Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini adalah penampilan perdana mereka di Indonesia. Travis, band asal Skotlandia, benar-benar mampu membuat penonton larut. Band yang digawangi Fran Healy (vokal), Dougie Payne (bas), Andy Dunlop (gitar), dan Neil Primrose (drum) itu tahu betul bagaimana membuat penonton terbawa secara emosional dalam penampilan mereka. Bukan hanya dengan lagu, tapi juga cerita yang mendekatkan mereka dengan Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di panggung utama festival musik tahunan We The Fest di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Sabtu malam pekan lalu, Travis membawakan sejumlah lagu andalannya, seperti Closer, Sing, Love Will Come Through dan sejumlah lagu dari album "The Man Who" (1999). Album kedua inilah yang mengantarkan mereka ke puncak kesuksesan dengan menyabet penghargaan Brit Awards kategori British Album of the Year dan British Group.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Album itu sudah dirilis ulang pada tahun ini. Selain itu, pada tahun yang sama, mereka merilis album berisi 16 lagu yang mereka mainkan secara live di Festival Glastonbury pada 1999. Gitaris Andy Dunlop mengatakan album "The Man Who" istimewa bagi perjalanan karier mereka. "Itu album yang sangat penting bagi kami, dan set itu (di Glastonbury 1999) merupakan salah satu yang spesial," kata Andy melalui sambungan telepon kepada Tempo.
Lagu dari album "The Man Who", seperti Driftwood, Slide Show, dan Why Does It Always Rain on Me, dibawakan dengan apik malam itu. Fran Healy sempat menyapa penonton dengan mengatakan bahwa nenek dari istrinya adalah orang Indonesia. Hal itu disambut riuh penonton. Malam itu Healy memang sangat komunikatif dengan penonton, meski tanpa gimmick seperti mengucapkan kata "terima kasih" atau "selamat malam".
Bukan hanya sekali Healy membicarakan keluarga. Sebelum membawakan Sing, ia menuturkan lagu ini ditulis untuk istrinya karena tadinya sang istri tidak pernah bernyanyi. "Sekarang dia (istrinya) bernyanyi sedikit-sedikit," ujar dia dalam bahasa Inggris.
Travis juga menyanyikan All I Wanna Do yang baru pertama kali mereka bawakan secara bersama-sama. Lalu, pada lagu Flowers in the Window, Fran memainkan gitar dan tiga personel lain meninggalkan alat musiknya dan bernyanyi bersamanya. Ini menjadi momen yang membuat para penonton semakin larut dalam suasana dan ikut bernyanyi bersama.
Lagu yang paling membuat suara penonton terdengar nyaring adalah Closer, yang diambil dari album "The Boy with No Name". Penampilan Travis malam itu ditutup oleh lagu berjudul Turn dari album "The Man Who". "Semoga kita bisa segera bertemu lagi," ujar Fran.
Festival We The Fest tahun ini berlangsung pada 19-21 Juli 2019. Sederet musikus luar negeri tampil di perhelatan ini, antara lain Anne-Marie, Alvvays, dan Troye Sivan. Sedangkan dari dalam negeri, antara lain, ada Dewa 19, solois Sal Priadi, Ardhito Pramono, serta Tulus.
Penampilan Troye Sivan pada hari pertama juga sangat ditunggu-tunggu penonton. Penyanyi asal Australia itu tampil di panggung utama pada pukul 23.45 WIB. Ia menggeber dengan lagu Seventeen, Bloom, dan Plum secara beruntun tanpa jeda. Lagu Seventeen yang terdapat dalam album "Bloom" milik Troye Sivan itu bercerita tentang pengalamannya menjalin hubungan dengan lelaki yang lebih tua darinya melalui situs aplikasi kencan daring.
Troye, 24 tahun, menuturkan waktu itu ia merasa tidak bisa membicarakan soal hubungan itu dengan orang lain. Tapi sekarang ia ingin jujur kepada para penggemarnya. Troye memang sudah mengakui bahwa dia seorang gay.
Penampilan Troye disambut bendera pelangi yang merupakan simbol LGBT. Ia merasa apa yang dilakukan penonton sangat berarti baginya. Layar yang menjadi latar belakang panggungnya pun sempat menampilkan gambar bendera tersebut. Ia menutup penampilannya dengan lagu My My My. "Beri tahu orang betapa keren acara ini," ucap Troye.
Grup musik indie pop asal Kanada, Alvvays (dibaca: Always), tampil pada hari pertama festival. Band yang digawangi vokalis Molly Rankin ini mengentak publik We The Fest dengan Adult Diversion. Selepas lagu itu, Molly menyapa penonton dan dibalas dengan teriakan penonton: "Molly, I love you!"
Alvvays juga membawakan tembang andalan mereka, seperti In Undertow, Not My Baby, Dreams Tonite, dan Archie, Marry Me. Meski baru pertama tampil di Indonesia, lagu-lagu Alvvays rupanya sudah banyak diketahui penonton yang mayoritas anak muda berusia 20-an tahun. Penampilan mereka ditutup oleh lagu Next of Kin yang membuat sejumlah penonton melakukan crowd surfing.
Dari dalam negeri, penyanyi asal Malang, Sal Priadi, sukses menghibur penonton di panggung Another Stage. Tampil lengkap bersama band pengiring, Sal, yang tengah digemari anak muda ini, membawakan sejumlah single-nya, seperti Melebur Semesta, Amin Paling Serius, Kultusan, dan Ikat Aku di Tulang Belikatmu. Lagu terakhir mengantarkannya menjadi nomine Artis Solo Pria Pop Terbaik dalam ajang AMI Awards 2018.
Tembang Amin Paling Serius membuat penonton larut dalam kegalauan massal. Terlebih penyanyi Nadin Amizah ikut tampil pada lagu itu. Lirik dan aransemen lagu ini mampu membius penonton, terutama pada bagian "Tuk petualangan ini, mari kita ketuk pintu yang sama. Membawa amin paling serius seluruh dunia". DIKO OKTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo