Komputindo
Edisi Indonesia: I, 2019
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo