Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
All People Are Special. Lukisan akrilik di kanvas karya Aqillurachman Prabowo itu merupakan salah satu yang cukup mendapat perhatian. Seperti judul karya Aqillurachman, pameran bertajuk "Outsider Artpreneur Pasung Kapal Lepas" di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, itu memang menampilkan karya-karya spesial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pameran yang digelar pada 27 Agustus sampai 8 September 2019 ini menampilkan karya dari sembilan perupa dengan gangguan mental. Mereka adalah Oliver Adivarman Wihardja, Raynaldy Halim, Anfield Wibowo, Aqillurachman Prabowo, Pak Dwi Putro, Bima Ariasena Adisoma, Hana Madness, Daya Olivia Korompis, dan Audrey Angesti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, para partisipan yang sebagian besar berusia remaja ini mengikuti lokakarya selama dua hari pada 6-7 Agustus lalu. Lokakarya itu diharapkan membawa para seniman berkebutuhan khusus ini menjadi seniman art brut yang baik dan memperbaiki mental mereka. Mereka dibiarkan berkreasi pada selembar kanvas dengan panjang hampir 10 meter. Beberapa kanvas dan koper disiapkan untuk tiap partisipan. Mereka bebas menggoreskan cat demi menuangkan imajinasi dan gagasan. Hasilnya, mereka berhasil menyajikan lukisan dengan gaya masing-masing.
Lihatlah Anfield Wibowo yang melukis tokoh dongeng Putih Salju dan tujuh kurcaci, serta sosok gadis kecil dengan boneka menyeramkan. Sementara itu, lukisan Audrey menampilkan tokoh bermata besar layaknya animasi dari Jepang. Kemudian ada karya Aqillurachman yang eksploratif dan detail. Lukisan Bima abstrak bermain warna. Karya Daya Olivia menggunakan gaya realist pointillism. Lalu Dwi Putro menyajikan karya dengan medium tanah liat dan akrilik.
Hana Madness tampil dengan lukisan karakter dan permainan warna yang sangat presisi dan rapi seperti karya cetakan. Oliver menampilkan lukisan figuratifnya. Kemudian Raynaldy membuat karya yang abstrak ekspresionis dengan cipratan catnya di kanvas.
karya Oliver Wihardja dalam pameran Outsider Artpreneur di Galeri CIputra Artpreneur, Jakarta 27 Agustus 2019.
Selain karya sembilan seniman tersebut, dipamerkan lukisan karya siswa dari Yayasan Daya Pelita Kasih, Yayasan Bina Abyakta, dan Hadiprana Art Class, serta lukisan para mentor, yakni Rob Pearce dan Hanafi. Semua karya itu tak hanya dipamerkan, tapi juga dilelang. Hasil lelang digunakan untuk kegiatan Komunitas Kapal Cinta, wadah para perupa belia ini berkumpul.
Pameran ini dikurasi pengamat seni dan kurator Jean Couteau dengan dibantu Hanafi. Menurut Jean Couteau dalam pengantarnya, para seniman sebagian besar telah mempraktikkan seni berbasis terapi yang mengarah ke jalan spesifik. Tujuan terapi adalah membantu mereka beradaptasi. Tugas Hanafi adalah memacu kreativitas mereka, juga membiarkan mereka berimajinasi dan menuangkan imajinasinya. "Metaforanya dengan kapal, pasung kapal lepas," ujar Couteau.
Hal serupa dikatakan Hanafi. Dari lokakarya dan pameran tersebut, kata Hanafi, ia melihat lukisan yang mereka kerjakan baru sebatas ekspresi dan terapi. Roh dan struktur belum muncul dalam karya mereka. "Mereka belum menemukan ‘mainannya’. Seorang seniman art brut itu total. Art brut itu pembebasan medium," ujar dia kepada Tempo, Ahad lalu.
Ia mengakui tak mudah untuk menjadikan para seniman berkebutuhan khusus ini sebagai seniman art brut yang baik. Dalam lokakarya selama dua hari, Hanafi mengenalkan beberapa hal baru, seperti pengalaman melukis pada medium kanvas yang panjang dan berkarya bersama dalam kanvas yang dihamparkan di lantai. Namun, menurut Hanafi, para seniman itu belum bebas berkarya karena masih ada campur tangan keluarga. Mereka juga belum menguasai seni secara teknis, struktur, bahan atau material, dan daya lekat bahan.
Hanafi mengatakan masih ada pekerjaan rumah untuk mengasah para seniman berkebutuhan khusus ini. Peran keluarga terdekat penting untuk membantu mereka memahami serta menguasai medium, bahan, dan struktur. Keluarga juga harus lebih membebaskan mereka berkreasi dengan semua material untuk mengelaborasi kreasinya. DIAN YULIASTUTI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo