Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
The Mystery of Historical Jesus: Sang Mesias Menurut Al-Quran, Alkitab, dan Sumber-Sumber Sejarah
Pengarang: Louay Fatoohi
Penerbit: Mizan
Terbit: April 2012
Tebal: 851 halaman
Perdebatan tentang Isa Almasih (muslim) atau Yesus Kristus (kristiani) telah terjadi ribuan tahun sampai detik ini. Sang Mesias telah menjadi enigma yang tak pernah habis dibicarakan. Sisi-sisi kelahiran, kehidupan, kenabian, hingga kematian dan kebangkitannya terekam sebagai peristiwa luar biasa dalam berbagai manuskrip dan kitab suci.
Berangkat dari pencarian iman dan ketertarikan pada Yesus, Louay Fatoohi, cendekiawan muslim Inggris kelahiran Irak, menulis sebuah buku yang meneliti jati diri Sang Mesias secara komprehensif dan ekstensif berjudul The Mystery of Historical Jesus: Sang Mesias Menurut Al-Quran, Alkitab, dan Sumber-Sumber Sejarah.
Dosen di Universitas Durham, Inggris, ini adalah seorang mualaf dari keluarga Kristen Irak yang sejak remaja telah berkelindan dengan pertanyaan-pertanyaan personal mengenai ketuhanan. Penghormatan Al-Quran terhadap semua nabi, khususnya kepada Yesus dan menampilkannya sebagai nabi yang unik, telah mengubah keimanan Fatoohi.
Buku ini menampilkan sejarah alternatif Yesus menggunakan pendekatan Qurani dengan mendiskusikan asumsi fundamentalnya: kebenaran mutlak Al-Quran. Sebelumnya telah ada kajian yang menimbang Yesus menurut Al-Quran dari sudut pandang Kristen, di antaranya karangan Profesor Geoffrey Parinder: Jesus in the Qur’an (terbit pada 1965). Kajian lain yang tidak kalah penting adalah karya Kenneth Cragg, Jesus and the Muslim: An Exploration, yang menjelaskan kesalahpahaman Al-Quran tentang teologi Kristen.
Buku Fatoohi mengisi kekosongan literatur tentang Yesus sejarah dengan mempertimbangkan secara bersamaan kisah Al-Quran, Injil, dan sumber-sumber historis tentang kehidupan Yesus. Menurut dia, berbeda dengan kisah Perjanjian Baru, pernyataan Al-Quran tentang Yesus bersifat konsisten dan bisa dibenturkan dengan apa yang diketahui dari sejarah.
Argumen-argumen krusial tentang Yesus historis dikupas Fatoohi dalam buku setebal 851 halaman ini, dari anunsiasi kehamilan Maria Sang Perawan, kontroversi sosok suami bernama Yusuf, saudara lelaki dan perempuan Yesus yang tidak disebutkan dalam Al-Quran, hingga insiden penyaliban yang berujung pada perdebatan penuhanan Yesus. Penyaliban dan kebangkitan kembali Yesus menjadi titik sentral dari perbedaan religius dan filosofi antara Islam dan Kristen.
Sosok Mesias atau juru selamat juga diulas Fatoohi dalam bab berjudul ”Kedatangan Kedua?” Sebuah tanda tanya besar yang melahirkan perbedaan antara Islam, Kristen, dan Yahudi. Kepercayaan ini telah memberikan dimensi politik yang serius pada konsep religius tentang kedatangan Mesias di masa depan.
Fatoohi mengatakan kesimpulan utama buku ini adalah bahwa Yesus sejarah dapat ditemukan dalam Al-Quran, dan bukan dalam Perjanjian Baru atau sejarah alternatif yang murni sekuler ataupun sekuler Alkitabiah.
Romo A. Sunarko, dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, mengapresiasi upaya Fatoohi menulis perihal Yesus dengan acuan tidak hanya dari dunia Katolik, tapi juga dengan kajian-kajian historis dan sumber lintas agama. Terlebih latar belakang penulis dari astronomi dan fisika. ”Dari energi yang dia kerahkan itu tentu tidak mudah, membaca macam-macam sumber lintas ilmu dan lintas agama,” ujarnya.
Namun, menurut Romo, ada perbedaan pandangan Islam dan Kristen tentang Injil. Berbeda dengan gambaran Islam yang menyebutkan Yesus mendapatkan Injil, bagi umat Kristen, Yesus tidak mendapat kitab. ”Injil berarti kabar baik, Yesus itu sendirilah seluruh hidupnya adalah Injil,” ujarnya. Adapun Injil yang ada, menurut dia, tidak didiktekan oleh Yesus serta tidak ditulis olehnya. ”Injil adalah buku-buku produk dari jemaat yang sudah percaya bahwa Yesus sebagai penyelamat, jadi prosesnya dari tahun 40-120 Masehi.”
Romo juga mengkritik kriteria akurasi Injil oleh Fatoohi. Menurut dia, Injil dalam kekristenan memang tidak dimaksudkan sebagai sebuah laporan sejarah, tapi menyampaikan kesaksian iman. Maka perbedaan yang ada dianggap saling melengkapi pesan-pesan teologis dari tulisan-tulisan di Injil. ”Kesan saya, Fatoohi membaca Injil seperti membaca Al-Quran, lalu menilai Injil dengan itu. Itu kekurangkonsistenannya,” ujarnya.
Adapun cendekiawan muslim Komaruddin Hidayat mengatakan, ketika membicarakan Yesus, harus dibedakan Yesus sebagai figur historis dan sebagai figur iman. Ketika berbicara tentang figur iman, argumen historis tidak selalu tepat, tapi mencerahkan. ”Tapi ada kalanya analisis historis dikalahkan oleh keyakinan iman. Ini tidak hanya pada Yesus, tapi juga pada Muhammad,” ujarnya.
Dari sudut pandangnya, Komaruddin menilai buku Fatoohi sangat mencerdaskan dan memberikan kajian yang menarik. Ia juga mengapresiasi langkah penerbit yang melakukan survei terlebih dulu untuk mengantisipasi kontroversi atas keberadaan buku ini. ”Saya terkesan oleh pihak Mizan yang bertanya dulu, apakah menimbulkan masalah atau tidak. Melukai orang atau tidak,” ujarnya.
Buku ini telah keluar cetak pada April 2012. Namun penerbit kesulitan memasarkannya. Buku ini pun sempat hanya teronggok di gudang. ”Toko-toko khawatir buku ini akan memicu kontroversi,” ujar Sari Meutia, CEO Mizan Pustaka. Setelah pihak Mizan meyakinkan isi The Mystery of Historical Jesus: tidak akan mencederai agama mana pun, akhirnya buku ini bisa menghuni rak-rak toko pada minggu kedua Juli 2012.
Erwin Zachri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo