OCTOPUSSY
Pemain: Roger Moore, Maud Adams, Louis Jourdan
Skenario: George MacDonald, Richard Maibaum, Michael G. Wilson
Sutradara: John Glen
JAMES Bond menerbangkan Acrostar jet di atas pangkalan udara
musuh, menabrakkannya ke hanggar dan hiiiiip . . . lolos dari
celah pintu yang hampir menutup. Hanggar meledak, jet mungil
masih melayang-layang ringan, menjauh dari jarak tembak.
Mendadak terdengar suara bip-bip-bip, bahan bakar habis. Agen
007 yang tidak kenal takut itu terpaksa mendaratkan jetnya d
jalan, langsung menuju pompa bensin. Kocak mengasyikkan, adegan
itu sebagian dari intro sepanjang delapan menit yang
mengantarkan commander Bond kembali ke bosnya M, di London.
Nampak lebih tua, Bond (diperankan Roger Moore) tidak sedikit
pun mengecewakan. Ia perayu gombal, gesit dan lincah, serta
cepat berpikir dan tangkas menghajar lawan. Keunggulannya tidak
dimakan usia, begitu pula seleranya pada wanita cantik.
Melebihi film-film Bond terdahulu (enam diperankan Sean
Connery, enam diperankan Moore), The Octopussy berjubel benda
antik dan mkhluk langka. Sampai detik penghabisan mata
terpuaskan dengan macam-macam: telur emas Paskah buatan Faberge,
bintang dinasti Romanov, senjata cakram yang mengerikan, buaya
samaran, gurita kecil di akuarium, puri di puncak bukit di
tengah danau, dan si cantik Octopussy (Maud Adam) bermata hijau.
Juga ada Mercedes-Benz yang bisa menggelinding di rel kereta,
serta pasukan wanita cantik yang luar biasa.
Alkisah di balai lelang Sotheby, seorang ahli antik penasaran
mengapa Kamal Khan (Louis Jourdan), sang pangeran dari
Afghanistan, bersedia membayar œ 500.000 untuk telur emas yang
ditaksir paling mahal cuma œ 200.000. Diam-diam Bond sudah
memastikan tentu ada apa-apanya. Tanpa kentara ia menukar telur
asli dengan yang palsu. Keesokan harinya ia sudah terbang ke
India, mengejar Kamal Khan dan rahasianya. Benar juga. Sedikit
berbelit, benda antik itu ternyata ada kaitannya dengan upaya
Jenderal Gogol melumpuhkan NATO dan menguasai Eropa. Selalu
begitu memang, dalam petualangan Bond tetap ada oknum Rusia yang
jahat.
Tapi sampai saat itu agen 007 belum tahu bahwa kematian rekannya
009 menyangkut langsung ke rencana Gogol. Sementara sibuk
menyelidik si langsing Magda dan Kamal Khan, para tukang pukul
juga sibuk mengejar Bond. Pada suatu malam, sesudah duplikat
telur Paskahnya dicuri Magda, Bond dilarikan ke puri Octopussy.
Di sini ia berhadapan dengan wanita tandingannya pengusaha
permata dengan jaring-jaring operasional sampai ke Jerman Timur,
ke sebuah sirkus. Bond jadi ingat pada agen 009 yang ditemukan
tak bernyawa dalam kostum pelawak dengan telur Paskah Faberge di
tangannya.
Terlepas dari jerat puri Antah Berantah itu, Bond terbang ke
Berlin, masuk ke wilayah musuh. Di bawah tenda sirkus, di antara
perwira Soviet, 007 yang sedang menyamar bertemu lagi dengan
Kamal Khan, Magda, dan Octopussy. Dia sempat melihat transaksi
besar, dan bagaimana sepeti permata berpindah tangan. Namun
rupanya masih ada rencana lebih dahsyat: penembakan bom dari
arena sirkus ke markas militer AS di Berlin Barat.
Perburuan dan perkelahian pun tak terelakkan. Terjadinya selalu
tidak seimbang karena Bond sendiri lawan semua, juga karena 007
tidak pernah cedera. Baginya memanjat ke atap gerbong atau
melorot ke bawah gerbong sama saja, menghadapi pedang Gobinda
atau pistol tentara Soviet pun tidak berbeda. Dengan tangan
kosong, atau bersenjata, ketemu harimau atau lintah untuk Bond
bisa sama sulit atau sama tak sulitnya. Tiarap di atap pesawat
yang dikemudikan jungkir balik, Bond masih bertahan, konon pula
menjinakkan bom.
Seperti yang dikehendaki, malapetaka dapat dihindarkan. Tapi
misi 007 belum selesai. Ia -- di luar tugas -- mencari
Octopussy, menyelamatkannya setelah lebih dulu menghantam Kamal
dan Gobinda. Film berakhir di atas peraduan, ketika Octopussy
menggelinding bersama Bond ke sebuah petualangan baru yang serba
mesra dan tanpa bahaya.
Harus dikatakan beberapa hal tampil amat berlebihan. Gogol
seorang jenderal Rusia digambarkan tersungkur penuh luka namun
masih percaya, ia kelak diakui sebagai pahlawan Uni Soviet.
Senjata cakram yang bekerja otomatis, mengingatkan pada
film-film silat. Dan perkelahian seru di atap pesawat terbang
yang melesat kencang, sungguh mustahil meski dibandingkan
petualangan Bond yang mana pun juga. Tapi seperti juga semua
film Bond, Octopussy tidak sedikit pun menguras emosi.
Ketegangan tidak perlu, karena bukan itu yang dicari. Di sini
malah terasa kecenderungan untuk bercanda, sesuatu yang pasti
jauh berbeda dari fantasi Ian Fleming, ketika dulu ia mengolah
buku-bukunya yang kemudian terkenal itu. Zaman telah berubah,
selera pun berganti. Yang abadi ialah kezaliman oknum Rusia,
keperkasaan Bond, serta para wanitanya yang semakin cantik saja.
Isma Sawitri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini