Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JUGGER NAUT
Cerita dan Skenario: Richard De Koker
Sutradara: Richard Lester.
***
KAPAL Britanic dengan penumpang 1200 orang baru saja
meninggalkan pelabuhan. Telepon berdering di rumah pemilik
kapal. Seorang yang menamkan diri Juggernaut mengaku telah
menempatkan 6 bom waktu di atas kapal. Hanya dengan tebusan 1,5
juta dolar sajalah yang bisa mencegah malapetaka tersebut. Si
Pemilik kapal bukannya tak sudi membayar, tapi polisi Inggeris
punya kemauan lain. "Jangan menyerah pada tindakan Kriminil",
semboyan para polisi. Lagi pula perusahaan yang memiliki
Britanic itu ada menerima subsidi pemerintah Inggeris, sehingga
ada kekuatan di tangan polisi untuk menekankan rencana mereka.
Di atas kapal, kapten Brunel (Omar Sharif) menanti dengan
gelisah. Atas nama 1200 jiwa, Brunel mendesak agar pembayaran
segera dilakukan. Tapi dengan sebuah pesawat Hercules, London
mengirimkan Letnan Kolonel Fallon (Richard Harris). Ahli
penjinak bom ini diterjunkan dalam cuaca buruk dan gelombang
besar. Seorang anak buahnya gugur pada saat penerjunan, seorang
lagi hancur bersama sebuah bom yang tak sempat dijinakkan.
Jenis bom di atas Britanic itu dikenal baik oleh Fallon. Bom
buatan ciptaan seorang insinyur Jerman itu pernah dibongkarnya
bersama seorang temannya yang kini sudah jadi pensiunan.
Kemudian ternyata temannya itulah yang sebenarnya Juggernaut.
Dengan alasan pensiun rendah dan perhatian kurang duit
pemerintah meski pun jasa-jasanya besar, pensiunan itu nekat
meletakkan bom di Britanic. Saat-saat paling gawat dalam film
Juggernaut ini adalah ketika Pallon harus memilih dua kabel
dalam tubuh bom, kabel merah atau biru. Salah pilih berarti
seluruh kapal akan meledak dan tenggelam seketika.
Baik skenario maupun kerja sutradara kelihatan amat terpelihara
sehingga film ini akan betul-betul mempakan bahan tontonan yang
mengasyikkan. Dan permainan Omar Sharif serta Richard Harris
memang mengagumkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo