Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Lagu-lagu 60 detik

Para pencipta lagu iklan tak dikenal sebagai seniman meski lagunya suka didendangkan anak-anak. mereka bangga dengan karyanya & kecewa bila diobrak-abrik. (ms)

18 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANAK-ANAK tak lagi mendapat nyanyian baru lewat TVRI. Dengan dihilangkannya iklan di TVRI sejak awal bulan ini, hilang pula lagu-lagu yang pendek, dengan melodi sederhana, gampang dihafal -- lagu iklan. Tak begitu jelas, kapan iklan di tv mulai menggunakan musik yang lengkap lagunya (full singing). Sebelumnya hanya iklan tv yang dibuat di luar negeri yang menyajikan lagu lengkap. Ingat misalnya, Coca Cola atau Levi's. Iklan kedua produk itu agaknya yang mendorong lahirnya musik iklan kita. Di awal 70-an, ketika iklan Levi's mulai berkumandang lewat radio dan tv, sambutan masyarakat (terutama anak-anak muda) mengherankan. Banyak sekali surat masuk ke studio Radio Swasta Niaga, minta diputarkan lagu iklan Levi's. Bahkan akhir-akhir ini beredar dua rekaman kaset satu bersampul Coca Cola, yang lain bersampul Singapore Airlines. Dan salah satu dari lagu pop yang direkam kedua kaset itu adalah lagu iklan Coca Cola dan perusahaan penerbangan Singapura itu. Memang, lagu iklan yang baik pun ternyata enak didengar sebagai musik. Kecuali itu, bisa dipastikan lagu iklan selalu bersifat gembira -- tentu saja. Bahkan kemudian, yang lebih diingat orang dari iklan di tv adalah lagunya -- bukan gambarnya. Mungkin ini memang sudah diperhitungkan para pembuat iklan 'kan iklan itu pun diputar lewat radio yang tak menyiarkn gambar. Mencipta lagu iklan, seperti yang ditemukakan beberapa pencipta lagu iklan kita, memerlukan seni sendiri. Yang jelas, mencipta lagu iklan memang terikat beberapa ketentuan, yang tak bisa ditawar lagi: waktu yang singkat, sekitar 60 detik, dan lirik yang temanya sudah ditentukan. "Detik per detik harus diperhitunglian, harus diisi musik yang tepat," kata Augusr Kusuma, Direktur Produksi PT Swadaya Prathivi -- yang lebih dikenal dengan nama Sanggar Prathivi. August, 35 tahun, telah membuat musik iklan sekitar 150 buah sejak 1973. Antara lain musik iklan untuk Teh Botol, Baterai ABC, Kembang Gula Sugus dan Chelsie. "Kecuali itu, irama lagu harus ditekankan pada bagian tertentu, untuk memberi tekanan pada barang yang ditawarkan," lanjutnya. Maka ia berpedoman, "musik iklan harus mudah diungkap, mudah dihafal, enak didengar." Tapi August yang pernah ikut sebuah grup musik sebagai gitaris ini, tak menilai musik iklan berdiri sendiri. Musik iklan yang bagus "sesuai dengan gambar filmnya. Jadi sulit dipisahkan ya musiknya, ya liriknya, ya gambar filmnya adalah satu." Dari sejumlah keterbatasan dalam mencipta musik iklan yang disebutkan August, ternyata masih ada tambahannya. Kalau lirik lagu sudah disiapkan oleh pemesan, bagi Greggy Priyanto, dari Virgo Ad Production House, ini merupakan tambahan kesulitan baginya. "Musik iklan yang baik bukan yang musiknya menyesuaikan diri dengan kata-katanya," tuturnya. Terhadap hasil karyanya, para pencipta musik iklan -- yang biasanya bukanlah pencipta lagu sebagaimana pengertian umum, seperti A. Riyanto atau Titiek Puspa -- ini pun mempunyai kebanggaan tersendiri. Greggy, yang pernah ikut Sanggar Prathivi (1973), agak kecewa dengan sikap kliennya yang memesan lagu iklan tekstil Friendship. Setelah musik dasarnya selesai dan ia perdengarkan kepada klien tersebut sang klien puas tapi ia minta dalam lagu itu ada warna Cinanya. Apa boleh buat, ini 'kan pesanan. "Perhatikan lekukan irama pada awal lagu itu, 'kan ada warna Cinanya," kata Greggy. Hanya Setahun Tapi soal macam itu sebetulnya tak begitu mengganggunya. Yang paling menjadikannya kesal ialah kalau klien kemudian menyelipkan pesan di tengah lagu (voice over). "Mestinya kalau lagu telah full singing, tak perlu ada lagi itu voice over, katanya, kesal. "Paling, agar tak mengganggu lagunya, boleh ditaruh di akhir lagu." Yah, memang kemudian seperti tak mempercayai lirik lagu -- yang telah berupa kalimat iklan itu. Kebanggaan lain, yang sedikit berbau komersial memang, diutarakan Bambang Magog, 27 tahun, Kepala Studio Rekaman Radio Amigos. Ia kini mengajukan batas kepada pemesannya: lagu ciptaannya hanya boleh digunakan setahun saja. "Kalau mereka masih mau memakai, harus ada perjanjian baru," tutur pencipta lagu iklan Modern Camera 280S, Jamu Air Mancur dan beberapa lagi. Bagi August, Greggy maupun Bambang, ternyata penyanyi lagu iklan tak begitu penting, tak harus seorang penyanyi populer. Pilihan penyanyi datangnya dari pemesan. "Yang penting apakah warna suara penyanyi itu cocok untuk lagunya atau tidak," kata August. Bahkan seringkali para pencipta musik iklan ini tak puas dengan suara orang lain. Dalam beberapa lagu iklan, baik August maupun Greggy, menyanyikan sendiri lagunya. August dalam lagu obat batuk Trillets, Greggy pada lagu iklan Bellini, juga Tensoplast. Yang agaknya jarang dalam lagu iklan kita ialah dijadokannya lagu yang telah populer sebagai lagu iklan. Lagu untuk iklan Coca Cola, Singapore Airlines juga Tancho Mandom pada mulanya adalah lagu bebas yang kemudian dibeli untuk iklan. Di Indonesia tradisi ini baru terlihat pada iklan Rokok Jarum. Lagu dalam iklan itu adalah lagu Grup Bimbo, berjudul Tahun 2000 dan yang terakhir Lagu dari Pantai Carita. Dengan hapusnya iklan dari TVRI, belum jelas seberapa besar pengaruhnya terhadap bisnis lagu iklan -- yang sebuah lagu harganya berkisar antara Rp 400 ribu sampai Rp 1 juta. Sebab, kecuali lewat TVRI lagu iklan pun berkumandang lewat RRI dan Radio Swasta Niaga, juga bioskop. Cuma dari Syamsudin pimpinan Grup Bimbo telah terdengar keluhan sekaligus komentar. Ia telah dirugikan, beberapa kontrak dengan beberapa perusahaan telah dibatalkan. "Tapi penghapusan iklan di tv saya nilai positif, sebab ada beberapa iklan yang saya nilai jelek pengaruhnya terhadap perkembangan anak," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus