Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Dream Theater membawakan belasan lagu dalam konser di Ancol.
Lagu-lagu andalan, seperti Pull Me Under dan The Count of Tuscany, mendapat sambutan meriah.
John Petrucci menjadi bintang paling terang dalam konser Dream Theater malam itu.
Lagu berjudul The Alien menjadi pembuka konser Dream Theater di kawasan Ecopark Ancol, Jakarta, Jumat, 12 Mei lalu. Musik kencang dan mengentak berdurasi lebih dari sembilan menit itu mendapat sambutan riuh dari ribuan penonton konser bertajuk Last Stop On "Top of the World Tour" itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti karya Dream Theater lainnya, The Alien menampilkan performa dan kualitas permainan instrumen musik yang ciamik. The Alien merupakan salah satu lagu dari album terbaru band metal progresif itu yang berjudul A View from the Top of the World, yang dirilis 22 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bukan cuma fan setia Dream Theater yang mengacungi jempol untuk lagu tersebut. The Alien mampu menyabet penghargaan tertinggi Grammy Award 2022 untuk kategori Best Metal Performance.
Lagu itu sangat pantas menjadi pembuka konser Dream Theater. The Alien seakan-akan menunjukkan kelas band yang kini beranggotakan James LaBrie pada vokal, John Myung pada bas, John Petrucci pada gitar, Jordan Rudess pada keyboard, dan Mike Mangini pada drum. Seolah-olah merekalah sang alien atau makhluk asing dari luar bumi. Sebab, penampilan dan kualitas permainan instrumen musik mereka memang di luar nalar. Ibarat kata, kualitas mereka berada di atas manusia normal.
Selain The Alien, ada 11 lagu yang mereka tampilkan di atas panggung megah nan gemerlap dengan tata lampu dahsyat dan tiga layar elektronik raksasa. Lagu-lagu andalan, seperti Pull Me Under dari album Images and Words (1992) dan The Count of Tuscany dari album Black Clouds & Silver Linings (2009), mendapat sambutan meriah dari para penonton.
Personel Dream Theater, John Petrucci (gitar), tampil dalam 'Top of the World Tour' di Ecopark Ancol, Jakarta, 12 Mei 2023. TEMPO/Febri Angga Palguna
Konser berlanjut dengan entakan lagu 6.00, Sleeping Giant, Caught in a Web, Solitary Shell, dan About to Crash. Para penonton yang kebanyakan memakai baju berkelir hitam tak henti berteriak menyambut lagu-lagu grup musik tersebut.
Vokalis James LaBrie sempat beberapa kali menyapa penonton. Ia bercerita bahwa Jakarta sebagai destinasi terakhir konser Top of the World Tour. "Setelah itu, kami akan kembali ke Amerika Utara. Sampai jumpa di sana," kata pria berusia 60 tahun itu.
James LaBrie juga sempat bercanda sembari mengeluh tentang panasnya cuaca Jakarta. Tentunya dengan bumbu bahasa kotor. Namun justru itulah yang ditunggu dan disambut tawa para penonton.
Sebelum ke Jakarta, dalam rangkaian tur ini, Dream Theater lebih dulu menyambangi sejumlah kota di Filipina, Jepang, Israel, hingga Malaysia. Untuk konser di Jakarta, promotor Rajawali Indonesia menjual tiket dengan dua kategori, yakni Festival A seharga Rp 900 ribu dan Festival B Rp 600 ribu. Adapun tiket on the spot dikenai Rp 1,8 juta untuk Festival A dan Rp 1,2 juta untuk Festival B. Harga tersebut belum termasuk pajak dan biaya administrasi.
Sebelumnya, pada 10 Agustus tahun lalu, Dream Theater sempat tampil dalam rangkaian tur yang sama di Stadion Manahan, Surakarta. Konser di Solo pun dipadati ribuan penonton dari berbagai kota.
Salah satu penonton konser Dream Theater, Yoyo, mengaku senang band idolanya manggung di Jakarta. Ia sempat sedih karena tak bisa datang ke konser di Solo. "Karena ada pekerjaan, jadi enggak bisa ke Solo. Saat itu belum tahu bahwa (Dream Theater) akan tampil juga di Jakarta," tutur pria berusia 44 tahun tersebut.
Yoyo mengaku menyukai Dream Theater sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Bagi Yoyo, Dream Theater adalah kiblat musik dan punya kualitas permainan instrumen musik paling atas. Yoyo masih sering mendengarkan lagu-lagu Dream Theater sampai sekarang, terlebih di kala senggang.
Personel Dream Theater Jordan Rudess (keyboard) (kiri), John Myung (bas), dan John Petrucci (gitar) tampil dalam 'Top of the World Tour' di Ecopark Ancol, Jakarta, 12 Mei 2023. TEMPO/Febri Angga Palguna
Namun Yoyo agak sedih karena Dream Theater tidak membawakan lagu-lagu kesukaannya, seperti Honor Thy Father dari album Train of Thought (2003), The Spirit Carries On dari album Scene from a Memory (1999), dan Panic Attack dari album Octavarium (2005).
"Yang ditampilkan justru lagu yang enggak terlalu suka. Tapi karena melihat langsung Dream Theater, ya, tetap senang," tutur Yoyo.
Satu suara dengan Yoyo, Akbar, 39 tahun, agak kecewa karena lagu kesukaannya, seperti Another Day dari album Images and Words (1992), Wither dari album Black Clouds & Silver Linings (2009), dan The Dark Eternal Night dari album Systematic Chaos (2007), tidak dibawakan. Meski begitu, Akbar tetap terpesona oleh penampilan Jordan Rudess, sang keyboardist.
Sebagai sesama pemain keyboard, Akbar mengaku sangat mengidolakan pria berusia 66 tahun itu. Bagi dia, pria berkepala plontos dengan janggut panjang itu adalah salah satu pemain keyboard terbaik dunia. "Melihat Jordan Rudess main, itu sungguh mengagumkan."
Sementara itu, Ramadan, 34 tahun, punya misi khusus datang ke konser Dream Theater. Ia ingin menonton secara langsung John Petrucci. Menurut dia, Petrucci adalah dewa gitar. "Sejak kecil mengidolakan dia. Sampai sekarang pun masih sering lihat di YouTube. Sekarang saya bisa menontonnya langsung," kata Ramadan.
Petrucci memang menjadi bintang paling terang di Eco Park malam itu. Permainan gitarnya menjadi nyawa lagu-lagu Dream Theater. Tak mengherankan, saat layar besar menampilkan gambar Petrucci sedang bermain gitar, spontan para penonton menyambut dengan mengangkat tangan dan berteriak.
INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo