Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Para seniman menggelar pameran di Galeri Thee Huis di Taman Budaya Jawa Barat, Bandung, bertajuk Bandung Artist's Book yang berlangsung 20-30 Mei 2022. Panitia memajang puluhan buku milik 80 peserta, 30 orang di antaranya merupakan seniman ternama. Buku yang dipamerkan beragam dengan isi catatan, gambar sketsa, tulisan, hingga berupa karya seni rupa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyelenggara tidak menetapkan syarat atau standar soal buku kepada seniman untuk dipajang di atas meja-meja bercat putih. Puluhan kitab itu pun jadi semarak dan beragam dari berbagai sisi seperti bentuk, ukuran, ketebalan, isi, sampul, dan bahan kertasnya. Dari pantauan Tempo, ada juga buku yang dibuat dari lembaran akrilik bening yang dilukis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut ketua pameran, Nandanggawe, pihaknya membuat tiga lapisan kalangan peserta. Pihaknya mengundang 30 orang seniman ternama. Kemudian 30 seniman lain yang diundang lewat jalur open call. “Pendaftarnya ada 70-an orang lalu diseleksi oleh kurator Heru Hikayat,” katanya kepada Tempo di lokasi pameran sehari sebelum pembukaan, Kamis, 19 Mei 2022. Adapun 20 peserta lain juga hasil seleksi dari kelas menggambar binaan Nandanggawe.
Para peserta pameran bersama itu di antaranya, Ugo Untoro, Tisna Sanjaya, Mella Jaarsma, Hanafi, Afrizal Malna, Dedy Sufriadi. Kemudian ada Deddy PAW, Iwan Effendi, Gusmen Heriadi, Agus Koecink, Mufti “amenk” Priyanka, Gindring Waste, dan Candrika Soewarno.
Salah satu karya Afrizal Malna di pameran Bandung Artist’s Book di Galeri Thee Huis di Taman Budaya Jawa Barat, Bandung. | Foto: Tempo | Anwar Siswadi.
Gagasan menggelar pameran buku seniman itu, menurut dia, dari kelas menggambar yang dibukanya pada 2011. Pada prosesnya ada penuangan ide, catatan, sketsa pada buku yang semacam jurnal harian di kalangan peserta kelas. Buku seperti itu menurut Nandanggawe bukan sesuatu yang baru di kalangan seniman dan lazim digunakan sejak lama. “Tapi yang mau membuka isi bukunya ke publik seperti di pameran itu jadi tantangan,” ujarnya.
Setidaknya ada dua jenis buku yang dipamerkan seniman, yaitu dokumentasi atau artefak yang berisi ide, sketsa, tulisan, atau rancangan karya seni. Kemudian ada seniman yang mewujudukan karyanya dalam bentuk buku atau semacamnya.”Pada perkembangan berikutnya artist’s book tidak hanya berhenti sebagai jurnal harian semata tetapi menjadi gagasan seni itu sendiri atau objek seni,” kata Project Manager, Trio Muharam.
Pada pameran itu, pengunjung bisa dengan bebas membuka-buka halaman isi buku milik para seniman. Panitia membuka pintu galeri setiap hari termasuk tanggal merah dari pukul 10.00-18.00 WIB.
ANWAR SISWADI
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.