Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Ketika Bella Swan Menghirup Darah

Film terburuk dari seri Twilight Saga. Berpanjang-panjang dengan adegan kawin dan bulan madu.

28 November 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

The Twilight Saga: Breaking Dawn - Part 1
Sutradara: Bill Condon
Skenario: Melissa Rosenberg, berdasarkan Breaking Dawn oleh Stephenie Meyer
Pemain: Kristen Stewart, Robert Pattinson, Taylor Lautner, Billy Burke, Peter Facinelli, Elizabeth Reaser, Kellan Lutz, Nikki Reed, Jackson Rathbone, Ashley Greene, Michael Sheen, Anna Kendrick

Bayangkanlah. Selimut milik bioskop ini sungguh berguna setiap kali kita menyaksikan The Twilight Saga. Pertama, kita bisa menggunakannya sebagai invisibility cloak alias jubah penghilang (maaf, Bu J.K. Rowling, saya pinjam sebentar istilahmu). Jadi, kalau kita mau cekikikan atau menguap dengan suara kenceng, para ibu cantik wangi dan gadis-gadis remaja manis yang duduk di samping kita tak tahu siapa gerangan penonton kurang ajar berisik itu. Kedua, jika Bella Swan sang protagonis sendu dan Edward Cullen si vampir cakep sudah berpantun cinta, atau jika Jacob sang serigala yang hobinya bersungut-sungut itu mulai ngambek dan eksil ke Alaska, nah, itu saatnya selimut kita tarik ke leher. Kita bisa bobok-bobok siang barang sebentar sampai ade­gan peperangan dimulai.

Semua Twi-hard (sebutan bagi penggemar Twilight Saga) yang fanatik, galak, dan bermata merah seperti Edward Cullen sudah tahu plot ciptaan Ibu Stephenie Meyer: Bella dan Edward akhirnya menikah (omigod omigod omigod, demikian suara desah penonton remaja). Bella mengenakan gaun pengantin dengan renda cantik di punggung (terdengar lagi desah penonton para ibu sosialita); Jacob Black yang duka lara datang dan berdansa dengan Bella, lalu meluncurkan kalimat semacam ini: "Inilah saat terakhir aku melihat pipimu yang ranum dan merasakan detak jantungmu…" (penonton mulai mengeluarkan tisu, srot, srot). Ya, sodara-sodara, karena perkawinan ini, Bella akan menjelma menjadi vampir. Oh, betapa romantis sekaligus seksi, demikian kata bunyi kor Twi-hard. Tapi baik­lah, adegan tamu yang bersulang dan memberi testimoni bagi Bella dan Edward cukup lucu, terutama pidato sang Ayah, yang sebetulnya masih tak rela anaknya menikah semuda itu.

Karena sejak awal dalam ketiga film, Twilight, New Moon, dan Eclipse, persoalan antara Bella dan Edward yang "tak akan bercinta sebelum menikah" sudah dibangun (dan yang ngebet bercinta adalah Bella, sodara-sodara), adegan kawin dan bulan madu harus dibuat sepanjang mungkin, seindah mungkin, sesinting mungkin. Habis-habisan. Setelah berpanjang-panjang menyelenggarakan pernikahan di kebun yang lebih mirip panggung teater, Edward dan Bella terbang ke Rio de Janeiro, ke sebuah vila mewah yang tersembunyi di dekat air terjun dan danau, untuk nyemplung-nyemplung telanjang (entah dari mana kekayaan Edward, hanya Bu Stephenie yang tahu). Malam pengantin pasangan itu sungguh mengguncang hingga merontokkan tempat tidur dan seluruh perangkat di dalam kamar. Maklum, Edward adalah vampir yang kekuatannya hampir tak terkalahkan. Bercinta dengan Bella sebetulnya bisa mematikan Bella. Itulah sebabnya Jacob galau tak keruan karena Bella ngotot ingin merasakan percintaan sebagai manusia. Buset deh.

Paruh akhir film ini berikutnya mempersoalkan kehamilan Bella. "You did this!" kata Jacob kepada Edward dengan murka melihat Bella hamil. Ya iyalaaah…. Itu suaminya. Jelaslah kehamilannya itu terjadi karena mereka bercinta.

Sang janin menggerogoti tubuh Bella hingga dia hidup hanya tinggal tulang dan kulit, sementara Edward dan Jacob sama-sama bersepakat janin itu seharusnya dikeluarkan agar Bella selamat. Agar Bella yang sudah seperti tengkorak itu mendapat nutrisi, keluarga Cullen menyediakan berkantong-kantong darah O negatif, yang dihirup Bella seperti sirop. Masih belum seru? Bu Stephenie tiba-tiba saja bikin aturan baru: geng serigala merasa terancam dengan kehadiran janin Bella yang tak jelas itu. Mereka bersatu padu mengepung rumah keluarga Cullen untuk menumpas Bella dan bayinya. Lagi-lagi Jacob yang masih saja cinta mati itu bekerja sama dengan Edward memagari Bella dari mara bahaya.

Sebetulnya para serigala jadi-jadian itu tak perlu membunuh Bella. Pada titik ini, saya kepingin banget meminjam tongkat Voldemort dan berteriak "avada kedavra" kepada trio Bella, Edward, dan Jacob yang cerewet betul. Dari awal hingga akhir film, kerjanya hanya galau, mendesah, cemberut, dan ngambek tanpa ujung. Ada pula selingan ciuman, bercinta, berenang telanjang, berciuman lagi, main catur, ciuman lagi. Sutradara Bill Condon (Dream Girls) terlihat tak berkutik dengan skenario buruk Melissa Rosenberg dan novel Stephe­nie Meyer. Penonton yang cerdas sama sekali tak dipedulikan lagi. Misalnya pertanyaan: bagaimana mungkin orang tua Bella bisa membiarkan anaknya yang baru lulus SMA langsung menikah? Dan meski tak penting di dunia vampir, karena mereka hidup di dunia "orang biasa", saya tetap bertanya: dari mana Edward Cullen bisa hidup semewah itu? Masih mengisap dana Papa Cullen?

Bersama New Moon, film Breaking Dawn - Part 1 ini adalah film terburuk dari empat film Bella-Edward yang sudah beredar. Kristen Stewart mungkin akan dimaafkan, karena setelah lima film Twilight Saga, dia akan tampil dalam On the Road yang diangkat dari karya besar Jack Kerouac. Mudah-mudahan dia tampil bagus dalam film itu seperti periode pra-Twilight. Robert Pattinson masih harus membuktikan diri bahwa seni peran bukan berpose dan senyum sok ganteng. Taylor Lautner sudah waktunya menyadari dia bukan aktor, dan mencari jalan lain yang lebih cocok untuknya.

Tahun 2012 akan menjadi tahun terbaik, karena kisah vampir ini akhirnya selesai dan kita tak perlu lagi mendengar kegilaan para remaja dan para mama terhadap Bella-Edward. Sembari menulis kalimat kejam itu, saya melindungi diri dengan selimut invisibility cloak. Zzz….

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus