Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Kolaborasi Virtual Shaggydog

Lahir dari kampung di pinggir Kali Code, Shaggydog terus berkarya. Menandai ulang tahun yang ke-23, mereka berkolaborasi dengan NDX AKA dan musikus reggae asal Jerman, Dr. Ring-Ding.

1 Juli 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Enam personel Shaggydog ber-ska di panggung dengan sorot lampu warna-warni. Dengan santai kelompok musik asal Yogyakarta itu membawakan 12 lagu di tempat berlatar mirip studio musik selama tiga jam. Foto-foto konser dan poster Shaggydog terpajang di ruangan yang didesain artistik dan terasa intim dengan penonton itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka membuka konser online pada Sabtu malam lalu itu dengan lagu Kembali Berdansa. Konser virtual melalui situs panggungdigital.id dan doggyhouserecords.com itu menandai peringatan hari lahir ke-23 tahun band yang tumbuh di kampung Sayidan, pinggir Sungai Code, Yogyakarta, itu. Pentas ini diberi tajuk “23LOAD Concert”, yang berasal dari usia band dan kata “reload”, yang berarti memuat ulang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Band yang berdiri pada 1 Juni 1997 itu beranggotakan Heru Wahyono (vokal), Richard Bernado (gitar), Raymondus Bramantoro (gitar), Aloysius “Bandizt” Sancho (bas), Lilik Sugiyarto (keyboard), dan Yoyok (drum). Malam itu, mereka berkolaborasi dengan duo musikus hiphop, NDX AKA.

Lagu berjudul Ambilkan Gelas beriring ketipung, yang diwarnai oleh joget Lilik, menambah semarak konser. Heru bahkan menantang penonton untuk berjoget dan menawarkan hadiah kepada mereka yang merekam aksinya. “Joget paling gokil. Ada hadiah, mumpung lagi ulang tahun,” kata Heru.

Lagu yang menyabet penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) pada 2017 dan 2018 itu membawa penonton menikmati musik dangdut kontemporer. Shaggydog bersama NDX AKA telah merekam ulang lagu tersebut menjadi lagu tersendiri. Selain dengan NDX AKA, Shaggydog berduet secara virtual dengan musikus reggae asal Jerman, Dr. Ring-Ding. Mereka membawakan lagu From the Doc to the Dog.

Ada sederet nomor yang mereka lantunkan dalam konser itu, seperti Kembali Berdansa, Kere Hore, Jalan-Jalan, Pulau Impian, Koboi Kota, dan Di Sayidan. Melalui kolom chat, para doggies—sebutan untuk penggemar Shaggydog—berinteraksi dengan mengirim pesan. Ada yang berkomentar lagu-lagu yang dibawakan terlalu lambat, ada pula yang berpendapat aransemen lagunya pas.

Di kolom chat itu penonton pun sempat mengeluhkan gambar dan suara musik yang timbul-tenggelam pada awal konser. Tapi pembetot bas Shaggydog, Bandizt, menyebutkan hal itu bergantung pada sinyal Internet di lokasi pemilik telepon seluler, bukan di lokasi mereka pentas. “Yang dari luar negeri saja enggak ada masalah,” tutur Bandizt.

Tidak hanya menampilkan pentas musik, Shaggydog malam itu juga menunjukkan keintiman antar-personel dan mantan personel melalui obrolan dengan konsep talk show. Mereka berbincang di sofa dan ada yang duduk di bagasi mobil. Suasananya seperti berada di halaman rumah.

Mereka juga berkomunikasi dengan penggemarnya secara daring. “Kalau enggak ada doggies, ya, kami enggak bisa apa-apa,” kata Lilik, yang juga pencipta lagu-lagu Shaggydog.

Obrolan itu juga melibatkan mantan manajer dan mantan anggota band dalam percakapan ringan layaknya sebuah keluarga. Perbincangan mereka seputar kenangan selama bersama Shaggydog, kebiasaan nongkrong, hingga makan bersama. Mereka juga mengisahkan awal mula kelompok ini dibentuk dari komunitas musik underground, band indie, hingga dikenal luas seperti sekarang.

Di tengah-tengah obrolan, mereka tampil membawakan lagu berjudul Pulau Impian dari album Putra Nusantara. Selain itu, ada selingan pemutaran dokumentasi video konser.

Shaggydog dikenal piawai mengeksplorasi musik rock, ska, reggae, jazz, dan swing. Band ini pernah meraih penghargaan dari AMI, di antaranya karya produksi reggae, ska/rocksteady terbaik pada 2014 dan 2017.

Dua album pertama mereka, Shaggydog (1999) dan Bersama (2001), lahir dari jalur indie. Adapun album ketiga mereka, Hot Dogz, diproduksi di bawah label EMI Indonesia pada 2003. Pada 2006, mereka meluncurkan album keempat, Kembali Berdansa, produksi label POP Records Indonesia, dan album kelima bertajuk Bersinar (2009) di bawah FAME Records Indonesia.

Melalui Doggyhouse Record, Shaggydog juga memproduksi album kompilasi untuk band-band indie di Yogyakarta, V/A Doggy Barks #1. Album ini berisi kompilasi lagu Shaggydog dengan sejumlah grup musik indie asal Kota Gudeg itu dari beragam genre.

SHINTA MAHARANI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus