Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Indonesia International Book Fair atau IIBF akan digelar mulai hari ini, Rabu, 9 November, sampai Ahad, 13 November 2022, di Balai Sidang JCC, Senayan, Jakarta Pusat. Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) menyatakan pameran tahunan yang ke-42 ini juga bertujuan meningkatkan literasi Indonesia yang termasuk dalam 10 negara dengan tingkat literasi paling rendah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arys Hilman, Ketua Umum Ikapi, mengatakan, soal buku, ada perbedaan kondisi antara Indonesia dan negara-negara yang memiliki tingkat literasi tinggi. Indonesia menghadapi dua disrupsi. "Disrupsi teknologi dan disrupsi pandemi,” kata Arys dalam konferensi pers IIBF di gedung Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi di Kalibata, Jakarta Selatan, Senin lalu. Kementerian Desa merupakan pendukung IIBF 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat pandemi Covid-19 merajalela, angka penjualan buku meningkat di negara-negara dengan tingkat literasi tinggi. Arys mencontohkan Amerika Serikat, negara peringkat ketujuh dalam indeks literasi, mencatatkan rekor penjualan buku tertinggi dalam 10 tahun. Sementara itu, di Finlandia, negara dengan indeks literasi nomor wahid, penjualan buku cetak dan digital melonjak. Arys mengaitkan penjualan buku dengan kebutuhan hiburan masyarakat saat terimpit pembatasan aktivitas.
Toko buku di Blok M Square, Jakarta, 18 Mei 2022. Dokumentasi TEMPO/Muhammad Hidayat
Sebaliknya, di Indonesia, dengan peringkat ke-62 dari 70 negara, penjualan buku anjlok selama masa pandemi. "Masyarakat Indonesia tidak membeli buku, melainkan membeli paket Internet untuk mengakses kebutuhan media sosial mereka," ujar Arys.
Pernyataan itu sejalan dengan data Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB, UNESCO, yang menyatakan minat baca Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, cuma ada satu orang yang gemar membaca di antara seribu orang.
Arys mengatakan, untuk membudayakan membaca, masyarakat perlu mendapatkan akses yang lebih luas terhadap bahan bacaan. “Berupa perpustakaan, taman bacaan masyarakat, dan sekolah-sekolah dengan buku-buku yang diminati oleh anak-anak,” ujarnya. Karena itu, Ikatan Penerbit Indonesia menyambut baik kebijakan Kementerian Desa yang memprioritaskan pembangunan perpustakaan di setiap desa.
Pendidikan Desa yang Berkualitas
Ivanovich Agusta, Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Desa, mengatakan Kementerian Desa mendukung Indonesia International Book Fair karena saat ini Kementerian tengah berfokus pada data dan informasi. “Misalnya, untuk perpustakaan desa,” kata dia.
Ivanovich mengatakan saat ini berdiri 31 ribu perpustakaan desa. Namun yang aktif cuma 28 ribu. Dengan jumlah desa 74.960, artinya cuma 38 persen desa yang memiliki perpustakaan. “Jadi, Menteri (Menteri Desa Abdul Halim Iskandar) menginginkan jumlah perpustakaan desa itu sama dengan jumlah desa se-Indonesia,” ujar dia.
Untuk mewujudkan pemerataan jumlah perpustakaan desa, Kementerian Desa menerbitkan Peraturan Menteri Desa Nomor 8 Tahun 2022 tentang penggunaan dana desa. Pada tahun depan, salah satu fokus penggunaan anggaran sekitar Rp 1 miliar per desa itu adalah menyusun, memelihara, dan mengembangkan perpustakaan. “Bisa digunakan untuk pembelian buku," kata Ivanovich.
FEBBYENTI SUCI (MAGANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo