Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sosok

Istri Gus Dur Harap Ramadan Momentum Redakan Gejolak Usai Pemilu

Istri Gus Dur, Shinta Nuriyah, mengatakan kesucian bulan Ramadan semestinya dimaknai oleh anak bangsa untuk saling merangkul.

7 Mei 2019 | 09.32 WIB

Shinta Nuriyah melaksanakan saur bersama anak jalanan, kaum dhuafa, serta anak yatim piatu di Vihara Dhanagun Kota Bogor Jawa Barat, Selasa, 7 Mei 2019. ANTARANEWS
Perbesar
Shinta Nuriyah melaksanakan saur bersama anak jalanan, kaum dhuafa, serta anak yatim piatu di Vihara Dhanagun Kota Bogor Jawa Barat, Selasa, 7 Mei 2019. ANTARANEWS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bogor - Shinta Nuriyah, istri mendiang Abdurrahman Wahid alias Gus Dur berharap Ramadan 1440 Hijriah menjadi momentum untuk meredakan gejolak di masyarakat usai pemilihan presiden 2019.

Baca juga: Haul Gus Dur ke-9 Bertema Kemanusiaan Lebih Penting dari Politik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Mumpung ini bulan puasa yang mengajarkan moral dan budi pekerti yang luhur tentang kesabaran, kejujuran, keikhlasan, serta persaudaraan di antara muslim," kata dia kepada Antara, seusai saur bersama di Vihara Dhanagun Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa, 7 Mei 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, kesucian bulan Ramadan semestinya dimaknai oleh anak bangsa untuk saling merangkul, setelah sebelumnya terlibat dalam gejolak karena berbeda pilihan pada kontestasi pilpres 2019.

"Untuk menciptakan kedamaian, persatuan dan kerukunan di semua anak bangsa. Karena bagaimanapun kita adalah satu, satu nusa satu bangsa, dan satu bahasa," kata istri almarhum Presiden Indonesia keempat itu.

Shinta melaksanakan saur bersama anak jalanan, kaum dhuafa, serta anak yatim piatu di Vihara Dhanagun Kota Bogor. Hal itu dilakukannya untuk menunjukkan toleransi beragama.

"Saya menyadari bahwa kita ini tinggal di Negara Republik Indonesia yang masyarakatnya majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama. Kita punya semboyan Bineka Tunggal Ika, berbeda beda tapi satu," tuturnya.

Baca: Kisah Gus Dur dan Pengantin Konghucu, Hingga Perayaan Imlek

Ia berharap, bukan hanya kebersamaan antar anak bangsa yang kian rekat, melainkan juga saling menyayangi dan menghormati dalam hal beribadah dan beraktivitas positif lainnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus