Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SEPASANG gapura “berdiri” meliuk ke depan dan belakang diterpa angin di ruang pamer Cemeti-Institute for Art and Society, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa, 13 April lalu. Gapura yang dimaknai sebagai pembatas antar-ruang atau medium itu berada di kiri-kanan dinding. Ia dilukis pada dua helai kain memanjang yang transparan dan direkatkan di sisi atas. Tiap gapura dihiasi lukisan seperti relief candi dengan cat sablon. Ada torehan garis yang menyerupai rekahan dari pucuk gapura ke bawah. Ini seolah-olah menggambarkan usangnya usia sepasang gapura itu. Tak ketinggalan relief kepala raksasa pada bagian tengah atas, yang mempunyai sepasang mata bulat melotot, berhidung besar seperti jambu air yang gendut, dengan seringai mulut yang melebar. Dua taring menyembul dari sudut bibir, menambah kesan mistis dan angker.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo