Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Mengejar gurita cantik

Sutradara: john glen skenario: george macdonald, richard maibaum pemain: rooger moore, maud adams, louis jordan resensi oleh: isma sawitri. (fl)

9 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

OCTOPUSSY Pemain: Roger Moore, Maud Adams, Louis Jourdan Skenario: George MacDonald, Richard Maibaum, Michael G. Wilson Sutradara: John Glen JAMES Bond menerbangkan Acrostar jet di atas pangkalan udara musuh, menabrakkannya ke hanggar dan hiiiiip . . . lolos dari celah pintu yang hampir menutup. Hanggar meledak, jet mungil masih melayang-layang ringan, menjauh dari jarak tembak. Mendadak terdengar suara bip-bip-bip, bahan bakar habis. Agen 007 yang tidak kenal takut itu terpaksa mendaratkan jetnya d jalan, langsung menuju pompa bensin. Kocak mengasyikkan, adegan itu sebagian dari intro sepanjang delapan menit yang mengantarkan commander Bond kembali ke bosnya M, di London. Nampak lebih tua, Bond (diperankan Roger Moore) tidak sedikit pun mengecewakan. Ia perayu gombal, gesit dan lincah, serta cepat berpikir dan tangkas menghajar lawan. Keunggulannya tidak dimakan usia, begitu pula seleranya pada wanita cantik. Melebihi film-film Bond terdahulu (enam diperankan Sean Connery, enam diperankan Moore), The Octopussy berjubel benda antik dan mkhluk langka. Sampai detik penghabisan mata terpuaskan dengan macam-macam: telur emas Paskah buatan Faberge, bintang dinasti Romanov, senjata cakram yang mengerikan, buaya samaran, gurita kecil di akuarium, puri di puncak bukit di tengah danau, dan si cantik Octopussy (Maud Adam) bermata hijau. Juga ada Mercedes-Benz yang bisa menggelinding di rel kereta, serta pasukan wanita cantik yang luar biasa. Alkisah di balai lelang Sotheby, seorang ahli antik penasaran mengapa Kamal Khan (Louis Jourdan), sang pangeran dari Afghanistan, bersedia membayar œ 500.000 untuk telur emas yang ditaksir paling mahal cuma œ 200.000. Diam-diam Bond sudah memastikan tentu ada apa-apanya. Tanpa kentara ia menukar telur asli dengan yang palsu. Keesokan harinya ia sudah terbang ke India, mengejar Kamal Khan dan rahasianya. Benar juga. Sedikit berbelit, benda antik itu ternyata ada kaitannya dengan upaya Jenderal Gogol melumpuhkan NATO dan menguasai Eropa. Selalu begitu memang, dalam petualangan Bond tetap ada oknum Rusia yang jahat. Tapi sampai saat itu agen 007 belum tahu bahwa kematian rekannya 009 menyangkut langsung ke rencana Gogol. Sementara sibuk menyelidik si langsing Magda dan Kamal Khan, para tukang pukul juga sibuk mengejar Bond. Pada suatu malam, sesudah duplikat telur Paskahnya dicuri Magda, Bond dilarikan ke puri Octopussy. Di sini ia berhadapan dengan wanita tandingannya pengusaha permata dengan jaring-jaring operasional sampai ke Jerman Timur, ke sebuah sirkus. Bond jadi ingat pada agen 009 yang ditemukan tak bernyawa dalam kostum pelawak dengan telur Paskah Faberge di tangannya. Terlepas dari jerat puri Antah Berantah itu, Bond terbang ke Berlin, masuk ke wilayah musuh. Di bawah tenda sirkus, di antara perwira Soviet, 007 yang sedang menyamar bertemu lagi dengan Kamal Khan, Magda, dan Octopussy. Dia sempat melihat transaksi besar, dan bagaimana sepeti permata berpindah tangan. Namun rupanya masih ada rencana lebih dahsyat: penembakan bom dari arena sirkus ke markas militer AS di Berlin Barat. Perburuan dan perkelahian pun tak terelakkan. Terjadinya selalu tidak seimbang karena Bond sendiri lawan semua, juga karena 007 tidak pernah cedera. Baginya memanjat ke atap gerbong atau melorot ke bawah gerbong sama saja, menghadapi pedang Gobinda atau pistol tentara Soviet pun tidak berbeda. Dengan tangan kosong, atau bersenjata, ketemu harimau atau lintah untuk Bond bisa sama sulit atau sama tak sulitnya. Tiarap di atap pesawat yang dikemudikan jungkir balik, Bond masih bertahan, konon pula menjinakkan bom. Seperti yang dikehendaki, malapetaka dapat dihindarkan. Tapi misi 007 belum selesai. Ia -- di luar tugas -- mencari Octopussy, menyelamatkannya setelah lebih dulu menghantam Kamal dan Gobinda. Film berakhir di atas peraduan, ketika Octopussy menggelinding bersama Bond ke sebuah petualangan baru yang serba mesra dan tanpa bahaya. Harus dikatakan beberapa hal tampil amat berlebihan. Gogol seorang jenderal Rusia digambarkan tersungkur penuh luka namun masih percaya, ia kelak diakui sebagai pahlawan Uni Soviet. Senjata cakram yang bekerja otomatis, mengingatkan pada film-film silat. Dan perkelahian seru di atap pesawat terbang yang melesat kencang, sungguh mustahil meski dibandingkan petualangan Bond yang mana pun juga. Tapi seperti juga semua film Bond, Octopussy tidak sedikit pun menguras emosi. Ketegangan tidak perlu, karena bukan itu yang dicari. Di sini malah terasa kecenderungan untuk bercanda, sesuatu yang pasti jauh berbeda dari fantasi Ian Fleming, ketika dulu ia mengolah buku-bukunya yang kemudian terkenal itu. Zaman telah berubah, selera pun berganti. Yang abadi ialah kezaliman oknum Rusia, keperkasaan Bond, serta para wanitanya yang semakin cantik saja. Isma Sawitri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus