Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sosok

Meminta Maaf Jadi Tradisi Idul Fitri, Bisakah Orang Benar-benar Memaafkan?

Kesalahan atau luka merupakan hal yang melatarbelakangi orang meminta maaf. Namun, ingatan akan luka kerap membuat maaf menjadi sulit diberikan

7 Mei 2022 | 22.56 WIB

Ilustrasi salah satu pasangan meminta maaf. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi salah satu pasangan meminta maaf. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Anda sudah bermaaf-maafan setelah Idul Fitri? Memaafkan merupakan upaya untuk menerima dan melupakan kesalahan-kesalahan yang telah berlalu.
Memaafkan orang yang meminta maaf maupun 
memaafkan begitu saja, menurut psychologytoday.com, 
dapat membantu seseorang untuk lebih fokus terhadap kondisi saat ini dan masa depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Hal itu membuat memaafkan menjadi tindakan yang tidak hanya baik secara moral, tetapi secara psikologis juga sangat dianjurkan. Meski begitu, memaafkan tidak mudah dilakukan.

Beberapa faktor menjadi penyebab di balik sulitnya seseorang memberikan maaf. Sebagaimana dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah faktor-faktor yang membuat seseorang sulit untuk memaafkan:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Takut Terluka Kembali

Kesalahan atau luka merupakan hal yang melatarbelakangi suatu permintaan maaf. Namun, ingatan akan kesalahan atau luka itu sering kali justru membuat maaf menjadi sulit untuk diberikan.

Sebagaimana dilansir psych2go.net, salah satu faktor terbesar yang menyebabkan seseorang takut memaafkan kesalahan adalah ketakutan akan terulangnya kembali kesalahan itu. Walau demikian, ketakutan ini dapat hilang seiring berjalannya waktu.


Emosi Tak Terkendali

Suatu kesalahan tidak hanya menimbulkan luka, tetapi juga emosi yang berkepanjangan. Emosi itu bermacam-macam, mulai dari kesal, kecewa, hingga kemarahan. Dilansir dari voi.id, emosi-emosi yang ditimbulkan oleh kesalahan masa lampau merupakan salah satu faktor besar yang menyebabkan seseorang sulit untuk memaafkan. Alih-alih merendahkan hati dan memaafkan, orang yang masih dikuasai emosi justru tenggelam ke dalam kebencian yang berkepanjangan.

Naluri Alamiah

Kecenderungan seseorang yang sulit untuk memaafkan faktanya merupakan sebuah naluri ilmiah. Sebagaimana dilansir dari psychologytoday.com, evolusi membuat manusia selalu mempertahankan dari segala bentuk ancaman, terutama ancaman yang pernah melukainya pada masa lalu.

Naluri yang merupakan produk evolusi membuat seseorang menjadi sulit memaafkan suatu kesalahan. Sebab, kesalahan pada masa lampau dideteksi sebagai ancaman yang dulu pernah melukai. Sehingga, alih-alih memaafkan, seseorang justru memasang “mode siaga” apabila dihadapkan dengan kesalahan yang serupa terjadi pada masa lampau.

Baca juga: Segudang Manfaat Meminta Maaf Saat Idul Fitri

BANGKIT ADHI WIGUNA

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus