Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sutradara Korea Selatan, Bong Joon-ho, menorehkan catatan emas dalam sejarah sinema Asia di panggung Hollywood. Lewat film Parasite, ia memboyong empat Piala Oscar dalam Academy Awards ke-92, yang digelar di Dolby Theatre, Hollywood, Los Angeles, Amerika Serikat, Ahad malam, 9 Februari lalu atau Senin waktu Indonesia. Parasite mengalahkan pesaingnya yang menang dalam Golden Globe lalu, seperti 1917, Joker, Ford v Ferrari, dan Once Upon a Time in Hollywood.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Parasite menerima empat penghargaan sebagai film terbaik Oscar, film feature international terbaik, sutradara terbaik, dan naskah asli terbaik. Kemenangan film ini seperti menohok dominasi film-film berbahasa Inggris dan Hollywood. Ini boleh dibilang bukan hanya kemenangan bagi dunia sinema Korea Selatan, tapi sekaligus bagi industri film Asia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bong Joon-ho adalah sutradara kedua dari Asia yang memenangi Oscar. Sebelumnya, Ang Lee, sutradara asal Taiwan, memenangi penghargaan untuk film Crouching Tiger, Hidden Dragon (2000) dan Brokeback Mountain (2005). Saat menerima penghargaan, Bong merasa tak percaya dan seperti bermimpi. "Kami tidak pernah mengharapkan semua ini," kata sineas kelahiran Daegu, Korea Selatan, 14 September 1969, itu. Wajahnya sangat sumringah.
Saat itu, Bong Joon-ho pun berterima kasih kepada sutradara kondang Martin Scorsese yang menjadi teladannya. Ia mengaku mempelajari film-film Scorsese. Ia mengatakan menjadi kehormatan besar berada dalam satu barisan nomine bersama Scorsese. Bahkan ia tak berpikir akan memenangi piala bergengsi itu melawan panutannya. Film Scorsese, The Irishman, masuk jajaran nomine bersama Parasite.
Parasite mengulik soal kesenjangan dalam masyarakat urban dengan menghadirkan dua keluarga berbeda kelas sosial. Yang satu hidup dalam kemiskinan, yang lain tinggal di rumah mewah. Dalam film itu dikisahkan Kim Ki-taek kehilangan pekerjaan. Padahal ia harus menghidupi istri dan dua anaknya yang sudah dewasa. Mereka berusaha mendapatkan sembarang pekerjaan. Anaknya kemudian diterima bekerja di keluarga kaya, Park. Bong mengolah drama kedua keluarga itu dengan amat subtil dan menohok hingga mencapai puncak yang tak terduga.
Jejak tanda-tanda kegemilangan Parasite dimulai sejak film ini diputar dan memenangi Palme d’Or yang bergengsi dalam Festival Film Cannes pada Mei tahun lalu. Bulan lalu, film ini juga meraih penghargaan dalam Golden Globe Awards untuk film asing terbaik. Deretan penghargaan lain adalah Writers Guild Award untuk skenario asli dan ansambel terbaik dalam Screen Actors Guilds Awards. Tentu saja di Korea Selatan film ini menuai pujian dan laris.
Sementara itu, pesaing Parasite, 1917, besutan Sam Mendes, membawa pulang tiga Piala Oscar, yakni kategori sinematografi terbaik, sound mixing, dan efek visual. Ini berbeda dengan kondisi dalam Golden Globes Awards bulan lalu, saat 1917 berjaya memenangi film drama terbaik dan sutradara terbaik. Film ini dipuji banyak orang dengan teknik single shot dan berkelanjutan. Film itu menyerukan antiperang pada Perang Dunia I dan menyelamatkan 1.600 tentara.
Para pemenang lain, seperti sudah diperkirakan para pengamat, adalah aktor Joaquin Phoenix, pemeran Joker, sebagai aktor utama, Brad Pitt (Once Upon a Time in Hollywood) sebagai aktor pendukung, dan Renee Zellweger (Judy) sebagai aktris terbaik. Phoenix, yang dikenal sebagai aktivis vegan, dalam pidatonya tetap konsisten menyuarakan ketidakadilan terhadap mereka yang tak bisa bersuara soal ras dan gender, industri peternakan, dan lingkungan global.
Ia mengakhiri pidatonya dengan lirik tembang yang ditulis oleh mendiang adiknya, River Jude Phoenix, aktivis sekaligus musikus yang meninggal pada 1993. "Larilah dengan cinta untuk menyelamatkan dan kedamaian akan menyusul," ujar dia sambil menangis haru.
Bukan hanya Phoenix yang bersuara kritis di panggung. Brad Pitt pun menyuarakan aspirasi politiknya dengan mengkritik senator Partai Republik yang menghalangi kesaksian mantan penasihat Keamanan Nasional, John Bolton, dalam sidang pemakzulan Presiden Amerika Donald Trump. "Mereka memberi tahu saya bahwa saya hanya punya waktu 45 detik di sini. Yang 45 detik ini lebih banyak dari yang diberikan Senat kepada John Bolton minggu ini." DIAN YULIASTUTI
Ketika Sinema Korea Juara
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo