Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Museum Nasional ditunjuk sebagai tempat penyimpanan 472 benda bersejarah yang akan dipulangkan dari Belanda.
Menambah koleksi Museum Nasional yang mencapai 190 ribu obyek.
Setelah koleksi baru itu dipulangkan pada pertengahan Agustus, masyarakat dijadwalkan bisa menyaksikannya pada November mendatang.
Sore menjelang di Gambir, Jakarta Pusat. Pada saat sebagian pekerja di kawasan Medan Merdeka bersiap pulang, pengunjung terus memadati Museum Nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Monitor di loket menunjukkan waktu kunjungan dibatasi hingga pukul 16.00 dalam sesi yang terbagi tiap satu jam. Dengan bayaran Rp 15 ribu, pengunjung bisa menelusuri tiap ruangan museum yang berdiri di lahan 2,6 hektare di Jalan Medan Merdeka Barat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari pintu depan, pengunjung akan disambut puluhan arca dalam satu ruangan besar. Ukurannya bervariasi, dari setinggi anak kecil hingga hampir 5 meter dengan berat 4 ton. Setiap pertanyaan bisa diajukan ke edukator. Wiki, staf edukasi Museum Nasional, mengatakan arca terbesar di ruangan tersebut bernama Bhairawa, peninggalan Kerajaan Malayapura di Sumatera Barat pada abad XIV.
Museum Nasional—juga dikenal sebagai Museum Gajah dan dibuka sejak 1778—merupakan rumah bagi 190 ribu benda bersejarah. Wiki mengatakan pengunjung hanya bisa menikmati sekitar 5 persen dari total koleksi museum sejarah tertua di Asia Tenggara tersebut. "Biasanya, tiap dua atau tiga kali sehari, kurator datang untuk memantau dan melakukan perawatan," kata Wiki di lokasi, Kamis, 13 Juli lalu.
Museum Gajah akan ketambahan banyak koleksi. Sebanyak 472 benda bersejarah yang diangkut Belanda pada masa kolonial akan dipulangkan dan disimpan di sana. "Karena museum ini merupakan satu museum prioritas," kata Ahmad Mahendra, pelaksana tugas Kepala Museum dan Cagar Budaya Museum Nasional, kepada Tempo, Jumat, 14 Juli lalu.
Benda budaya Indonesia. ANTARA/HO-Ministerie van OCW
Mahendra mengatakan ratusan benda bersejarah itu sedang dipersiapkan untuk mengarungi perjalanan jauh. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta pemerintah Belanda, ia melanjutkan, bekerja sama dengan pengelola Museum Nasional untuk memastikan keamanan koleksi sejak proses pengemasan dan pra-keberangkatan.
Pengelola Museum Nasional, kata Mahendra, meregistrasi calon koleksi baru itu ke sistem mereka. "Diperkirakan proses pendataan keseluruhan barang akan rampung dalam enam bulan," ujarnya. Mereka butuh waktu panjang, mengingat tingkat kompleksitas obyek sejarah tersebut.
Petugas Museum Nasional juga mempersiapkan ruang khusus penyimpanan dan pajangan yang sesuai dengan standar perawatan serta penyimpanan koleksi. Mahendra menuturkan pihaknya bekerja secepat mungkin agar masyarakat dapat segera menyaksikan langsung hasil repatriasi ini.
Saat ini, proses pemulangan sedang di tahap pemberkasan. Begitu semua berkas beres, 472 benda bersejarah itu langsung dikemas dalam peti, disegel, serta dikawal perwakilan Indonesia dan Belanda untuk dipulangkan.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Hilmar Farid dalam penyerahan 472 koleksi benda sejarah dari pemerintah Belanda di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, 10 Juli 2023. Dok. Kemendikbud Ristek
Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, mengatakan, begitu sampai, seluruh benda bersejarah itu akan dimasukkan ke ruang penyimpanan khusus di Museum Nasional. Menurut dia, ada kerja sama dengan tim ahli Belanda soal penyimpanan, mengingat iklim di Indonesia yang berbeda dengan Negeri Kincir Angin. "Nanti ada pertemuan teknis lagi karena banyak sekali item. Jadi, selain dibutuhkan tempat penyimpanan, kami diingatkan bahwa di Belanda mereka disimpan menggunakan fasilitas yang bagus," kata dia.
Menurut Hilmar, butuh sumber daya manusia yang lebih baik dan dukungan dana besar untuk merawat 472 benda bersejarah asal Belanda itu. Sebagai antisipasi, ia melanjutkan, pemerintah menaikkan anggaran konservasi museum 2,5 kali lipat pada 2024.
Sambil menunggu proses repatriasi selesai, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah menyusun agenda. "Pada Oktober atau November, barang-barang tersebut sudah dapat dipamerkan," ujar Hilmar.
Pemerintah juga berencana mempublikasikan barang-barang hasil rampasan pada era kolonial tersebut dalam bentuk buku atau tulisan agar masyarakat dapat mengakses informasinya secara lebih mudah. "Nanti buku tersebut dipersiapkan untuk masuk materi sejarah yang disebar ke sekolah-sekolah," ujar sejarawan Universitas Indonesia ini.
Informasi soal barang bersejarah yang dikembalikan Belanda itu juga bakal disebar lewat Internet. Kementerian Pendidikan juga akan menyertakan informasi mengenai proses repatriasi serta cerita perjalanan benda-benda tersebut hingga mendarat di Belanda.
Penyebaran informasi ini juga penting untuk keamanan koleksi. "Dengan penyebaran informasi, masyarakat akan mengetahui bahwa barang-barang tersebut adalah milik Indonesia yang disimpan di Museum Nasional," kata Hilmar. "Jika nanti barang-barang ini beredar di luar, dapat dipastikan itu merupakan barang curian."
ILONA ESTERINA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo