Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Gerak gerik ninik-mamak

Tarian silat alu ambek yang dilakukan bergantian berdua adalah permainan adu ketangkasan menyerang dan menghambat. diiringi nyanyian (dampeang), pentasnya dari jalinan bilah bambu yang disebut pauleh.

25 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NENEK-moyang dahulu, ternyata, menciptakan pencak silat tidak sematamata dalam segi bela diri. Melainkan juga mempunyai unsur gerak-gerik yang disebut pencak itu sendiri yang dalam praktek tak kurang dari tarian juga adanya. Dan tiga malam berturut-turut (6,7,8 Pebruari), ketika Teater Arena TIM dipadati pengunung yang menyaksikan Festival Tari Pencak Silat (diikuti Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Yogyakarta), orang bisa melihat contoh khas pencak silat yang dimaksud. Ini adalah Alu Ambek dari Sumatera Barat. Di daerah asalnya, bentuk ini memang digolongkan ke dalam jenis pencak silat: sebuah tarian, di mana gerakan (mulai dari posisi tubuh, langkah kaki sampai dengan gestur tangan) mempergunakan gerakan silat. Sedang silat sendiri di sini diartikan lebih khusus sebagai bela diri dengan jurus-jurus menyerang dan menangkis. Sebagai tontonan, pencak silat menggunakan iringan - sedang silat sebagai bela diri tidak. Istilah itu berasal dari kata lalu dan hambat. Alias melakukan serangan dan menghambat lawan. Dalam bentuknya yang sekarang, tarian yang dilakukan bergantian berdua-dua ini merupakan sebuah permainan adu ketangkasan, tanpa dimuati pesan literer, legenda atau mitologi. Dengan berbagai tipuan, pihak penyerang berusaha merebut salah satu kelengkapan musuh: destar, kancing baju, ikat pinggang dan lainnya. Sedang lawan berusaha menghambat atau menghalangi atau menghalangi. Dampeang, Dendang Pengiring Yang menarik, gerakan dilakukan dengan pengendalian emosi yang penuh, tanpa pernah bersentuhan satu sama lain. Setiap gerak dilakukan ke arah .... sesuatu obyek - tanpa pernah menyentuh sasaran. Aturannya, jika salah seorang pelaku berusaha mengambil ikat kepala, tetapi lawannya menangkis di pinggang, itu berarti lawan tertipu dan dianggap kalah. Dengan demikian bagi mereka yang menggemari "perkelahian flsik" bisa difaham bila permainan ini kurang seru. Sebagai ganti gendang atau alat tetabuhan lain, alu ambek hanya memakai dendang atau nyanyian yang di Minang dikenal sebagai dampeang Ada dua jenis dampeang. Yang jantan bernada tinggi, berfungsi sebagai aba-aba menyerang, sedang yang betina bemada rendah pertanda sebuah kesempatan untuk mengatur langkah - baik bagi yang akan melakukan serangan lalu buka) maupun yang akan menangkis (ambek). Dampeang dapat didendangkan lebih dari satu orang, tetapi dampeang jantan dan betina tidak pernah didendangkan bersama-sama. Selalu bergantian, susul-menyusul. Dampeang itulah pembawa suasana mistis di tengah laga - semacam pembacaan doa atau mantra. Orang Minang sendiri banyak yang tak begitu faham kata-kata yang didendangkan. "Barangkali dalam bahasa Minang kuno," kata Makmur Hendrik, anggota rombongan. Serangan selalu dilakukan pala akhir dampeang yang bernada tinggi dan diakhiri dengan ucapan-ucapan a yooo u, antah-antah dan elah - yang sering disebut sebagai sorak. Bila seorang penangkis berhasil mematahkan serangan lawan, sebagai tanda ia akan membalikkan diri membelakangi penyerang - dalam posisi mana lawan tak boleh menyerang. Berarti sebuah kesempatan untuk meraih biji sudah direbut orang. Untuk membantu para pemain memelihara sportivitas itulah, dua orang janang bertugas mengawasi permainan dan berhak menyatakan kalah-menang. Letusan Senapan Ternyata alu ambek bukan sembarang tari. Ini merupakan warisan puak keluarga di Kampung Tarok, Kecamatan Kepala Hilalang, Kabupaten Padang Pariaman, Ik. 50 Km sebelah utara Kota Padang. Anehnya, menurut pimpinan rombongan, orang Padang sendiri banyak yang belum pernah melihatnya. Sebab tarian ini milik ninik mamak: memainkannya harus seizin ninik mamak juga. Bahkan di masa lalu alu ambek serin menjadi sarana raja-raja kepala suku meluaskan daerah kuasa. Dua orang penari diadu, disaksikan orang banyak. Taruhannya negeri, seisinya! Seorang kepala suku yang penarinya kalah dapat selama beberapa keturunan harus tunduk kepada sang pemenang. Karena besarnya taruhan itulah, alu ambek di masa lalu hanya dilakukan orang-orang terpilih. Tak jarang penarinya sampai trance, sehingga janang sebagai wasit harus lebih waspada: penari yang tak bisa menguasai diri dapat menyebabkan pertumpahan darah, dan wasit harus menghentikan permainan. Lebih-lebih karena tidak hanya luapan emosi penari. Suara-suara liar dari luar arena juga bisa mengacau. Agaknya dalam ekstase, para penari benar-benar bergerak di bawah pengaruh bunyi dampeang yang mengatur jalan pertunjukan. Pernah terjadi di tahun 1825, pada zaman Belanda. Di tengah-tengah sebuah pertunjukan alu ambek, tak dinyana terdengar letusan senapan yang dengan sendirinya mengganggu nada-nada dampeang. Maka penari pun tergoyah konsentrasinya, dan pertumpahan darah tak dapat dihindarkan. Konon sejak itu, pada permainan alu ambek, sangat terlarang orang di sekitarnya membunyi dan suara lain. Sangat menarik adalah pentas bermain yang disebut laga-laga atau sasaran. Lantainya dibuat khusus dari bilah bambu yang dijalin bertulang-belut, disebut, pauleh. Ini ternyata sangat efektif untuk membantu aksentuasi para penari yang berulang kali menghentakkan kaki ke lantai bersama-sama. Sal Murgiyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus