Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
QIAMAT, Muhammad Ali, Scope, Svrabaja, 1971 (?), 78 halaman.
KONON, achir 1964 satu pameran pengetahuan di New York
mengetengahkan lima kemungkinan jang mampu memusnahkan dunia:
tiga diantaranja menjangkut matahari dan beberapa bintang
gugusan kita dan dua jang terachir berhubungan dengan bumi,
bulan dan meteor-meteor. Maka terdjadilah kiamat, jang prosesnja
sebenarnja "sudah merujak sedjak berabad lewat, persemaiannja
mengorak dari detik kedetik dalam kedirian satwa alam "
Dan dengan itu Muhammad Ali dalam novelnja jang paling baru
berusaha menempatkan adjaran tentang Kiamat (ingat :ditulis
dengan Q) seperti terdapat dalam Qur'an, dengan ilmu masa
mutachir. Beberapa potong imadjinasi lainnja tentang proses
peristiwa itu menambah data-data tentang usaha
mentjotjok-tjotjokkan itu. Kita daftarkan: Sebuah stasiun
penjelidik tjuatja di Wostok kabarnja telah mentjatat adanja
topan kering jang bergerak dengan ketjepatan tiga ribu mil
perdjam kearah timur laut jang menjebabkan hapusnja garis
peredaran hari jang membudjur sepandjang kaki langit
Chattulistiwa, digaris budjur langit keseratus delapanpuluh
meridian green wich .......paling achir-diberitakannja pula,
penggeseran mendekat dari bulan keper-mukaan bumi telah
mengakibatkan pulau es Erebus dikutub utara, sebuah gletcher
terapung seluas tanah Perantjis dan gunung es rebus jang
tingginja lebih tigaribu kaki telah mentjair ........ dan
berbareng dengan itu menjorotlah sematjam sinar kuning jang
mirip sekali dengan apa jang disebut 'sinar difus' jang mungkin
"ditimbulkan akibat terdapatnja goresan-goresan pada
bagian-bagian djaringan atmosfir bumi" dan jang bisa
mengakibatkan misalnja "kornea kita akan berubah dari tingkat
normal ketingkat "O". Begitu serem, toh begitu sugestip dan
mejakinkan.
Adjaran. Namun ketjewalah mereka jang berharap dipergunakannja
semangat keilmuan setjara konsekwen disini. Sebab dengan segera
muntjul bertumpuk-tumpuk pokok adjaran jang belum sempat
"diterangi dengan pengetahuan " Misalnja tentang hakikat nafiri
jang ditiup malaikat Israfil, tentang dihimpunnja matahari dan
bulan atau terbangnja gunung-gunung (jang malah diterangkannja
setjara harfiah bagai kapok melajang-lajang djauh diatas), atau
muntjulnja Dadjdjal berikut pendjelasan tafsiriahnja sebagai
"satu fenomena Asia Tengah", dan satu-dua lagi adjaran tentang
kiamat dalam lambang-lambang puitik jang chas Qur'an. Berbareng
dengan itu pretensi pengarang untuk "berfikir rasional", seperti
satu-dua kali disebutnja, menundjukkan sekaligus perbendaharaan
ilmu jang sangat tjapek manakala uraian-uraiannja mendjadi
kelewat laju. Sementara itu beberapa istilah sematjam dealetika
(dialektika) untuk apa jang disebutnja "rumus-rumus materialisme
dealetika dan logika" (jang entah untuk apa ditaroknja disitu)
seperti djuga mercides untuk mercedes, tak urung menimbulkan
rasa ragu. Paling sedikit rasa ragu kepada kemampuan mengoreksi
salah tjetak.
Maka sebagai satu sketsa jang berangkat dari kejakinan Islam,
Qiamat bukan satu fiksi pengetahuan alias science fiction.
Sementara itu iapun bukan satu novel jang menafsirkan ajat-ajat
dan hadis-hadis kedalam imadjinasi murni tanpa pretensi
kesardjanaan, seperti diperbuat Djamil Suherman dengan novel
Perdjalanan Keachirat-nja -- dengan tjatatan bahwa pada jang
terachir itu tjerita bermula dari zaman duniawi dan berachir
dipadang Mahsjar.
Tanja-djawab. Dan memang, seakan-akan hanja memperluas satu
bagian dari berita Suherman, kekurangan menjolok Muhammad Ali
adalah kadar sastranja jang njaris tenggelam dalam
chotbah-chotbahnja jang kelewat langsung -- dibagian-bagian
permulaan. Bahkan peladjaran-peladjaran diberikan setjara tanja
djawab antara Doktor (tak djelas doktor apa) Sjamsulridjal
dengan putri-nja, sesaat sebelum terdjadinja peristiwa jang
disketsakan itu. Goresan-goresan jang harus seperti diberikan
pada pembukaan jang sekaligus memantulkan satu ketjemasan
misterius akan sesuatu jang bakal terdjadi, tidak
diperkembangkan. "Diskusi" dan nasihat demi nasihat jang hampir
mengambil-alih separoh buku. Sementara itu bahasa pertjakapan
benar-benar bahasa sekolah jang tidak meng-gambarkan karakter.
Apabila ada jang masih tersisa dari hasil karangan seorang
penulis jang diperkenalkan oleh H.B. Jassin dengan sandiwara
radionja "Lapar" ini ialah: setelah buku ditutup, kesan dahsjat
tentang kiamat itu masih tinggal dalam diri pembaca. Dan ini
boleh berarti kemampuan melukiskan suasana sedjenis jang
dipantjarkan Qur'an dan seribu Hadis. Kenjataan ini ditambah
pentjantuman Surah Zalzalah lengkap pada sampul buku (jang
sekaligus menghindarkan "nereka jang tidak kelewat santri" untuk
membelinja), tentulah amat berguna bagi konsumen buku-buku Agama
jang tak ajal lagi merupakan majoritas di Indonesia disamping
penggemar batjaan erotik. Mereka boleh berkenalan
sedikit-sedikit dengan apa jang disebut sastra, disamping
mendapat banjak nasihat berharga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo