Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seminggu setelah bercerai, ia mendaftarkan diri pada sebuah kelas melukis yang iklannya ia lihat tertempel di sebuah tiang listrik, bersebelahan dengan iklan badut ulang tahun dan sedot WC. Pengajarnya seorang lelaki enam puluhan tahun, dengan rambut jarang-jarang berwarna putih dan hanya tumbuh di tepi-tepi kepala, namun menjuntai hingga punggung. Lelaki itu bersendawa tiap dua puluh dua menit sekali, meski ia tidak baru makan. Siti Alimah risih dengan kebiasaan buruk sang guru. Namun ia bertahan di kelas itu, bersama empat perempuan dan tiga lelaki lain yang senantiasa menyimak baik-baik apa yang dikatakan sang guru. Siti Alimah menyukai cara sang guru mengajar. Dan ia, yang terakhir kali menggambar kelas 6 SD, merasa dirinya telat menyadari bakatnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo